Pendekar Dari Alam Dewa

Setelah perjalanan panjang dan pertarungan yang tak terelakkan, kelompok Long Tian akhirnya tiba kembali di Sekte Api Emas. Mereka langsung menuju aula utama untuk melaporkan hasil misi mereka. Tetua Yan sudah menunggu di sana bersama beberapa tetua lainnya, terlihat santai, namun penasaran dengan hasil misi yang baru saja selesai.

Ketika Long Tian mengeluarkan semua batu kristal yang berhasil mereka kumpulkan dari dalam cincin ruangnya, ruangan itu seketika dipenuhi oleh pancaran Qi spiritual murni. Cahaya dari batu kristal itu berkilauan, membuat semua orang yang hadir terkejut, terutama Tetua Yan.

"Ini...!" Tetua Yan terpaku, matanya membelalak saat melihat jumlah batu kristal yang lebih dari 10 kilogram. "Kalian benar-benar menemukan sebanyak ini? Aku tidak menyangka batu kristal sebanyak ini bisa ditemukan di gua itu. Ini adalah sumber daya yang luar biasa!"

Ming Xiu tersenyum kecil. "Berkat Long Tian, Tetua. Dia yang memimpin kami dengan baik selama misi."

Tetua Yan mengangguk penuh penghargaan. "Kerja bagus. Batu kristal ini memiliki Qi spiritual yang sangat murni. Mereka dapat digunakan untuk bahan membuat senjata spiritual tingkat tinggi. Ini akan menjadi aset besar bagi sekte kita."

Setelah mengamati batu kristal itu dengan saksama, Tetua Yan melangkah mendekat dan mengeluarkan hadiah sesuai janji yang telah diberikan sebelumnya.

"Karena misi kalian berhasil dengan sangat baik, seperti yang telah dijanjikan, berikut adalah hadiah untuk kalian," ucap Tetua Yan. Ia menyerahkan sebuah kotak berisi 5 pil peningkatan Qi tingkat tinggi, sekantong besar berisi 500 keping koin emas, dan sebuah buku teknik pedang tingkat tinggi yang terlihat tua namun penuh energi.

Kelompok Long Tian menatap hadiah itu dengan antusias, kecuali Long Tian yang tetap tenang seperti biasa.

Tetua Yan menambahkan, "Namun, buku teknik pedang ini hanya satu. Kalian harus bergantian untuk mempelajarinya. Ini adalah teknik pedang yang jarang ditemukan di tingkat dua. Jangan sia-siakan."

Mendengar itu, kelompok Long Tian saling menatap, terlihat bingung bagaimana membagi waktu untuk mempelajari teknik tersebut. Namun, Long Tian melangkah maju dan berbicara dengan tenang.

"Aku tidak membutuhkan buku itu. Kalian berempat saja yang mempelajarinya," ucapnya sambil melirik Zhou Liang, Ming Xiu, dan dua murid lainnya.

Ming Xiu terkejut. "Long Tian, bukankah ini peluang besar untukmu?"

Long Tian hanya tersenyum kecil. "Aku tidak membutuhkannya. Aku sudah memiliki teknik pedangku sendiri. Kalian lebih membutuhkan ini daripada aku."

Tetua Yan mengangguk pelan, terkesan dengan ketulusan Long Tian. Kemudian, Long Tian mengambil satu pil dan sekantong kecil berisi 100 keping koin emas sebagai bagiannya.

"Ini sudah cukup untukku," ucapnya ringan.

Kelompoknya melihatnya dengan rasa hormat yang semakin mendalam. Tidak hanya kekuatannya yang luar biasa, tetapi Long Tian juga menunjukkan sikap rendah hati dan perhatian pada rekan-rekannya.

Setelah selesai membagi hadiah, kelompok itu berpamitan kepada Tetua Yan dan kembali ke asrama mereka masing-masing. Zhou Liang dan Ming Xiu, tidak sabar untuk mulai mempelajari teknik dari buku itu, sementara Long Tian kembali ke kamarnya, membawa pil dan koin emas yang menjadi bagiannya.

Di dalam hati, Long Tian merasa misi ini hanyalah satu langkah kecil yang tidak berarti dalam perjalanannya. "Sekte ini memiliki sumber daya yang melimpah, tapi aku harus tetap fokus pada tujuan utamaku. Pagoda Api Jiwa... itulah yang benar-benar aku cari," pikirnya sambil menyimpan pil dan koin emas di cincin ruang miliknya.

...

Sesampainya di kamar, Long Tian membuka pintu dengan santai. Di dalam, Bai Zhi dan Han Yu sudah menunggu dengan ekspresi penasaran. Bai Zhi, yang selalu penuh antusias, langsung bangkit dari tempat duduknya begitu melihat Long Tian masuk.

"Long Tian! Bagaimana misinya? Apa kalian berhasil menemukan batu kristalnya?" tanyanya dengan nada penuh semangat.

Han Yu, meskipun terlihat lebih tenang, ikut memandang Long Tian dengan penuh harap.

Long Tian melepaskan jubahnya dan duduk di kursinya dengan santai. "Tentu saja. Kami bahkan mendapatkan lebih dari yang diperkirakan."

Bai Zhi berseru. "Tentu saja! Kalau ada kau di kelompok itu, mana mungkin mereka gagal."

Long Tian hanya tersenyum tipis, tak ingin memperpanjang pujian. "Tapi misi ini bukan hanya tentang aku. Mereka bekerja keras juga, dan kami mendapatkan hasil yang memuaskan."

Han Yu mencondongkan tubuhnya ke depan, matanya menyipit. "Jadi, apa hadiahnya? Jangan pelit cerita."

Long Tian tertawa kecil. "Hadiah? Lima pil peningkatan Qi tingkat tinggi, 500 keping koin emas, dan sebuah buku teknik pedang tingkat tinggi."

Bai Zhi langsung terkejut. "Itu hadiah yang luar biasa! Jadi, kau sekarang kaya, ya?"

Long Tian menggeleng pelan. "Aku hanya mengambil bagianku, satu pil dan 100 keping koin emas. Sisanya untuk kelompokku."

Han Yu memutar matanya. "Tentu saja. Kau selalu seperti itu, ya? Mengambil secukupnya dan menyerahkan sisanya ke orang lain."

Bai Zhi mendekat dengan senyum lebar. "Kalau begitu, traktir kami dengan koin emasmu! Kita pergi ke kedai malam ini. Bagaimana?"

Long Tian menatap Bai Zhi dengan tatapan malas. "Baru kemarin kita ke kedai. Kau belum puas?"

"Puas itu sementara, Long Tian. Makanan enak dan minuman harus dinikmati sesering mungkin," jawab Bai Zhi tanpa malu.

Han Yu menyeringai. "Jangan dengarkan dia. Dia hanya ingin cari alasan untuk makan gratis."

Long Tian akhirnya tertawa kecil, suasana kamar terasa hangat dan akrab. "Kalian benar-benar tahu cara memanfaatkan situasi. Baiklah, tapi tidak malam ini. Aku butuh istirahat setelah perjalanan panjang."

Bai Zhi menghela napas pura-pura kecewa, tetapi senyumnya tak bisa disembunyikan. "Baiklah, kau menang kali ini. Tapi jangan lupa traktir kami nanti!"

Long Tian hanya mengangguk ringan, sementara Han Yu menepuk bahunya. "Kau memang pemimpin yang baik, Long Tian. Tidak heran orang-orang mulai mengidolakanmu."

"Aku tidak peduli soal itu," jawab Long Tian singkat. "Yang penting, aku punya kalian di sini. Itu sudah cukup."

Mereka bertiga akhirnya larut dalam obrolan ringan, membicarakan hal-hal sepele, saling bercanda, dan menikmati suasana tenang setelah hari yang penuh tantangan. Di tengah dunia yang penuh kompetisi, kamar itu adalah tempat mereka bisa merasa menjadi diri sendiri.