Renatta Putri Setiawan, seorang gadis berusia 22 tahun. Hidup dalam kemewahan dan kemanjaan dari keluarganya. Apapun yang menjadi keinginannya, selalu ia di penuhi oleh orang tua dan saudaranya.
Namun, suatu hari gadis manja itu harus menuruti keinginan orang tuanya. Ia harus mau dijodohkan dengan seorang pria berusia 40 tahun, agar keluarga Setiawan tidak mengalami kebangkrutan.
Renatta yang membayangkan dirinya akan hidup susah jika keluarganya bangkrut, terpaksa menerima perjodohan itu. Asalkan ia tetap hidup mewah dan berkecukupan.
Gadis itu sudah membayangkan, pria 40 tahun itu pasti berperut buncit dan berkepala plontos. Namun, siapa sangka jika pria yang akan dijodohkan dengan dirinya ternyata adalah Johanes Richard Wijaya. Tetangga depan rumahnya, dosen di kampusnya, serta cinta pertama yang membuatnya patah hati.
Apa yang akan Renatta lakukan untuk membalas sakit hatinya pada pria yang pernah menolaknya itu?
****
Hai-hai teman Readers. Kembali lagi bersama Author Amatir disini.
Semoga cerita kali ini berkenan, ya.
Ingat, novel ini hanya fiksi belaka. Tidak ada ikmah yang dapat di ambil setelah membacanya.
Terima Gaji.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06. Aku Akan Menikah Dengan Renatta.
Setelah pembicaraan semalam dengan keluarga Setiawan. Pagi ini Richard memutuskan untuk menghubungi sang adik, Johanna Rossaline Wijaya, yang kini tinggal di Australia bersama orang tua mereka.
“Ada apa, kak? Tumben menghubungiku lebih dulu.”
Tanya sang adik dengan menampilkan senyum manisnya.
Mereka kini tengah melakukan panggilan video. Agar terasa lebih dekat dengan lawan bicaranya.
“Ada hal penting yang ingin aku bicarakan padamu. Dimana papa dan mama?”
Kening Johanna sedikit berkerut melihat wajah sang kakak yang nampak serius.
“Ini akhir pekan, tentu saja papa dan mama pergi berlibur. Hal penting apa yang ingin kakak bicarakan? Katakan saja, nanti aku sampaikan pada mereka.”
Richard yang tengah berada di ruang kerja yang ada di rumahnya, pun menyandarkan punggung pada sandaran kursi.
“Aku akan menikah.” Ucapnya kemudian.
Mata Johanna membulat sempurna mendengar ucapan sang kakak. Wanita yang lima tahun lebih muda dari Richard itu tak percaya dengan apa yang ia dengar.
“Kakak akan menikah? Yang benar saja? Lalu bagaimana dengan anak gadis di depan rumah mu itu?”
Tanya wanita itu yang akrab di sapa Anna itu. Ia tahu jika sang kakak selama ini diincar oleh gadis kecil di depan rumah mereka.
“Aku serius, Na. Aku akan menikah dengan Renatta.”
Lawan bicara Richard itu kembali terkejut mendengar apa yang pria itu katakan.
“Apa? Jadi kakak akan menikah dengan gadis itu? Wah. Apa ini tanggung jawab yang kakak maksud? Tunggu, jangan katakan jika dia alasan kakak melajang hingga saat ini. Sengaja menunggu dia dewasa untuk kakak nikahi.”
Richard sedikit menjauhkan ponselnya ketika sang adik mencecarnya dengan kalimat panjang.
“Aku sudah mentransfer sejumlah uang, segera urus kepulangan kalian. Aku akan menikah dalam waktu dekat ini.”
Richard mengalihkan pembicaraan.
“Tunggu dulu. Kenapa terburu-buru? Apa kakak menghamili anak gadis orang?”
Tanya Johanna lagi. Ia masih penasaran bagaimana bisa kakaknya menikah mendadak seperti ini. Terlebih, dulu Richard menolak gadis itu. Kenapa sekarang tiba-tiba akan menikahinya?
“Tidak ada seperti itu, Na.” Tukas Richard kemudian.
“Lalu bagaimana bisa dia mau menikah dengan kakak? Bukannya beberapa waktu lalu kakak mengatakan kalau gadis itu marah dan membenci kakak? Hingga kakak rela menjadi dosen agar bisa melihat dia setiap hari.”
Richard menghela nafas pelan.
“Aku meminta bantuan keluarganya.” Jawab pria itu dengan jujur. Selama ini, hanya kepada Johanna ia menceritakan hal-hal pribadi dalam hidupnya.
“Wah. Jadi keluarga Setiawan mendukung kakak? Baik sekali mereka. Jika aku yang menjadi mereka, aku tidak akan setuju putriku hidup bersama kakak.”
“Jangan banyak bicara, Na. Aku memintamu pulang secepatnya. Bukan berkomentar tentang hidupku.”
Richard memutuskan panggilan telepon begitu saja. Ia tak mau jika adik satu-satunya itu lebih banyak bicara lagi.
“Tidak ada alasan bagi keluarga Setiawan untuk menolakku.”
Pria itu kemudian bangkit, dan keluar dari ruang kerjanya.
Ia berencana untuk menghabiskan akhir pekannya dengan berolahraga. Namun sebuah notifikasi pesan masuk, menghentikan langkah pria itu.
Senyum tersungging pada sudut bibirnya. Ketika mendapat kiriman pesan bergambar dari orang kepercayaannya.
Richard kemudian melangkah menuju sebuah kamar yang terletak di lantai tiga rumahnya.
Kamar yang hanya boleh di buka oleh dirinya. Bahkan Johanna dan orang tuanya pun di larang untuk masuk.
Suasana temaram begitu terasa ketika ruangan itu terbuka. Richard kemudian masuk, dan menutup kembali pintu dari dalam.
Ruangan itu penuh dengan ribuan foto seorang gadis yang tertempel indah pada dindingnya. Gambar berukuran kecil, yang kemudian membentuk wajah cantik gadis itu.
Ia kemudian mencetak foto yang tadi di terimanya. Menunggu beberapa saat, kemudian menggantungnya.
“Senyum yang selalu cantik. Aku sangat beruntung bisa melihat wajah dengan senyum seindah ini.”
Richard ikut menampilkan senyuman semanis senyum gadis dalam foto itu.
****
Renatta menghabiskan akhir pekannya dengan pergi berjalan-jalan di salah satu taman hiburan terbesar di ibukota.
Ia ingin menenangkan hati dan pikirannya.
Melampiaskan segala kekesalan yang tertahan dalam hati, karena tak ada satupun keluarga yang mendukung dirinya.
Andai bukan Richard, Renatta pasti akan menerima perjodohan itu. Kemudian ia akan membuat kesepakatan dengan pria itu.
Namun, semuanya kacau karena pria berusia empat puluh tahun itu ternyata adalah Johanes Richard Wijaya. Pria yang begitu menggoreskan luka di hati gadis itu.
Renatta memilih beberapa wahana di dunia fantasi. Ia ingin berteriak kencang, tanpa ada yang tahu jika dirinya sedang dalam keadaan galau merana.
“Seharusnya aku bahagia menikah dengan dia. Tetapi sikapnya yang menyebalkan membuatku sakit hati. Apa coba maunya pria tua itu? Dulu menolakku, sekarang memaksa menikahi ku.”
Gadis itu berbicara sendiri, ia sedang berada dalam antrean untuk menaiki wahana kora-kora.
“Maaf nona, anda mengatakan sesuatu?” Tanya seorang pria muda berpenampilan tengil, yang berdiri di belakang Renatta.
Gadis itu seketika menepuk bibirnya sendiri karena dengan begitu bodohnya berbicara sendiri.
“Tidak, kak. Aku hanya sedang bernyanyi.” Jawab gadis itu, sembari tersenyum lebar.
“Aku baru tahu, jika ada lagu tanpa nada.” Ucap pria itu mendahului Renatta.
“Eh, eh. Kenapa menyalipku?” Renatta mengejar pria itu.
Pria dengan gaya seperti preman itu, hanya mengedikan bahunya.
“Sepertinya kita duduk di kursi yang sama. Jadi, tidak ada yang salip menyalip ‘kan.” Pria itu mengulurkan tangan pada Renatta bermaksud untuk membantu gadis itu naik.
“Terimakasih. Tetapi aku bisa naik sendiri.”
Pria itu terkekeh melihat tingkah Renatta.
“Kita belum berkenalan.” Ia mengulurkan tangan saat mereka sudah menduduki tempat masing-masing.
“Siapa yang mau berkenalan?” Tanya Renatta ketus.
“Hey, apa kamu tidak pernah mendengar ungkapan, “tak kenal, maka tak sayang.” Ucap pria itu lagi.
“Siapa yang mau sayang sama kamu?” Gadis itu semakin ketus.
Pria tengil itu semakin tertarik pada Renatta.
“Hah. Gadis yang sangat menarik. Cantik, dan tidak mudah di taklukan.” Gumam pria itu.
***
Bersambung.
dimana mana bikin gerah 😜🤪
aku baru nemu cerita ini setelah kesel nunggu cerita sisa mantan 😁