Sovia dan Angga baru menikah beberapa Minggu, ayah Angga kemudian menikah dengan seorang wanita yang usianya sana seperti Angga. pernikahan Sovia di penuhi kebahagiaan, namun setahun setelah itu tiba-tiba banyak kejadian yang mencurigakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Angga mulai berubah.
Sofia ingin sekali menangisi kehidupannya, namun ketika dia menangis pun itu tidak ada gunanya, semua sudah takdir yang harus dijalani oleh Sofia. Karena itu dia bertekad untuk segera sembuh dan membuat siapapun yang sudah menyakitinya merasakan sakit seperti dirinya.
Dari hari ke hari waktu berjalan dengan perasaan Sofia yang bercampur aduk, sekarang Angga sudah memegang perusahaan Adi, seperti yang dikatakan oleh Adi perusahaannya membutuhkan pemimpin.
Keesokan pagi ketika Sofia meminta bantuan kepada sang suami, entah mengapa Sofia merasakan ada sesuatu yang sedikit ganjil dan tidak seperti biasanya. "Mas, bisa minta tolong sisir rambutku?" pinta Sofia.
"Mas sedang repot sayang, mas harus mengerjakan beberapa pekerjaan ini." jawab Angga.
"Sebentar saja mas, rambutku kusut aku tidak bisa menyisirnya." kata Sofia. Sofia sudah mulai lancar berbicara walaupun tidak seratus persen, namun dia sangat bersyukur kondisinya semakin hari semakin membaik.
"Maaf ya sayang kamu panggil saja Erna atau Wati untuk membantu menyisir rambutmu, mas benar-benar tidak bisa membantumu. Mas harus menyelesaikan beberapa pekerjaan ini." jawab Angga.
Penolakan yang diberikan oleh Angga membuat Sofia sedikit berpikir kalau suaminya itu tidak seperti biasanya, semenjak mengelola perusahaan milik mertuanya beberapa bulan ini Angga sudah mulai sedikit berubah.
"Ya sudah kalau begitu, aku mau panggil Erna buat membantuku." Sofia kemudian mengambil ponselnya, menelpon Erna untuk membantunya keluar dari kamar.
"Iya mbak Sofia." Erna masuk ke dalam kamar Sofia.
"Erna bantu aku keluar, bawa aku ke kebun belakang." pinta Sofia.
"Iya Mbak." jawab Erna yang kemudian mendorong kursi roda Sofia.
"Tumben sekali mas Angga tidak mau membantu Mbak Sofia, biasanya mas Angga enggak akan membiarkan siapapun menyisir rambut Mbak Sofia." gumam Erna dalam hati yang terlihat malah bengong menatap Angga yang begitu serius mengerjakan sesuatu di laptopnya.
"Apa yang kamu lihat, Erna. Cepat bantu aku dorong kursi rodanya, Erna." kata Sofia.
"Iya Mbak." jawab Erna yang kemudian mendorong kursi roda Sofia. Dia membawanya keluar dari kamarnya dan membawanya ke kebun belakang.
Angga yang berada di kamarnya dia begitu fokus mengerjakan pekerjaan di laptopnya, kepalanya sedikit pusing dengan beberapa urusan perusahaan yang begitu rumit. Bahkan beberapa hari ini Angga seolah tidak ingin diganggu oleh istrinya, sesaat kemudian pintu kamar Sofia dan Angga diketuk.
"Iya ada apa." jawab Angga.
"Tuan," Wati masuk ke dalam kamar Sofia dan Angga.
"Ada apa Wati? apakah kamu sudah membantu istriku?" tanya Angga.
"Membantu apa tuan?" tanya Wati yang sedikit bingung.
"Tadi apa kamu tidak disuruh oleh istriku untuk membantunya membawa keluar dan menyisir rambutnya?"
"Tidak tuan." jawab Wati. nampak Wati sedikit tersenyum ketika melihat Angga sendirian di kamarnya. "Tuan, kelihatannya tuan sangat kelelahan. Apa tuan mau aku bantu memijat kepala tuan?" tanya Wati yang mendekati Angga.
Angga tidak menjawab, sedangkan Wati yang melihat itu dia kira kalau diamnya Angga adalah iya. Wati mendekati Angga, Dia kemudian mengulurkan tangannya hendak memijat bahu Angga.
"Apa yang kamu lakukan, Wati?! kurang ajar sekali kamu melakukan hal ini! keluar dari sini!!" bentak Angga ketika Wati memijat pundaknya.
"Kedua bola mata Anda langsung memerah, dia begitu kesal, dia benar-benar tidak pernah berpikir kalau pembantunya itu begitu berani.
"Ya Tuhan." ucap Angga sembari menatap kamarnya. dia melihat Sofia tidak ada di kamarnya dia baru menyadari kalau sang istri sudah keluar dan dia tidak menghiraukannya sama sekali. "Ya Tuhan istriku keluar tanpa berbicara denganku, apakah dia sudah berbicara tapi aku tidak menghiraukannya?" ucap Angga. Setelah itu dia keluar mencari keberadaan Sofia.
Sedangkan Sofia sendiri dia berada di kebun belakang bersama dengan Erna, nampak Sofia terus memikirkan mengenai sikap Angga yang sudah beberapa hari ini seolah mengacuhkannya.
"Apa yang sedang Mbak Sofia pikirkan?" tanya Erna.
Sofia menggelengkan kepalanya, dia takut jika berbicara dengan Erna ada yang mendengarnya. "Mbak Sofia, bisa percaya padaku, aku tidak ingin Pak Sofia berpikir yang tidak tidak. Mbak Sofia harus segera sembuh, Mbak Sofia tidak boleh seperti ini terus agar orang-orang jahat itu tidak mengganggu Mbak." kata Erna.
Sofia sedikit memejamkan matanya kemudian menatap Erna. "Entahlah Erna, beberapa hari ini mas Angga sekolah mengacuhkan ku. Dia tidak seperti biasanya titik kalau beberapa waktu yang lalu dia selalu menomorsatukan aku, namun beberapa hari ini ketika aku meminta bantuan sama Dia, seolah dia tidak mau sama sekali. Bahkan untuk membantuku duduk di kursi roda dia tidak mau, apa mungkin dia sudah capek denganku?" tanya Sofia.
Erna menghela nafasnya cukup dalam, setelah itu dia menatap Sofia. "Jangan punya pikiran yang tidak tidak Mbak, aku yakin mas Angga tidak seperti itu." jawab Erna.
"Tidak Erna, tidak aku rasa mas Angga sudah berubah sekarang mungkin dia sudah capek mengurusku." kata Sofia.
"Kenapa Mbak berkata seperti itu? aku yakin mas Angga bukanlah pria seperti itu, mungkin mas Angga sedang kecapean mbak. Dia kan sekarang mengurus perusahaan tuan Adi, apalagi tuan adik sering sakit-sakitan jawab Erna." Erna berusaha untuk memenangkan kegalauan hati Sofia, dia tidak ingin wanita itu tenggelam dan terpuruk.
Sofia terdiam setelah itu dia melihat kedua telapak tangannya, mungkin takdir akan berkata lain padanya, mungkin juga kehidupan ini tidak seindah yang dia bayangkan. Sofia sudah berada di kursi roda selama beberapa bulan mungkin 6 bulan lamanya. "Biarlah Tuhan yang menjawabnya, aku tidak ingin merasakan kesakitan dan aku juga tidak ingin merasakan kekecewaan. Jika mas Angga sudah lelah mengurusku maka aku ikhlas. Aku tidak ingin memaksanya jika dia tidak mau bersamaku, mungkin dia ingin mencari wanita lain yang lebih berguna untuknya." gumam Sofia dalam hati yang kemudian memejamkan matanya.
Angga yang dari tadi mencari keberadaan Sofia akhirnya dia menemukan sang istri ada di kebun belakang. Angga berjalan mendekati Sofia, menatap istrinya yang sedang berbincang-bincang dengan Erna. "Sayang." panggil Angga.
Sofia menoleh dia menatap sang suami yang sudah berada di tempatnya. "Iya mas, ada apa?" jawab Sofia.
"Mas dari tadi mencari kamu, apa kamu sudah makan?" tanya Angga.
"Nanti saja mas." jawab Sofia.
"Ya sudah kalau gitu ayo makan, mas akan menyuapi kamu." kata Angga.
"Tidak usah mas, aku masih punya tangan nanti aku akan makan sendiri, mas makan saja dahulu. Mas kan masih banyak pekerjaan." jawab Sofia.
Entah mengapa tiba-tiba Sofia mengatakan hal itu, mungkin dia kecewa dengan sikap yang ditunjukkan oleh Angga. Namun Angga yang mendengar perkataan istrinya hatinya tersentak begitu luar biasa. Apa kamu marah sama aku sayang?" tanya Angga.
"Tidak mas, kenapa aku harus marah." jawab Sofia.
"Lalu kenapa kamu bicara seperti itu?" tanya Angga.
"Tidak ada apa-apa mas, kamu makan dulu, pekerjaan kamu kan banyak nanti aku akan makan sendiri. Aku akan meminta mbok atau Erna yang mengambilkannya." jawab Sofia.
Erna sedikit kebingungan dengan situasi yang ada di depannya, mungkin Sofia merasa kalau Angga sudah capek mengurusnya.
"Angga." tiba-tiba saja Inggrid sudah berada di kebun belakang.
"Iya." jawab Angga.
"Angga, kita harus segera pergi ke perusahaan, katanya tadi ada meeting penting." jawab Inggrid.
"Oh ya, baiklah. kalau begitu aku akan mengambil laptop juga beberapa berkas dulu." kata Angga yang kemudian langsung meninggalkan Sofia.
Melihat itu Erna ataupun Sofia sedikit kebingungan, padahal dulu Angga sama sekali tidak menyukai Inggrid namun berbeda sekarang.
*Bersambung*
terima kasih atas dukungannya semoga kalian senang dengan novelku ini. jangan lupa baca novelku yang lain.
*istri barbar bos mafia*
*My sugar Daddy.
*Sugar baby tuan muda lumpuh*