" Maaf Al, kita nggak bisa lanjutin hubungan kita ini."
Sakit hati Alna, tiba-tiba diputuskan oleh sang tunangan yang merupakan seorang tentara. Tanpa ada alasan yang jelas, hubungan yang sudah berjalan 3 tahun itu pupus begitu saja.
Sebenarnya Alna bukan lah korban "Hallo Dek!", karena dia juga merupakan seorang tentara. Ia dan Bimo berada di kesatuan yang sama.
Untuk mengobati sakit hatinya, Alna mengusulkan dirinya sendiri untuk pergi melakukan tugas sebagai seorang dokter di sarang mafia besar yang disinyalir mendanai perang. Tapi siapa sangka sang mafia malah jatuh cinta kepada Alna.
" Aku akan terus mengejarmu meskipun kau menolak ku. Aku bahkan rela membuang semua ini asalkan kau mau menerimaku." Ahmed Yusuf Subrata.
" Tapi aku adalah orang yang ingin menangkap mu." Alna Gyantika Kalingga
Bagaimana kisah cinta Mayor Alna?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentara dan Mafia 09
Tiga hari berlalu, Bimo datang menemui Mila di kafe milik wanita itu. Secangkir minuman kesukaan Bimo disajikan oleh Mila. Dan kemudian wanita itu pun duduk di depan Bimo.
Ini adalah hari yang dijanjikan oleh Bimo untuk memberi Mila Jawaban. Tempat duduk yang sama seperti saat Bimo menyatakan cinta kepada Mila namun diwarnai dengan sebuah peristiwa yang tidak terduga. Namun kini Mila yakin bahwa peristiwa tidak enak itu tidak akan pernah terulang dan hanya akan menyisakan sebuah akhir yang membahagiakan.
" Neng, Aa' udah bilang ke Ibu. Tentang keinginan Mila untuk segera menikah. Dan Ibu setuju. Ibu tanya kapan sekiranya kami bisa ketemu keluarga Mila."
Senyum langsung terukir di bibir wanita itu. Mila sangat senang, akhirnya apa yang dia harapkan akan terwujud juga. Pun dengan Bimo sebenarnya.
Bimo menginginkan istri yang lembut dan keibuan, nah dia sudah mendapatkan dari seorang Mila. Jadi sebenarnya Bimo sangat senang saat Mila langsung mengajaknya menikah.
" Sebenarnya Mila udah tanya ke Abah dan Umi, katanya kapan aja A' Bimo mau datang, mereka siap."
" Oke kalau gitu, satu minggu lagi ya."
Mila mengangguk, rasa bahagia dalam hatinya begitu meluap-luap hingga terpancar pada hatinya.
Tring
Seorang pelanggan masuk kesana. Namun saat pelanggan itu melihat Bimo, dia langsung keluar lagi.
" Kenapa In?"
" Males aku, ada kadal buntung di sini. Besok-besok nggak usah ke sini lagi lah. Males pasti nemu kadal buntung itu lagi."
Indi yang merupakan teman dari Alna lah yang datang. Sebenarnya dia tidak masalah dengan Mila mau dekat atau apa dengan Bimo. Yang membuat Indi kesal adalah laki-lakinya, yakni Bimo.
Mengingat bagaimana Alna menangis karena patah hati, rasanya Indi ingin sekali menuangkan kopi yang ada di cangkir itu ke kepalanya Bimo. Tapi dia masih bisa menahan emosinya.
Teman Indi yang tidak tahu duduk permasalahannya hanya menatap dengan penuh kebingungan. Kadal buntung yang dibilang Indi pastilah seorang pria, tapi di kafe itu hanya ada satu pria saja.
" Kamu serius ngatain cowok berseragam tadi kadal buntung."
" Iya soalnya dia mutusin pertunangan sama temanku buat bisa jalan sama cewek pemilik kafe itu."
" What the f*ck, aje gilee. Serius In? waah kasian banget ya temen mu itu."
Indi hanya mengangguk. Ia memang kasihan dengan Alna, tapi Indi juga bersyukur. Kebusukan Bimo terungkap sekarang sebelum Alna dan Bimo sudah di jenjang pernikahan. Berarti secara tidak langsung Alna terselamatkan oleh pria seperti Bimo.
Tring
Sebuah pesan masuk ke ponsel Indi. Wanita itu tersenyum karena yang mengirimi pesan adalah Alna.
< Makan yu, pengen steak di depan markas>
< Oke, aku ke situ>
Teman Indi memutuskan untuk pulang. Padahal Indi mengajaknya makan, tapi temannya itu tidak mau. Pada akhirnya Indi pergi sendiri untuk bertemu dengan Alna.
Tidak butuh waktu sampai 10 menit buat Indi sampai di lokasi. Karena memang tempatnya tidak terlalu jauh dari Kafe milik Mila.
" Hei!"
Alna melambaikan tangannya saat melihat Indi masuk ke tempat makan. Wanita itu langsung duduk di sebelah Alna dan memeluk sang teman.
" Kenapa? Oh iya aku udah pesenin, seperti biasa."
" Makasih, aku sebel. Pengen cerita tapi takutnya nanti kamu malah nggak mood makannya."
Alna mengerutkan keningnya. Saat ini yang Indi ketahui tentang merusak mood Alna adalah tentang Bimo.
" Bimo?"
" He em, barusan aku lihat di kafe punya tuh mbak-mbak itu. Dan aku denger sesuatu."
" Apa?"
Indi tidak langsung bicara, dia takut temannya itu menangis lagi. Dia paling tidak bisa melihat Alna menangis apalagi karena patah hati yang menyakitkan.
" Bilang aja, aku udah nggak apa-apa kok."
" Mereka mau married kayaknya, Al."
Alna mengambil nafasnya dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan. Entah mengapa dia sama sekai tidak lagi merasa sakit hati.
Mungkin rasanya ke Bimo benar-benar sudah hilang jadi dia tidak peduli dengan apapun yang pria itu akan lakukan.
" Ohh bagus dong. Turut berbahagia. Bagiku dia hanya sampah yang nggak berguna, jadi silakan saja mau dipungut oleh siapapun juga. Tenang Indi, aku nggak bakalan sakit hati lagi. Aku beneran udah buang cowok model kayak begitu."
" Haah syukur Alhamdulillah. Aku seneng Al kamu bisa tegar gini. And by the way, kamu mau pergi kan. Semoga kamu dapat cowok ganteng kaya raya yang melebihi tuh si kadal buntung. Biar dia besok nyesel se nyesel-nyeselnya karena udah ninggalin kamu."
Alna hanya tertawa saat mendengar doa dari Indi. Yang Indi tahu, Alna hanya sekedar pergi. Padahal ia akan melakukan misi yang tidak mudah.
Jadi bagaimana mau dapat seorang pria, wong dia saja mau bekerja. Itu lah isi kepala dari Alna.
Namun dia tentu hanya diam, misi yang dia lakukan tentu tidak boleh sembarangan diberitahukan kepada siapapun.
Dan ini membuat Alna merasa aneh, bagaimana bisa Bimo tahu kalau dia akan pergi. Karena pada dasarnya misi adalah rahasia yang hanya diketahui oleh pemilik misi.
" Nggak mungkin kan Om Irawan ngasih tau dia," gumam Alna lirih.
Namun selanjutnya ia memilih mengabaikan hal itu. Dia tidak lagi perlu memikirkan pria itu, karena bagi Alna, Bimo sudah lagi bukan siapa-siapa.
Selepas makan bersama Indi dan mengatakan kapan dia pergi, mereka memisahkan diri untuk pulang ke rumah masing-masing.
Alna mengendarai motornya dengan senang. Dia memutuskan untuk menikmati pemandangan kota yang ia tinggali ini. Berhubung banyak waktu yang akan ia gunakan untuk menjalankan tugas, pasti lama lagi dia akan kembali.
" Haaah rasanya seger banget," ucap Alna.
Namun wajah senangnya itu berubah menjadi masam saat melihat sesuatu. Sebuah pemandangan yang sangat tidak ingin dia lihat.
" Ya mungkin memang model wanita kayak gitu yang dia mau jadi istrinya. Bukan yang kasar dan nggak ada anggun-anggunnya sama sekali kayak aku. It's oke Alna. Kamu baik-baik aja. Nggak ada gunanya juga nangisin cowok modelan kayak gitu lagi."
Meskipun dia berkata baik-baik saja, tapi hatinya tidak bisa dipungkiri bahwa terasa sangat sakit. Rasanya seperti kaca yang remuk dan mengenai kaki. Ya perih dan ngilu.
Pemandangan yang ia lihat itu adalah Bimo dan wanita yang ia lihat di kafe. Wanita yang cantik, lembut dan anggun. Alna tahu dari cara wanita itu berbicara yang mana sangat berbeda dengan dirinya.
" Dah lah Al, memang dia buka jodohmu. Jadi mari ikhlaskan seiklhas-ikhlasnya. Allah telah menyelamatkanku dari kadal buntung. Hahhaha Indi bisa bener bikin sebutan. Ayo fokus ke depan dan jangan pernah lagi melihat ke belakang. Bismillah, semua pasti baik-baik saja. Fokus untuk bekerja dan melakukan yang terbaik. Dubai, i'm comiiiiiing."
TBC
kak alurnya berasa cepet deh
km salah lawan tuan yg km blng lemah itu hanya kamuflase saja
semoga berjalan sesuai harapan Yusuf