NovelToon NovelToon
GITA & MAR

GITA & MAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Fantasi Wanita / pengasuh
Popularitas:4.1M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Gita yang gagal menikah karena dikhianati sahabat dan kekasihnya, menganggap pemecahan masalahnya adalah bunuh diri dengan melompat ke sungai.

Bukannya langsung berpindah alam, jiwa Gita malah terjebak dalam tubuh seorang asisten rumah tangga bernama Mar. Yang mana bisa dibilang masalah Mar puluhan kali lipat beratnya dibanding masalah Gita.

Dalam kebingungannya menjalani kehidupan sebagai seorang Mar, Gita yang sedang berwujud tidak menarik membuat kekacauan dengan jatuh cinta pada majikan Mar bernama Harris Gunawan; duda ganteng yang memiliki seorang anak perempuan.

Perjalanan Gita mensyukuri hidup untuk kembali merebut raga sendiri dan menyadarkan Harris soal keberadaannya.


***

Cover by Canva Premium

Instagram : juskelapa_
Facebook : Anda Juskelapa
Contact : uwicuwi@gmail.com

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

031. Bertemu Bu Gendis

Ide pergi ke rumah ibu Gita itu muncul saat Harris berbincang dengan Mar. Awalnya ia hanya berpikir soal Chika dan status duda yang ia sandang. Tapi setelah dipikirkan ada hal yang lebih penting lagi dari sekedar status. Ibu Gita sendiri tidak tahu nasib yang menimpa anak tunggalnya.

Ide soal Mar yang kerasukan arwah Gita pun hanya teori dan sekedar terkaan saja. Harris sadar tak ada yang pasti soal itu. Faktanya sosok Gita yang manis dan berambut panjang masih terbaring tak sadarkan diri. Harris ingin mengunjungi dan mendengar langsung apa yang diketahui ataupun yang dipikirkan ibunya.

Saat Harris tiba di depan pagar rumah Ibu Gita, Yunita dan supir kantor sudah menunggu. Mereka berangkat dengan dua mobil. Seperti biasa Harris mengendarai mobilnya sendiri dan Yunita memakai mobil kantor. Yunita memeluk buket bunga yang besar sedangkan supir di sebelahnya memegang bungkusan cake dan sebuah sarang burung berisi lima ekor burung lovebird.

“Biar saya yang memencet bel,” kata Harris pada Yunita.

Asisten junior Harris itu hanya mengangguk dan tersenyum. Tak bisa mengatakan pada Harris bahwa semua orang sudah kepayahan membawa buah tangan dan hanya atasannya itu yang bisa menekan bel.

“Maaf, dengan siapa?” Seorang wanita berusia tiga puluhan muncul di balik pagar. Memandang Harris dan dua orang di belakangnya dengan rasa penasaran. Tiga tahun bekerja di rumah itu ia tidak pernah membuka pintu untuk tamu yang begitu mewah. Ia memandang sebuah sedan hitam mengilap parkir di depan pagar. Pakaian pria yang menekan bel pun tidak biasa. Sekali lagi, terlalu mewah, pikirnya.

“Saya Harris Gunawan. Ingin bertemu dengan Ibu Gendis. Ada di rumah, kan?” Harris merasa tidak perlu bertanya apakah wanita itu ada di rumah atau tidak. Tentu saja ada. Ia sudah mengetahui semua kegiatan wanita yang melahirkan Gita itu sejak ia meminta Yunita mencari informasi soal Gita.

“Sebentar saya tanya lebih dulu,” kata wanita itu.

Yunita merasa perlu berdeham dan memanggil wanita itu berjalan mendekatinya dari balik pagar. Harris menunggu dengan sabar sementara Yunita membisikkan sesuatu yang membuat wanita di balik pagar merogoh serenceng kunci dan membukanya.

“Bu Gendis ada di belakang. Mari ikut saya.” Wanita itu memandang Harris dengan sopan saat bicara.

Yunita mengangguk senang. Puas karena wanita yang sehari-hari bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah Ibu Gita paham hanya dengan sekali bicara saja. Beberapa saat yang lalu Yunita membisikkan bahwa pria dengan jas rangkap di depan pagar bisa membuat ia kehilangan pekerjaan.

Dalam perjalanan ke belakang rumah Harris sudah membayangkan bahwa wanita yang hobinya mengoleksi burung lovebird itu adalah seorang seniman cantik yang selalu berdandan mentereng. Nyatanya wanita yang duduk di dalam sangkar besar lovebird Dan sedang melukis itu hanya wanita biasa dengan kacamata bertengger di hidung dan senyum ramah menyambut mereka.

“Sepertinya saya kedatangan tamu penting. Dengan siapa ya?” Bu Gendis berdiri meninggalkan kanvasnya. Di tangannya masih tergenggam sebuah kuas.

“Saya Harris, Bu. Kalau Ibu tidak keberatan saya mau masuk ke sangkar burung besar ini dan melihat ibu melukis. Tentu saja kalau Ibu tidak keberatan.” Harris memandang halaman belakang itu dengan wajah tertarik. Ia menatap bagian atap transparan dan halaman belakang yang sebagian besar ditutup kerikil.

Bu Gendis memandang Yunita dan supir kantor dengan teliti. Tahu bahwa dirinya sedang menjadi pusat perhatian tuan rumah yang mereka datangi, Yunita segera memperkenalkan diri.

“Saya Yunita, Junior Assistant dari Direktur Utama PT. Royal Meditama, Tbk, Bapak Harris Gunawan M.P.H.” Yunita menyodorkan kartu nama Harris pada Bu Gendis dan berharap wanita itu tidak terlalu lama membiarkan atasannya berdiri dengan wajah penuh harap untuk dipersilakan masuk melihat lukisan. “Oh, ya, Bu …. Ini sedikit buah tangan dari Pak Harris.” Yunita menyodorkan buket bunga pada Harris dan atasannya itu memberikan buket pada tuan rumah yang mereka datangi.

“Dari saya buat seorang ibu yang sama cantik dengan putrinya. Juga ada cake.” Harris menyerahkan bungkusan cake yang cukup besar pada asisten rumah tangga yang masih terheran dan terkagum-kagum dengan tamu asing di depannya. “Yang terakhir … saya membawa ini untuk menambah koleksi di dalam sana.” Harris mengambil sangkar burung dari tangan supir dan menyerahkannya pada Bu Gendis.

“Bapak Harris Gunawan … nama yang tenar karena dua hal berbeda. Boleh tau hal apa yang membawa Bapak ke sini? Apa putri saya membuat masalah? Menabrak bagian belakang mobil Anda? Pembatas jalan? Atau menabrak pot bunga taman kota? Atau … Gita sedang melakukan berjualan ke kantor Anda dan menyebabkan onar? Memecahkan vas bunga mahal atau bertengkar dengan salah satu staf Anda? Katakan saja, Pak. Jangan sungkan. Saya akan mengatasi masalah anak saya dengan kepala dingin. Saya sudah biasa.” Bu Gendis tersenyum riang. Seakan semua yang disebutkannya merupakan menu makan siang sehari-hari.

Harris tertawa. “Saya malah tidak tau wanita selembut Gita bisa melakukan yang Anda sebutkan barusan.”

“Lembut?” ulang Bu Gendis. “Anda yakin sedang membicarakan Gita yang sama dengan saya? Gita bukan wanita yang lembut. Ia bahkan bisa dibilang terlalu keras pada dirinya sendiri. Anak yang sejak kecil kemauannya sangat keras. Yang pada akhirnya membawa Gita pada kemandiriannya sekarang. Saya seorang wanita tua yang ditinggal suaminya kabur bahkan dari sebelum Gita mengenal ayahnya. Saya menghidupi Gita seorang diri dengan mengerjakan banyak hal. Sekarang … saya duduk santai di rumah dan Gita membiayai sebagian hobi saya. Sebagian lagi saya biayai dari dana pensiun yang sekarang bisa saya nikmati. Ayo, masuk ke sini.”

Harris mengikuti langkah Bu Gendis masuk ke sangkar besar dan duduk di sebelah kanvas yang terdapat gambar bunga peony setengah jadi. Di luar sangkar, supir kantor sudah kembali ke mobil dan Yunita mengikuti asisten rumah tangga masuk ke dalam rumah.

“Apa Ibu pernah kontak dengan Gita akhir-akhir ini?” Harris menebak kalau Gita pasti selalu mengirim pesan pada sang ibu. Sama seperti yang dilakukannya pada Lily.

“Pernah kontak? Setiap malam sebelum tidur saya dan Gita selalu berkirim pesan. Kata-kata manis ucapan selamat tidur. Kadang puisi atau joke-joke lucu. Kadang kami melakukan panggilan video. Tapi akhir-akhir ini Gita selalu bilang sibuk. Padahal saya rindu dia. Dan saya ….” Bu Gendis memijat kepala dengan tangannya yang memegang kuas.

“Selalu kontak ya? Saya senang mendengarnya,” kata Harris. Benar saja, pikirnya. Mar yang menguasai ponsel Gita bertindak sebagai Gita selama ini. Harris kembali pusing. Bayangan Mar yang begitu senang saat mendapatkan mobil Gita kemarin kembali mengganggunya. “Saya perlu menanyakan sesuatu pada Gita. Saya ingin meminta Gita bekerja di perusahaan saya. Kemampuan sales-nya sangat luar biasa.”

“Anda naksir Gita ya?” Bu Gendis tertawa. Harris terlihat salah tingkah sejenak. “Kalau Anda sampai ke sini hanya untuk urusan sepele artinya Anda tidak berhasil mendekati Gita. Anda orang kesekian yang mencari saya hanya untuk bicara soal Gita. Saya tidak terlalu suka dengan Rama. Tapi kalau Gita mencintainya saya tidak masalah. Bagi saya kebahagiaan Gita nomor satu.” Bu Gendis lanjut melukis bunga peony.

Harris tertawa kecil. “Baiklah. Saya akan menyingkirkan basa-basi sebentar. Apa menurut Ibu … Rama, pacar Gita yang sekarang lebih baik dari saya?”

“Setidaknya Rama seorang pria lajang dan belum pernah menikah. Saya pernah tertipu oleh pria yang mengaku duda dan akhirnya meninggalkan saya dan Gita untuk kembali pada istrinya. Dengan kata lain, saya lebih suka putri saya menikah dengan seorang lajang; pria single.” Bu Gendis menurunkan kuasnya menatap Harris.

“Bukannya kebahagiaan Gita nomor satu? Bagaimana kalau Gita menyukai seorang duda seperti saya. Saya tidak bercerai. Istri saya ….”

“Meninggal karena kecelakaan. Saya tau itu, Pak Harris.” Bu Gendis tersenyum usai memotong perkataan Harris. "Kalau Anda begitu yakin, maka datanglah ke sini dengan membawa Gita. Genggam tangannya melewati taman samping dan berbincang-bincang di halaman belakang saya.

"Kalau Anda berhasil melakukannya, saya memberikan restu paripurna saya untuk Anda.” Bu Gendis tertawa seakan yang diucapkannya barusan sebuah hal mustahil.

To be continued

1
Anonymous
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Anonymous
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Anonymous
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Anonymous
👍🤣🤣🤣🤣🤣
Anonymous
😊🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Nuralya_salwa
akhirnya Bu Helene dapat lawan yg tangguh semoga Gita jg pemenang nya😁😁
GudangGulaJaya💃🏻💫
Aduuh, Njus,,penasaran banget ama pembicaraan yg akan terjadi antara Oma Helena dengan Gita.bakalan memanas kah?itu pasti kan yee(bu Heleena yg sepertinya bakalan semakin panas mendengar perkataan dan jawaban² dari Gita yg sebelumnya udah dlm mode bad mood🤭)
lisna
suka banget liat wajah pucat Rama 😆...bisa pingsan nich Gita kl dengar udah di klaim pacar plus calon istri🤭
lisna
😲wooww ternyata pak Harris pemilik rumah sakit ckck q suka q suka pantes z mo menawarkan balas dendam ma Gita...siap siap z Rama qm berurusan ma pak Harris....ni mah judulnya dibuang dokter dapatnya pemilik rumah sakit git🤭
lisna
wess ayo mar cerita cerita mar lebih detail lg tentang Haris😁
lisna
iniii yg ditunggu tunggu q dukung 1000%haris bantu Gita balas dendam sama Rama monic...
lisna
Surti didalam nalar mar diluar nalar😂😂😂😂kl ada surti mah bawaannya ketawa z🤣🤣🤣hebat ya mar ngomongnya udah pake life skill😁🤭
Regita Regita
ketika Gita harus berhadapan langsung sama nyonya Helena dg segala kuasa nya. duh, penasaran kak Njuss sama jurus Gita menghadapi sang nyonya besar
Emma Risma
Gita selalu saja bikin ngakak
𝗞𝘂ͥ𝗿ᷱ𝗻ͥ𝗶ᷱ𝗮͜ ⁿʲᵘˢ
makin g sabar pemirsah..... episode adu mulut Gita sama bu Hel,pasti seeruuuuuu
Hani Hanifah
buat othor njuss.. selamat hari raya idul adha juga yaa... sehat-sehat semuanya
Hani Hanifah
selamat hari raya idul adha teman" dumay.. Gita & Mar semuanya.. moon maap klo saya suka komeng-komeng ga jelas yaa
suminar
😅😅😅😅😅😅
suminar
😄😄😄😄😄😄
suminar
😂😂😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!