Memiliki Kakak tiri dengan segudang pesonanya membuat Neira berperang dengan perasaannya.!
Bagaimana bisa Neira harus menahan dirinya untuk tidak menyukai Kakak tirinya dengan semua perhatian yang dia dapatkan juga semua perlakuan manis darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengerjakan PR
suara ketukan meja terus terdengar siapa lagi pelakunya jika bukan Neira yang terus saja mengetuk pena di meja belajar nya.
Dia sedang mengerjakan tugas sekolah namun masih ada yang belum dia mengerti.
Huh, kenapa gak ketemu rumusnya sih.
Apa minta tolong Kak Gevan aja ya.
Neira tampak berpikir, namun dia kembali teringat jika guru fisika nya terkenal killer membuatnya bergidik. Gak mau dong dia di hukum hormat di depan bendera bisa malu juga.
Ya deh gue minta bantu Kak Gevan aja.
Neira beranjak dengan membawa bukunya.
Tok..
Tok..
Tok..
"Kak, Ini Neira."
"Masuk.."
Ceklek
Neira membuka pintu kamarnya, dan berjalan masuk.
"Kakak sibuk gak?"
Gevan meletakkan ponselnya dan beralih menatap Neira yang berdiri di depannya.
"Em Nei mau minta tolong."
Gevan mengangkat alisnya seakan bertanya.
"Bantuin ngerjain tugas Kak, ada yang Nei gak paham."
Gevan menggeser kursinya.
Neira tersenyum dan langsung duduk di samping Gevan.
"Mana yang Lo gak paham."
"Nomor 3 sama Nomor 5."
Gevan mengangguk dan membacanya, lantas dia menjelaskan rumus yang harus Neira pakai.
"Jelas?"
"Eum, Nei coba kerjain dulu."
Gevan menatap Neira yang fokus menjawabnya, tatapan terus ke arah wajah Neira yang tampak sangat cantik dengan rambut yang sengaja di Cepol asal.
Leher putih mulusnya, membuat Gevan meneguk kasar ludahnya namun dia langsung menggeleng bagaimana bisa dia berpikir seperti itu terhadap adiknya.
Hingga beberapa menit, Neira masih fokus namun Gevan sama sekali tidak beralih dari sana.
"Coba kakak cek dulu."
Gevan mengangguk dan mulai meneliti, Neira yang sudah tampak lelah dan mengantuk pun memejamkan matanya.
Gevan menoleh, menatap wajah polos Neira yang terlelap dengan kedua tangan untuk menumpu wajahnya.
tangan Gevan terangkat membenarkan anak rambut yang menutupi wajah cantik adiknya.
Perlahan dia pun beranjak dan membopong tubuh Neira membawanya ke tempat tidurnya.
Gevan menarik selimut untuk menutupi tubuh Neira dia lantas mengusap lembut rambut Neira dan kembali membereskan buku-buku di atas meja.
Dia lantas berbaring di atas sofa.
********
Suara gemercik air mengganggu lelapnya seorang gadis yang masih meringkuk di balik selimut tebalnya.
perlahan Neira membuka matanya, di tatapnya ruangan yang cukup dia kenali.
Dia pun mengernyit kenapa bisa dia berada di dalam kamar Gevan.
Perlahan dia Terbangun dan berpikir hingga dia menyadari jika semalam dia belajar dan tertidur berarti Gevan yang membopong nya tapi kenapa tidak membawanya ke kamar.
Di saat banyak pertanyaan di otaknya, Neira langsung menatap pintu kamar mandi. Terdengar suara air membuat Neira langsung beranjak bangun dan berlari keluar.
Gevan yang baru saja keluar mengernyit saat menyadari jika tempat tidurnya sudah kosong. Berarti Neira sudah bangun.
Dia lantas kembali berjalan menuju walk in closed untuk memakai pakaiannya karena hari ini dia harus datang lebih baik untuk melanjutkan Ospek di Kampus.
Neira pun telah bersiap dengan seragam sekolahnya, dan tas yang dia jinjing.
Dengan sedikit berlari Neira keluar dan menuruni tangga namun langkahnya terhenti saat melihat Gevan yang sudah berada di meja makan.
"Pagi Kak." Ucapnya tersenyum dan duduk di kursinya.
Gevan mengangguk dengan masih menikmati roti.
Tidak ada obrolan apapun hingga mereka menyelesaikan sarapan mereka.
"Ayo" Ucap Gevan berjalan lebih dulu.
Neira berjalan menyusul dan berdiri di samping motor besar Gevan.
"Naik."
Neira menurut dan naik dengan bantuan Gevan.
Motor melaju keluar menyusuri jalanan kota. Tidak ada lagi obrolan entahlah baik Neira ataupun Gevan Sama-sama dengan pikiran mereka sendiri hingga tanpa sadar motor berhenti tepat di depan gerbang Sekolah.
"Em Kak, nanti pulang sekolah Nei mau ke Gramedia bareng Widi juga Mika ya."
"Pulangnya gue jemput."
Neira mengangguk dan berbalik namun Gevan memanggilnya.
"Neira."
"Kenapa Kak."
Gevan membuka tasnya dan mengeluarkan buku milik Neira.
"Buku Lo."
"Oya Nei lupa kak, makasih."
"Hm"
Neira tersenyum dan mengangguk.
Dia lupa tidak mengambil bukunya saat keluar dari kamar Gevan.
"Ya udah Nei masuk dulu, Bye Kak."
Gevan mengangguk dan menatap Neira yang berjalan masuk.
Dia pun baru melajukan motornya.
Sedangkan seorang yang baru saja keluar dari mobil tampak tersenyum menatap Gevan.
Ternyata ganteng juga pacar Neira.
Elisa tersenyum dan berjalan masuk setelah puas menatap Gevan.
Hari ini dia tidak berangkat bersama Alex karena Alex yang tidak menjemput nya, beberapa hari hubungan mereka memang sedikit renggang.
"Neira.!"
Neira menghentikan langkahnya dan berbalik, namun dia menghela napasnya karena melihat Elisa lah yang memanggilnya dan berjalan mendekat.
"Kenapa?"
Elisa tersenyum,,
"Jutek banget sama temen sendiri Lo."
Neira memutar bola matanya malas, mau apalagi Elisa memanggilnya dan apa dia tidak salah dengan Elisa bicara mereka teman. Sejatinya seorang teman tidak akan merebut pacar sahabat nya.
"Gue liat Lo selalu di antar dan di jemput cowok itu, dia siapa? Pacar baru Lo?"
"Bukan urusan Lo."Ucap Neira kembali akan berjalan namun Elisa menahannya.
"Gue belum selesai bicara Nei."
"Apa Lagi sih."
"Dia bener cowok Lo, tapi gue lihat dia bukan seorang siswa apa dia sudah kuliah?"
Neira menautkan kedua alisnya heran.
"Gak usah kepo deh, mau dia cowok gue atau bukan juga bukan urusan Lo kali."
"Memang bukan Nei, cuma-
"Udah lah gue mau ke kelas."
Neira meninggalkan Elisa yang tidak jelas. Untuk apa juga dia menanyakan soal Gevan apa hubungan dengannya.
Neira,,
Gue gak akan diam aja Nei, Alex saja bisa gue rebut dari Lo apalagi cowok Lo.
Mudah buat gue buat merebut semua yang Lo miliki karena gue gak akan pernah biarkan Lo lebih unggul dari gue.
Elisa tersenyum dan kembali berjalan menyusut lorong sekolah.
Nico yang baru saja melihat Neira lantas memanggilnya.
"Neira"
"Ya Kak, kenapa?"
"Lo baru berangkat ya"
"Iya Kak."
"Tadi siapa yang antar Lo, Pacar baru Lo ya."
Neira terkekeh dan menggeleng.
"Bukan kak, tadi Kakak gue."
"Oh gue kira pacar baru Lo, tapi sorry Lo beneran udah putus sama Alex ya."
Neira mengangguk.
"Sorry bukan maksud gue -
"Gapapa Kak, sans."
Nico tersenyum dan mengangguk.
"Gue ke kelas dulu ya Kak."
"Oke."
Neira tersenyum dan kembali berjalan, Nico masih terus menatap Neira yang semakin jauh.
Entahlah mendengar ucapan Neira membuat hati dan perasaannya tenang dia lantas tersenyum dan kembali berjalan menuju ruang OSIS.
Nica sudah lama memang menaruh hati terhadap Neira namun dia harus memendam perasaannya saat tau jika Neira berpacaran dengan Alex yang notabene adalah kapten basket sekolah.
Nica hanya bisa menahan dan memendam perasaannya karena melihat hubungan mereka yang begitu dekat bahkan di saat Neira baru masuk SMA.
semangat untuk karya novel lainya dan ehem jangan Lupa thor EXTRA PARTNYA YAA