PELANGI SEHABIS BADAI
Itulah nama yang cocok untuk Liu Ryu. Seorang Anak desa yang mencari keberuntungan di dunia Kultivator.
Masalah demi masalah yang selalu menimpa dirinya justru membawa Ryu mencapai kesuksesan hingga dia tau latar belakangnya yang berasal dari sebuah Klan besar di dunia Abadi.
Saat itulah Ryu berniat untuk membalaskan dendam kepada kelima Sosok Misterius yang telah membantai anggota Klan Liu sejak jutaan tahun yang lalu.
Mampukah Liu Ryu menggapai mimpinya dan membalaskan dendam kepada kelima sosok yang membunuh anggota Klan Liu sejak jutaan tahun yang lalu???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CH 33. CALON MURID BARU
Di tempat lain terlihat Ryu yang sangat kesal mengutuk keras dirinya sendiri terus berjalan di setiap sudut Hutan dengan Aura membunuh yang Pekat.
Dengan Hewan Kontrak miliknya berlari ke Segala bagian hutan yang juga sambil membantu Ryu untuk menghalau Para Siluman yang menghadang mereka.
Kejadian Pertempuran itu terus terulang hingga berkali-kali membuatnya terluka Parah hingga tidak mampu bergerak kembali ke kening Ryu.
Ryu yang melihat itu, kembali melanjutkan pencariannya dengan berjalan kaki sesekali menggunakan langkah kilat.
Para Siluman yang merasakan Hawa Pembunuh milik Ryu memilih untuk menghindar dan melarikan diri, Walaupun ada beberapa yang menghadangnya.
Namun Sialnya Para Siluman tersebut, Baru saja mereka mendekat nyawa mereka juga langsung meyalang.
Gabungan Aura pembunuh, Wujud Kera Petir, Teknik Pelintung Kura-kura, disertai dengan adanya Pedang Naga Pembelah Gunung. Ryu Seperti seorang monster yang membuat kerusakan Hutan yang ada di sekitarnya.
Sudah Sangat banyak Siluman yang terbunuh. mulai dari usia Ribuan Tahun tingkat Dasar hingga usia Ribuan Tahun Tingkat Surgawi bahkan beberapa Tingkat Suci.
Saat di Pinggir Hutan Ryu pun telah kehilangan tenaga hingga membuatnya jatuh Pingsan di dekat Sungai.
Keesokan Pagi terlihat Sosok Wanita Paruh Baya sedang berjalan ke Sungai untuk mandi dan mencuci Pakaian sontak Kaget melihat Sosok yang terbaring di tepi Sungai dengan Kondisi menggemaskan.
Wanita itu langsung melepaskan bawaannya berlari ke arah Rumah untuk mencari Suaminya.
" Suamiku... Suamiku.." Wanita itu memanggil dari luar Rumah dengan napas terputus-putus.
" Istriku. Ada apa?" Sosok Pria berbadan Kekar keluar dari Rumah.
" Suamiku. Ada Mayat di tepi Sungai. Sepertinya terkena Serangan Siluman." Ucap Wanita itu.
" Antar aku kesana! " Pria Kekar itu menuju Sungai.
Setelah mencapai Sungai, Istrinya menunjukkan tempat tersebut lalu berlari Kecil mengikuti Suaminya yang sudah duluan.
Pria itu pun mendekati Ryu yang terlihat banyak luka sayatan dengan pakaian yang menutupi beberapa bagian kulit saja.
" Ah... Masih Hidup" Pria tersebut sangat kaget mengingat luka yang dialami pemuda di depannya sangat parah.
" Istriku. kita harus menolongnya secepat mungkin." Pria tersebut membopong tubuh Ryu ke Rumahnya.
Wanita itu yang terlihat panik kini berusaha menenangkan diri lalu mengambil air Hangat dan diserahkan Kepada Suaminya.
Saat hari sudah sore, Ryu tersadar dari pingsannya merasakan seluruh tubuh masih sakit serta kepalanya Seakan mau Pecah berusaha bangkit dari tempat tidur.
" Ada dimana ini? " Ryu memperhatikan di sekitar terasa Asing.
" Syukurlah kamu selamat. Nak. tadi pagi kami menemukanmu dalam kondisi luka Parah." Ucap Pria tersebut.
" Terimakasih telah menolongku" ucap Ryu sambil merasakan sakit.
" Oh ya. Namaku Yuwen. Dan ini Istriku Yuyin." Yuwen memperkenalkan diri mereka.
" Jika boleh tau Siapa namamu dan asalmu? kenapa kamu bisa sampai seperti ini? Tanya Yuwen.
" Siapa Aku????" Ryu berpikir keras untuk mengingatnya, Seketika Kepalanya seakan mau pecah.
Tidak menemukan jawaban Apapun, Yuwen menyimpulkan bahwa pemuda di depan mereka telah Hilang ingatan akibat terluka Parah.
Melihat hal tersebut, Yuwen memintanya untuk beristirahat dan tidak lagi mempertanyakan Siapa Pemuda yang mereka tolong sampai menunggu dia benar-benar pulih.
Satu bulan berlalu Kondisi Ryu sudah pulih total lukanya pun telah menutup tanpa ada bekas sedikit pun dan mampu melakukan Aktifitas seperti biasa.
" Nak... Sepertinya kondisimu sudah pulih Total." Yuwen terlihat Senang dengan Kondisi pemuda yang ada di depannya jika dilihat dari kondisi luka seperti itu pasti membutuhkan waktu paling cepat Satu Tahun.
" Terimakasih untuk Paman dan Bibi yang telah merawatku hingga seperti ini." Ryu terlihat bersemangat.
" Nak Sakali lagi aku bertanya padamu. Siapa Namamu dan darimana Kamu berasal?" Yuwen kembali serius.
Mendengar pertanyaan tersebut Ryu kembali mengingat namun tidak menemukan apapun hanya menjawab dengan menggelengkan kepala.
Yuyin yang baru saja datang ke tempat mereka sedang duduk kini juga terlihat antusias menantikan jawaban dari Pemuda tersebut.
" Begini saja Kebetulan kami menemukanmu di Pinggir Sungai jadi Kamu diberi nama Zhiliu. Anak Sungai." Yuwen memberi saran.
" Zhiliu... Kedengarannya Bagus. Aku menerimanya." Ryu terlihat senang.
" Nak.. Kebetulan Kami bersama Pamanmu telah Kehilangan Anak yang mungkin seusiamu jika dia masih hidup. Bagaimana Jika kami mengangkat mu sebagai Anak kami." Yuyin bersuara.
Mendengar ucapan tersebut Ryu sedikit berfikir, namun tidak merasa tidak enak mengingat kebaikan mereka. Disamping itu Ryu juga tidak tau apa yang haru dia lakukan sekarang.
" Istriku... Yang berlalu biarlah berlalu. Biarkan Nak Zhiliu menentukan jalan hidupnya" Yuwen merasa tidak Enak.
" Tapi Suamiku." Yuyin seakan tidak menerima.
" Baik Paman, Bibi, Aku menerimanya. Lagi pula aku tidak tau apa yang kulakukan sekarang." Ucap Ryu.
" Terimakasih nak " Yuyin memeluk Ryu dengan naluri seorang ibu yang selalu melindunginya.
Ryu yang merasa tidak enak merasakan Pelukan tersebut hanya bisa diam. Apalagi Sosok wanita yang memeluknya tersebut masih Cantik seperti masih muda. Namun secara Perlahan dia merasakan sebuah kasih sayang dari orang tua kepada anaknya secara naluri membuat Hatinya melunak.
" Terimakasih nak." Yuwen mengusap Kepala Ryu sambil meneteskan air mata bahagia saat melihat Istrinya terpancar sebuah kebahagiaan.
" Nak Zhiliu. Mulai sekarang kamu harus memanggilku ibu. Dan Suamiku kamu memanggilnya Ayah." ucap Yuyin.
" Baik Ibu, Ayah." Ryu memberi Hormat.
" Nak... Sepertinya Cincinmu Bagus." Yuyin memperhatikan Cincin yang ada pada Ryu.
" Jika ibu mau Ambil saja!" Ryu mencabut Cincin tersebut dari tangannya memberikan kepada Yuyin.
" Tidak Nak tidak. Bukan itu maksud ibu." Yuyin menolak.
" Nak Sepertinya Cincin itu bukan Cincin Biasa. Kuharap kamu menjaga dan menyambunyikan keberadaan Cincin tersebut dari Siapapun." Yuwen mengingatkan.
" Baik Ayah." Ryu kembali memakai cincin tersebut sambil mengusapnya.
" Nak jika ada sesuatu yang kamu inginkan, katakan saja pada Ayah atau Ibumu." ucap Yuwen.
" Baik Ayah." Ryu mengangguk.
" Sekarang kita masuk Rumah, Ibu sudah masak. Nanti keburu dingin." Yuyin menggandeng Ryu masuk ke Rumah.
Melihat apa yang dilakukan Istrinya, Yuwen tersenyum menggelengkan kepala beranjak dari tempat duduk mengikuti Yuyin dan Ryu.
......................
Di tempat lain Xin Chie dan Huli Yue dengan wajah murung sambil duduk di sebuah Kedai sembil mencari beberapa informasi.
" Ka Chie... Sudah sebulan lebih kita mencari Keberadaan Ka Ryu, tapi belum menemukan Petunjuk." Huli Yue dengan nada Lesu.
" Semua ini salahku. aku tidak bisa mengendalikan Emosiku." Xin Chie merasa bersalah.
" Atau Ka Ryu tidak ingin menemui kita lagi?" tanya Huli Yue.
" Perasaanku mengatakan kalau Ka Ryu sedang ada masalah." ucap Xin Chie.
" Aku juga merasakan Hal yang sama. Bahkan mungkin dia berada dalam Bahaya." Huli Yue merasa Khawatir.
" Kuharap Ka Ryu masih baik-baik saja. Lebih baik kita Pulihkan diri Untuk sejenak mengingat kita sudah melakukan perjalanan tanpa henti selama ini." Ucap Xin Chie.
" Aku Rasa begitu. Jika kondisi kita seperti ini, kita sendiri nanti kena masalah. Energi kita sudah banyak Terkuras." timpal Huli Yue.
" Lebih baik kita masuk ke kamar. Aku muak tatapan cabul mereka" Xin Chie merasakan Beberapa Orang yang ada di kedai sedari tadi dengan tatapan mesum.
" Baik. " mereka menuju ke Kamar yang telah mereka Sewa sebelumnya.
" Wuush" Xin Chie membuat Pelindung Tempurung Kura-kura ke seluruh ruangan.
Keesokkan pagi Xin Chie dan Huli Yue kembali melanjutkan Perjalanan mereka untuk mencari keberadaan Ryu meskipun tidak mendapat petunjuk sama sekali, mereka hanya mengandalkan kemana arah kaki melangkah.
" Ka Chie... Bagaimana kalau kita Gunakan Teknik Dasar Mengguncang Semesta untuk mereka. Anggap saja sebagai latihan." Huli Yue merasakan keberadaan orang yang sedang mengikuti mereka.
" Tidak masalah. Lagi pula aku muak dengan tatapan mesum mereka. Sekaligus untuk melepaskan kekesalanku." Xin Chie menghentikan langkah diikuti Huli Yue.
" Keluar kalian Semua! Jangan seperti Tikus." Huli Yue memandang wajah Datar.
" Hahahaha... Sepertinya kalian telah mengetahuinya manis...." Tawa jahat dari Pemimpin dari kelompok berpakaian serba Hitam.
" Hanya ini? Keluar Semuanya.!" Xin Chie menatap ke 2 arah di balik Pepohonan.
" Hahahaha. Sepertinya kita memiliki incaran yang sama" ucap sosok berpakaian Sekte diikuti kelompoknya.
" Hahahaha. Sepertinya kedua Gadis ini bukan orang biasa." Kelompok lain juga muncul.
" Hei Kalian. mereka adalah bagian kami.! " pemimpin yang lain marah.
" Tidak perlu berebut. Maju kalian Semua! " Tantang Xin Chie.
" Ka Chie, Kita bertaruh siapa yang paling banyak." Huli Yue menjauh dari Xin Chie.
" Baik" Xin Chie juga menjauhi Huli Yue.
" Dduaaar... Dduaaar...Duuaaar... " Hujan petir menyerang Kelompok yang ada di depan Huli Yue.
" Wuush... Booomm " Semburan Api Ganas membuat semua Tubuh dari kelompok yang didepannya Gosong dan mati.
"GLUUG" Pemimpin dari yang berpakaian Sekte menelan ludah.
Namun sayangnya, belum sadar dari rasa Kagetnya kini mereka juga menjadi amukan Api dan Petir milik Huli Yue dan Xin Chie.
" Pantas saja Ka Ryu dengan mudah membunuh murid Sekte Lembah Racun jika seperti itu Daya Rusaknya." Huli Yue Sambil memungut beberapa harta yang masih utuh.
" Benar... Aku juga tidak menyangka jika Daya hancurnya sekuat ini." Xin Chie juga melakukan yang sama.
Setelah berhasil mengumpulkan harta Jarahan tersebut mereka melanjutkan perjalanan kembali dengan wajah masam, karena jarahan mereka dapatkan hanya sedikit.
......................
Tiga bulan telah berlalu saat Ryu menjadi anak angkat Yuyin dan Yuwen, kini mereka semakin Akrab seperti keluarga yang lain yang memiliki anak dari Darah daging mereka sendiri.
" Ayah, Ibu... Aku mendapatkan Siluman Serigala lagi. Pasti inti Rohnya sangat mahal." Ryu menunjukkan Siluman Serigala berusia Ratusan Tahun tingkat Surgawi di punggungnya.
" Nak... Sudah berapa kali aku katakan. jangan ke Hutan itu lagi. Terlalu Bahaya." Yuwen khawatir namun ada rasa kagum melihat anaknya dengan mudah membunuh Siluman.
" Tidak apa-apa Ayah. lagi pula aku tidak ada lecet sedikit pun." Ryu memperlihatkan tubuh kepada Ayah angkatnya.
" Nak... Biar Ayah yang Jual Siluman itu. Kamu mandi sana bersikan Badanmu dari Darah itu." Yuwen Sambil membersihkan kebun.
" Ayah. biar aku saja yang membawanya. Lagi pula aku ingin melihat Pemandangan Desa ini." Ryu beranjak menuju rumah Pedagang Sumber Daya.
Ryu terus berjalan melewati pemukiman warga tanpa memperdulikan Semua tatapan Aneh dari warga.
" Bukankah itu Anak dari Saudara Yuwen?" Tanya salah satu warga.
" Benar. Dia adalah Zhiliu anak dari Yuwen. dia lebih senang berburu ketimbang bertani." ucap yang lain.
" Sepertinya dia Orang yang berbakat. Kurasa ada baiknya kita laporkan kepada Kepala Desa untuk merekomendasikan masuk ke Sekte Pedang Kuno." Ucap warga lain.
" Benar saudara. mengingat beberapa tahun ini tidak ada satupun yang lolos masuk Sekte Pedang Kuno dari Desa kita ini." yang lain menimpal.
" Baiklah aku akan bertemu kepala Desa, semoga Pemuda itu bisa membawa nama Harum Desa kita ini." Ucap warga lain.
Lima Hari Kemudian, Ryu dan keluarga kecilnya sedang duduk bersantai di dalam rumah mengingat semua pekerjaan mereka telah selesai.
" Saudara Yuwen. Ini aku Kepala Desa. " Kepala Desa berdiri di Depan Pintu.
" Silahkan masuk kepala Desa." Sambut Yuwen.
" Ada apa Pak Kepala sampai datang kemari?" Yuwen bertanya.
" Begini Saudara Yuwen. aku mendengar dari beberapa warga tentang Nak Zhiliu yang sering berburu Siluman. Banyak warga yakin kalau anak Saudara Yuwen ini adalah orang yang berbakat. itulah aku datang Kemari." ucap Kepala Desa.
" Aahhh.. Begitu." Yuwen seakan tau arah pembicaraan.
" Pak kepala Desa. Ada apa kau mencariku? Apa aku ada salah?" Ryu bertanya dengan Polos.
" Kamu tidak bersalah Nak. Tapi aku ingin merekomendasikan mu untuk menjadi Murid Sekte Pedang Kuno agar kamu menjadi Kultivator Hebat kebanggaan Desa ini." jelas Kepala Desa.
" Kultvator itu Apa?" Tanya Ryu.
" Aahhh. Itu..." Kepala Desa menatap Yuwen dan Yuyin sedikit menunduk.
Hal itu memang mereka Rahasiakan kepada Ryu atas permintaan Yuyin yang seakan tidak ingin Kehilangan Anaknya meskipun bukan dari Darah Dagingnya.
Pembicaraan itupun menjadi Alot karena Yuyin seakan tidak ingin Kepala Desa menjelaskan tentang Dunia Kultivator kepada Ryu.
Namun karena rasa Keingintahuan Ryu membuat Yuyin terlihat pasrah berharap agar Ryu tidak berminat.
Kepala Desa dengan sabar menjelaskan menurut pengetahuannya tentang Dunia Kultivator, membuat Ryu sendiri semakin tertarik.
Meskipun tidak ikhlas, Akhirnya Yuyin menyadari bahwa dia tidak mungkin selalu berada di Sisi Ryu. Apalagi Ryu sekarang sudah Dewasa dan harus memilih jalan hidupnya sendiri.
Kepala Desa pulang dengan wajah tersenyum sangat puas dengan keputusan tersebut dan meminta Ryu untuk bersiap besok Pagi, karena dia Sendiri yang akan membawanya ke Sekte Pedang Kuno.
Pada keesokan Hari Pagi sekali, Ryu terlihat sudah menunggu kedatangan Kepala Desa sambil membawa beberapa bekal yang telah disiapkan oleh orang tua angkatnya.
" Selamat Pagi Nak. Sepertinya kamu terlihat bersemangat." Kepala Desa sambil berjalan ke arah Ryu.
" Selamat Pagi Pak Kepala Desa." Ryu memberi Hormat.
" Nak... Jika ada waktu datanglah kemari kami akan selalu merindukan kedatanganmu" Yuyin seakan tidak ingin berpisah.
" Nak. Belajarlah dengan Tekun agar kamu bisa menjadi kebanggaan Desa ini." ucap Yuwen.
" Baik Ayah" Ryu melangkahkan kakinya mengikuti kepala Desa yang sudah menunggunya.
kan 21 org