Pernikahan seharusnya menjadi momen yang paling membahagiakan dan ditunggu oleh pasangan yang saling mencintai. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Noami dan Gilang.
Pasalnya, pernikahan mereka terjadi secara mendadak dan tak mengenakkan akibat kesalahpahaman warga yang mendapati mereka berada di dalam rumah kontrakan Naomi dalam kondisi yang cukup intim.
Warga yang mengira kalau Naomi dan Gilang sudah melakukan tindakan tercela yang mencoreng nama baik desa mereka, memaksa mereka menikah saat itu juga. Tidak punya pilihan, Gilang dan Naomi terpaksa menuruti keinginan warga demi menyelamatkan naman baik mereka sebagai pendatang di sana.
“Meski kita sudah menikah, tapi kamu tidak boleh menuntut hak apapun kepadaku!” Kata Gilang setelah tak lama mereka menjadi pasangan suami istri.
Begitu banyak kesepakatan menyakitkan yang dibuat oleh Gilang ditambah sikap Gilang yang sering mengacuhkannya setelah mereka menikah, membuat Naomi merasa pernikahan yang dijalaninya hanya membuatnya terluka.
Apakah Naomi mampu bertahan dengan pernikahan yang hanya membuat luka untuk dirinya meski sebenarnya tanpa diketahui oleh Gilang jika Naomi sudah mencintai Gilang sejak lama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PML 20 - Mengabdi Kembali?
Di sisi lain, Naomi terlihat sedang duduk termenung di dalam ruangan kerjanya. Sejak masuk ke dalam ruangan kerjanya tadi, Naomi tak henti memikirkan masalah pernikahannya dan Gilang yang semakin hari semakin parah.
“Apa aku sanggup menjalani hubungan pernikahan ini dengannya?” Lirih Naomi. Rasanya Naomi ingin sekali menangis memikirkannya.
Di tengah kegalauan yang melanda, Mama Jelita yang juga bekerja di rumah sakit yang sama dengan Naomi nampak masuk ke dalam ruangan kerja Naomi. “Naomi, kamu kenapa nak?” Tanya Mama Jelita setelah melihat wajah Naomi yang terlihat tidak baik-baik saja.
Perlahan kepala Naomi terangkat. Menatap wajah mamanya dengan senyum. “Naomi gak papa, Mah. Memangnya Mama lihat Naomi kenapa?” Tanyanya bingung.
Mama Jelita memperhatikan dengan intens wajah putrinya. Meski wajah Naomi tersenyum. Namun, Mama Jelita melihatnya tetap tidak baik-baik saja.
“Kamu ada masalah? Ayo cerita sama Mama.” Kata Mama Jelita tanpa menjawab pertanyaan Naomi barusan.
Naomi terdiam. Sejak kecil dia selalu menceritakan apa saja masalahnya pada Mama Jelita. Mama Jelita pun selalu tahu suasana hatinya. Jadi maklum saja kalau saat ini Mama Jelita tidak percaya dia baik-baik saja hingga bertanya seperti itu.
“Gak ada masalah apa-apa, Ma. Naomi cuma capek aja.”
Dahi Mama Jelita mengkerut. “Capek? Memangnya kamu habis ngapain kok bisa ngomong capek begitu?” Pertanyaan Mama Jelita tak dapat langsung Naomi jawab. Hingga membuat Mama Jelita mengambil kesimpulan kembali. “Kamu jangan bohong sama Mama, Naomi. Ayo cerita. Apa kamu ada masalah dengan Gilang?”
“Enggak, Mah.” Naomi cepat menyahut. Dia tak ingin Mama Jelita sampai berpikiran kemana-mana. “Hubungan aku dan Gilang baik-baik saja. Dia memperlakukan aku dengan baik sebagai istrinya.” Balas Naomi meyakinkan.
Mama Jelita rasanya bingung apakah harus percaya atau bagaimana. Namun, mendesak Naomi agar jujur pun rasanya sedikit sulit.
“Oh ya, ada apa Mama datang menemuiku?” Tanya Naomi. Karena tidak biasanya sekali ibunya yang super sibuk itu bakalan datang menemuinya di saat jam bekerja seperti ini.
“Gak papa. Mama cuma ngasih tahu kamu kalau dua bulan lagi ada kegiatan pengabdian lagi ke desa. Sekarang pimpinan rumah sakit lagi merekomendasikan beberapa dokter yang mau ditunjuk untuk pergi mengabdi.” Balas Mama Jelita.
Naomi terdiam. “Pengabdian lagi?” Rasanya Naomi sedikit trauma mendengarnya. Pasalnya, di tempat pengabdiannya dulu dia mendapatkan kenangan yang kurang mengenakkan.
“Iya. Tapi kali ini daerahnya masih terjangkau dan akses kendaraan di sana cukup memadai. Jadi gak terlalu menyulitkan para dokter untuk membawa kendaraan pribadi ke sana.”
Naomi terdiam kembali. Dia jadi memikrikan rencana pengabdian itu kembali.
“Ya sudah, kalau begitu Mama balik ke atas dulu. Sebentar lagi ada jadwal praktek!” Pamit Mama Jelita.
Naomi mengiyakannya. Setelah kepergian Mama Jelita, Naomi memikirkan perkataan mamanya tadi.
“Apa sebaiknya aku menawarkan diri untuk ikut pengabdian lagi?” Lirih Naomi. Rasanya lebih baik jika dia mengambilnya saja. Dengan begitu, Naomi tidak akan sering bertemu dengan Gilang dan perasaannya tidak akan terluka setiap kali berhadapan demgan Gilang.
“Ya, lebih baik aku ambil saja. Aku akan memberitahukan masalah ini pada Gilang nantinya supaya dia memberikan izin pada Mama untuk merekomendasikan aku mengabdi kembali nantinya.” Sambung Naomi. Untuk masalah izin dari Gilang, Naomi yakin kalau Gilang pasti akan mengizinkannya. Bahkan Naomi berpikir Gilang bakalan senang jika dirinya pergi jauh dari hidup Gilang.
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Naomi dan Gilang, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya. Terima kasih🌺
Gilang marah tidak ya Naomi pulang ke rumah mamanya untuk menemui kak Nadira tidak mengajaknya