"Maafkan aku, tak bisa menepati janjiku untuk tetap setia padamu, sayang. Pada akhirnya aku kalah dengan nafssu." Jeff bersimpuh di depan istrinya, Queen Ariana. Pria itu menyesal karena tak bisa menepati janji nya pada sang istri, untuk tetap setia dengan nya.
"Aku sudah menyiapkan hatiku saat hal ini terjadi, aku cukup tau diri, Mas." Queen tersenyum manis, nyatanya sudah dari lama dia mengantisipasi hal ini.
"Aku hanya wanita pelampiasan hasrat, sadarlah Kirana. Kau tak berarti apapun bagi tuan Jeff, karena dia mencintai istrinya." Kirana Andriana, perempuan yang mengorbankan masa depan nya sendiri, demi melunasi hutang-hutang yang di tinggalkan sang ayah.
Akankah Jeff membuka hatinya untuk Kirana? Setelah banyak malam yang mereka lewati bersama, akankah perasaan nya berubah pada Kirana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 - Kemarahan Jeffran
Jeff melangkah gontai ke dalam rumahnya, seperti biasa tak ada yang menyambut kepulangan nya. Rumah yang terasa sepi dan hampa karena tak ada kehangatan lagi di rumah itu.
Pria itu menghela nafas nya lalu berjalan pelan menaiki tangga menuju ke kamar nya.
"Sudah pulang, Mas?"
"Hmmm.." Jeff hanya menjawab nya dengan deheman.
"Bagaimana di kantor?"
"Tak ada yang berubah, masih sama seperti hari-hari kemarin." Jawab Jeff, membuat kening Queen mengernyit heran. Ada perubahan pada ekspresi suami nya, tak ada senyuman di wajah nya seperti biasa nya.
"Mas baik-baik saja kan?"
"Ya, memang nya kenapa? Mas hanya kelelahan saja." Jawab pria itu, sambil merebahkan tubuhnya di ranjang.
"Buka pakaian nya dulu, Mas."
"Nanti saja, aku sangat lelah." Tolak Jeff, padahal biasanya Jeff tak suka tiduran sebelum mengganti pakaian nya lebih dulu.
"Mas.."
"Hmmm.."
"Kamu yakin baik-baik saja?"
"Ya, aku baik-baik saja. Jangan mengganggu, aku lelah ingin tidur sebentar saja." Jeff langsung berbalik, tadinya dia tidur telentang, kini berbaring miring memunggungi istrinya.
Queen menghembuskan nafas nya dengan kasar, dia memilih membaca buku. Itulah kegiatan sehari-hari nya, mengurung diri di kamar, membaca buku, juga menggambar desain pakaian. Queen Ariana adalah desainer fashion, meskipun sekarang popularitas nya menurun karena penyakit yang dia derita.
Sedangkan di rumah, Kirana sedang memijit kaki sang ibu yang membengkak, entah karena apa, tapi beberapa hari ini kaki nya memang membengkak dan menyulitkan Nita untuk berjalan.
"Bos mu itu sudah menikah, atau masih lajang, sayang?" Tanya Nita pada putrinya.
"Sudah menikah, Ma. Tapi, istrinya mengidap penyakit kanker rahim stadium tiga." Jelas Kirana.
"Kanker rahim?"
"Iya Ma, nyonya Queen mengidap penyakit itu setahun belakangan ini."
"Hmmm, kasian sekali."
"Iya, kata Tuan Jeff istrinya itu seringkali putus asa dan mencoba mengakhiri hidup nya sendiri."
"Ada wajar nya, Mama juga shock dulu kan. Tapi seiring berjalan nya waktu, mama juga bisa menerima keadaan." Ucap Nita sambil mengusap kepala belakang putrinya. Putri yang di dewasakan oleh keadaan.
"Iya juga, Ma. Penyakit berat, pasti membuat shock ya."
"Sayang, Mama berharap sebelum mama pulang, kamu sudah menikah. Menemukan jodoh yang baik, agar mama bisa tidur dengan tenang." Lirih Nita, membuat anak gadisnya mendongak.
"Apa yang mama katakan? Mama gak bakal ninggalin Kiran kan?"
"Tidak sekarang, tapi nanti, nak."
"Mama…"
"Kematian itu adalah suatu hal yang pasti, sayang. Kita tak bisa menentang kodrat kita sebagai manusia."
"Kalo mama pergi, Kiran sendirian dong." Lirih Kirana dengan kedua mata yang berkaca-kaca.
"Maka dari itu, mama berharap kamu segera punya sandaran, laki-laki yang bertanggung jawab, menyayangi kamu dengan tulus tanpa melihat status dan kasta, Nak."
"Semoga Kiran bisa mendapatkan laki-laki yang baik ya, Ma."
"Tentu, mama selalu berdoa untuk kebahagiaan mu. Wanita yang baik, tercipta untuk laki-laki yang baik juga."
"Tapi Mama sama papa beda, mama baik, tapi kenapa papa bejat?" Mendengar ucapan putri nya, Nita tersenyum kecil lalu mencubit pelan pipi Kirana.
"Tak baik bicara seperti itu, sayang. Walau bagaimana pun, beliau tetap ayahmu. Ikatan ayah dan anak takkan pernah terputus, walau kamu mencuci nya dengan air tujuh sumur, Nak. Darah lebih kental dari pada air."
Nita selalu menasehati putrinya, agar jangan membenci ayahnya. Mau bagaimana pun juga, dia tetap ayah nya. Jika tak ada dia, tentunya Kirana takkan pernah ada.
"Heemmm, iya Ma."
"Sekarang, lebih baik kamu tidur ya? Pasti kamu kelelahan setelah bekerja seharian kan?"
"Mama juga istirahat ya, Kiran udah beliin mama obat dari apotik." Kirana menunjukkan obat yang baru dia beli tadi.
"Obat ini kan mahal, kamu ada uang dari mana? Ini belum waktunya gajian."
"Kiran dapet tips dari kantor tadi, soalnya perusahaan berhasil dapat tender yang cukup besar, Ma."
"Wahh, ternyata anak mama berbakat sekali."
"Hehe, yaudah mama tidur aja ya. Besok Kiran harus berangkat pagi-pagi, soalnya ada meeting."
"Iya sayang, tidurlah dengan nyenyak ya." Perempuan itu mengangguk lalu pergi ke kamar nya.
Kamar yang terlihat sangat kecil, namun rapih dan wangi. Barang-barang nya tertata rapi, membuat siapapun pasti betah berlama-lama disana. Namun, Kirana tak bisa melakukan itu, karena dia akan meninggalkan ruangan itu selama bekerja. Dia kesini hanya untuk tidur malam, lalu di tinggalkan pagi-pagi, seterusnya begitu.
Kirana berbaring, menarik selimut nya hingga ke dada. Tatapan mata nya menatap langit-langit kamar yang hanya terdapat sebuah lampu kecil, tiba-tiba saja sekelebat bayangan Jeff muncul. Membuat nya menggelengkan kepala nya beberapa kali.
"Aihh, sadar Kiran. Dia itu atasan mu, hanya itu hubungan antara kau dan dia. Lagi pula, dia pria beristri. Dan dia sangat mencintai istrinya. Tau dirilah, aku tak sebanding dengan dia." Gerutu Kirana, sudah beberapa hari ini bayangan Jeff selalu mengisi benak nya.
Berbeda dengan Kirana, Jeff justru di landa rasa bersalah pada istrinya. Entah kenapa, dia malas untuk bicara dengan istrinya tadi, mood nya terlalu buruk. Hingga menjawab pertanyaan wanita itu dengan datar dan seperlunya.
"Kata-kata ku tadi pasti sangat menyakiti nya, ada apa dengan aku ini? Sial." Pria itu menggerutu, hingga saat istrinya masuk dengan wajah murung nya membuat hati Jeff semakin berdenyut nyeri.
"Sayang…"
"Hmmm, iya Mas?"
"Kamu kenapa, kok murung?" Tanya Jeff pada istrinya.
"Gapapa kok Mas." Jawab Queen dengan senyum yang terlihat sangat di paksakan.
"Katakan ada apa? Kamu tak pandai berbohong, sayang."
"Percayalah, Mas. Aku tidak apa-apa, aku lelah ingin tidur." Queen langsung naik ke atas ranjang dan berbaring miring memunggungi nya, persis seperti yang Jeff lakukan padanya tadi.
Jeff yang penasaran memilih untuk mencari tahu nya sendiri lewat kamera pengawas, dan apa yang dia lihat ternyata membuatnya sangat marah.
Bagaimana tidak, pelayan-pelayan itu membicarakan istrinya hingga membuat rona kebahagiaan dari wajah sang istri menghilang seketika.
"Brengseek!" Jeff mengepalkan kedua tangan nya, lalu pergi ke dapur.
"Keluar kalian semua!" Teriak Jeff dengan wajah yang memerah menahan amarah.
Semua pelayan yang awalnya sudah berada di kamar mereka masing-masing langsung keluar dan berbaris rapi di depan Jeff.
"Kau, kemari." Telunjuk Jeff menunjuk salah satu pelayan yang masih terlihat muda, dengan raut wajah keheranan dia maju dan berdiri tepat di depan Jeff.
"Apa yang kau katakan pada istriku, hah!" Bentak Jeff, suara nya menggelegar memenuhi seluruh ruangan.
"S-aya tidak mengatakan apapun, tuan."
Plak..
Perempuan itu jatuh terjerembab sambil memegangi pipi nya yang terlihat jelas cap lima jari disana, saking kuat nya tamparan yang di layangkan oleh Jeff.
"Aku menggaji mu untuk bekerja, bukan untuk menghina istriku! Sialan, siapa kau berani melakukan hal itu padanya hah?"
"Menjijikan, enyah kau dari hadapanku!" Amarah Jeff memuncak, dengan kejam dia menendang tubuh perempuan itu hingga dia meringis kesakitan.
"Ada apa tuan?" Tanya bodyguard yang baru saja datang dengan wajah panik mereka.
"Bawa cecunguk kecil ini pergi dari rumahku, dia mengotori rumahku!"
"Baik tuan." Tanpa ragu, kedua anak buah Jeff langsung menyeret perempuan muda itu tanpa belas kasihan.
"Peringatan untuk kalian semua, jangan pernah melakukan hal yang sama dengan perempuan itu, atau terima akibatnya!" Tegas Jeff, lalu pergi ke kamar nya masih dengan api kemarahan yang membara.
Jeff menutup pintu dengan perlahan, dia melihat istrinya yang sudah terlelap dalam balutan selimut hangat nya. Hati nya terasa sakit, apalagi saat melihat wajah teduh sang istri.
"Maaf, maaf aku membuatmu menderita, sayang. Maaf.." Jeff mengecup singkat kening istrinya, lalu memeluk tubuh ringkih sang istri dari belakang.
Keduanya pun tertidur lelap, larut dalam mimpi indah. Melihat wajah teduh Queen, selalu membuat nya menjadi lebih tenang. Meskipun masih tersisa sedikit api kemarahan yang memercik dari hatinya. Istrinya terlalu lembut untuk di sakiti.
.......
🌻🌻🌻🌻🌻