Melia menangis sejadi-jadinya saat terpaksa harus menerima perjodohan yang tak di inginkan. pasal nya melia sudah memilki kekasih yang begitu ia cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
hari demi hari yang melia jalani kini begitu hampa. Arkan menjadi buruh di kebun orang karna orang tua nya menjual semua aset termasuk rumah yang mereka tempati.
Walau pernah merasa kecewa dan sakit hati melia tetap setia mendampingi arkan. Sedang kan radit ia telah menyusul orang tuanya ke luar negri. Kehidupan sederhana tak membuat arkan berputus asa untuk tetap membahagiakan istri nya.
"de' sekarang kita hanya hidup berdua apa....kamu tak ingin punya anak dari mas lagi?" tanya arkan di suatu malam. Melia yang sedang menyisir rambut nya menoleh pada suami nya ia mendekat dan duduk di samping sang suami. "jika mas menginginkan nya, aku bersedia. Dengan syarat" kata melia. "syarat? Syarat apa de' apa punya anak harus pakai syarat" tanya arkan. "aku tidak mau mengalami hal yang sama seperti dua tahun lalu itu sangat menyakitkan mas. Dan rasa nya tidak adil."
Arkan memeluk istri nya. "maafkan mas yang tak berdaya, dan mas janji apa pun yang terjadi mas nggak akan mengulanginya lagi" arkan dan melia larut dalam kenangan masa lalu yang membuat kedua nya meneteskan air mata.
Arkan mengusap air mata melia dan perlahan mengecup bib*rnya dari kec*pan kini berganti menjadi c*mbuan. "aahhh..." desah melia menikmati setiap sentuhan arkan. Keduanya larut dalam permainan yang semakin panas, hingga kedua nya benar-benar lelah.
"mas aku ingin mengunjungi ibu dan bapak sudah sangat lama aku tak mengunjungi mereka" kata melia di suatu pagi. "nanti ya setelah mas pulang kerja kita kunjungi sama-sama" ucap atkan dengan lembut. "baik lah mas aku tunggu kamu, tapi jangan terlalu malam takut nya sampai sana ibu dan bapak sudah tidur" " mas usahakan ya". Melia mengangguk
Pukul 14:00 arkan pulang. "mas sudah pulang?" "iya mas juga ambil libur beberapa hari supaya kita bisa nginap di rumah bapak" mendengar itu melia sangat senang. "baik lah akan aku siapkan keperluan kita nanti" arkan tersenyum melihat kebahagiaan di wajah istri nya.
Perjalanan kerumah orang tua melia butuh waktu 2 jam sebenar nya tak terlalu jauh namun karna jalan yang rusak arkan sangat berhati-hati mengendarai motor nya. "de' cape nggak?" tanya arkan. "cape sih mas. Tapi bentar lagi sampe masa' kita mau istirahat?" "jadi kita jalan terus nih?" "iya nanti kita istirahat di rumah bapak aja sekalian" arkan mengangguk.
Sesampai nya di rumah bapak nya. Melia segera turun ia melihat kepulan asap dari arah dapur "pasti ibu sedang memasak" ucap melia "assalamualaikum. Bu... Bapak...melua datang bu.." dari arah dalam terdengar suara langkah kriet.. Pintu terbuka di sana menampakkan sosok wanita paruh baya dengan tubuh kurus.
"melia putriku...." ibu dan anak itu lalu berpelukan dengan haru. "bapak kemana bu" ibu nya menyeka air mata lalu menjawab "masuk lah dulu nak arkan ayo masuk ini sudah malam sekalian motor nya d masukin" arkan tersenyum dan mengangguk sopan.
"astagfirullah bapak....bapak kenapa sampai begini bu" ibu melia menarik nafas dalam. "bapak sakit sudah lama semenjak kamu menikah kami tak bisa menghubungi mu sekedar tanya kabar pun tak bisa" melia menangis. "maaf kan melia bu begitu banyak kesulitan yang bapak dan ibu alami tapi aku tidak tau itu" kata melia "tak apa nak yang penting sekarang kita sudah bisa bertemu"
Malam hari arkan tak bisa tidur ia begitu gelisah. Melia yang terganggu dengan setiap gerakan arkan ia bangun. "ada apa mas kenapa belum tidur? Apa mas nggak nyaman berada di sini?" tanya melia. "bukan begitu de' tapi mas merasa bersalah dengan semua yang terjadi karna ulah mama dan papa kita semua harus menanggung akibat nya" "sudahlah mas tak perlu di ingat aku sudah memaafkan setiap rasa sakit yang di berikan, dimana pun kini putri ku berada semoga dia sehat dan selalu bahagia."
...****************...
Sudah satu minggu melia berada di kampung ibu nya. keadaan bapak nya sedikit membaik setelah seminggu bersama putri nya. "oya nak selama 2 tahun kalian menikah, apa kaluan belum di karuniai anak?" tanya ibu melia "e itu anu..." ucapan arkan yang gugup terpotong "kami masih belum mengingin kan nya bu" kata melia "dan sekarang kami sedang merencanakan nya" ibu melia tersenyum "bagus lah kalo memang begitu, ibu doa kan semoga cepat punya momongan" arkan hanya bisa tersenyum masam.
Saat malam tiba ibu dan bapak melia yang sudah tertidur membuat rumah terasa hening hanya suara hewan malam yang terdengar menghiasi hening nya malam. "de' ayo" melua bingung tak tau maksud suami nya "kemana malam-malam gini mas di luar juga gelap" arkan mendekat dan berbisik "kita buatkan cucu untuk ibu dan bapak" melia tersenyum pipi nya memerah.
arkan mulai memimpin permainan, namun di tengah panas nya permainan melia mengambil alih posisi. Kini permainan di pimpin oleh melia ia begitu liar hingga arkan kewalahan "de' mas nggak kuat de'" "aku juga mas" dengan nafas yang terengah-engah melia mempercepat gerakan nya hingga kedua nya mencapai puncak bersama.
Melia terbangun, ia meregangkan otot tubuh nya yang terasa kaku. Saat di lihat jam masih menunjukan pukul 03:00 dini hari. Arkan yang menyadari istri nya terbangun dengan sigap memeluk nya, "de' mas pengen lagi" dengan masih tanpa b*sana arkan dan melia kembali berpacu dalam kenikmatan. Hingga pukul 05:07 permainan baru selesai. tubuh kedua nya kembali terkapar.
Saat membuka mata terik matahari sudah mulai menyengat jam sudah menunjukan pukul 09:00. "ya ampun sudah siang pasti ibu menungguku" kata arkan yang sudah bangun lebih dulu ia keluar dari kamar dan pergi ke kamar mandi yang terletak di ujung dapur. Setelah selesai dengan ritual mandi nya ia mengedarkan pandangan keseluruh sudut rumah tapi tak mendapati sang ibu mertua.
"de' bangun mas mau susul ibu ke ladang" melua mengeliat "hmmm memang jam berapa sekarang mas.." "sudah jam 10:00 ayo cepat bangun, mas berangkat dulu" kata arkan. "mas sudah sarapan?" "belum nanti aja kasihan ibu pasti menunggu untuk panen jagung" melua mengangguk lalu gegas pergi ke kamar mandi.
"pak...bapak sudah sarapan?" bapak melia hanya bisa mengangguk ia sudah tak dapat bicara semenjak sakit parah. "baik lah melia tinggal dulu ya pak, melia mau nyuci dulu" kata melia lalu melangkah meninggalkan bapak nya.
"tak terasa sudah 3 minggu kami di rumah ibu" lirih melia sambil mencuci pakaian ia berdialog sendiri. Tiba-tiba datang seorang perempuan seusianya yang juga akan mencuci, yah karna tempat mencuci yang nyaman di kampung itu adalah sungai.
"devi..."sapa melia pada perempuan yang ternyata teman sekolah nya. "melia?.." "ya ampun kamu apa kabar" tanya devi. "kabarku baik bagaimana dengan mu. "kabarku buruk mel" sejenak melia memandang teman nya itu. "buruk bagaimana" devi mulai bercerita "setelah kamu menikah aku juga menikah mel. Tapi aku di jodohkan dengan pria tua dan beristri alasan orang tuaku biar aku hidup enak," kata devi "tapi...bukan nya enak eeeh malah aku sekarang jadi janda" melia melotot "kok bisa ?" "iya bisa aku di fitnah sama istri ke 3 suamiku"jawab devi "hah? Emang istri nya berapa?" "ada 4 mel dan yang ke 4 itu aku, emang nasibku ini kurang beruntung tak seperti kamu" melia tersenyum masam karna kenyataan yang ia jalani juga tak lebih baik dari teman nya itu.
"Bagaimana dengan mimpiku, Bu? Apa aku tak berhak untuk memiliki mimpi atau mewujudkannya?" Melia nelangsa, dengan derai air mata bla bla bla
semisal,
Di hadapan
Diduga
dan untuk nama menggunakan huruf kapital. Melia
dan untuk kata -nya itu digabung, bukan dipisah ya.