NovelToon NovelToon
Pengejar Lelaki

Pengejar Lelaki

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:476
Nilai: 5
Nama Author: Khara-Chikara

Ima mengalami hal yang sangat luar biasa pada kehidupan nya yang beranjak dewasa. Dia baru tahu bahwa cinta harus memandang usia, uang, kualitas, fisik bahkan masih banyak lagi. Hal itu membuatnya bimbang akan pilihan kedepan nya bagaimana dia menemukan sesosok pria yang begitu baik untuk menemani kehidupan nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24

"Ima, bisa aku tahu soal Ayah mu, apa kau tahu sekarang dia dimana?" tanya Regis.

". . . Soal itu, dia adalah Direktur perusahaan, tapi tak mau sama sekali membantu Ibu ku, jadi ya, begitulah dia menikmati kehidupan nya sendiri," balas Ima.

". . . Jangan khawatir, kau harus tetap bersyukur soal itu, mungkin di sisi lain ada banyak yang lebih buruk dari mu."

"Yah, karena itulah Mas Regis harus bisa menepati janjimu, kau tidak boleh seperti Ayah ku."

"Aku tidak akan sepertinya, sejak bertemu dengan mu, kau selalu bilang hal hal yang dilarang dan hal hal yang sudah aku lakukan, di saat itu juga aku sadar aku banyak melakukan hal yang salah dan bertemu dengan mu aku yakin ini adalah jalan pertama ku untuk merubah semuanya."

"Apa maksud Mas Regis, apa Mas Regis dulu melakukan sesuatu?"

". . . Hanya hal yang umum dilakukan oleh banyak pria berpangkat sepertiku, tapi sekarang sudah tidak..."

"Aku kurang yakin dengan kata kata itu, aku juga tak tahu hal apa yang akan terjadi nantinya, mempercayai pria seperti Mas Regis mungkin juga akan membutuhkan waktu," Ima menjadi memasang wajah ragu sambil menundukkan wajahnya. Tapi tangan Regis memegang tangan Ima membuat Ima terkejut menatapnya. Regis bahkan menatap sangat dekat.

"Ima, ikutlah dengan ku," kata Regis.

"Eh, kemana?"

"Ayo, ikut saja," Regis menarik tangan Ima.

Mereka berdua berjalan ke sebuah toko perhiasan yang buka di sana.

"Mas Regis, apa yang akan kita lakukan di sini?" tatap Ima dengan bingung.

Lalu mereka berjalan menuju ke seorang wanita yang menunggu. "Halo, selamat malam, apa ada yang bisa saya bantu di meja ini," dia menatap sambil menunjukkan meja kaca penuh cincin cantik di sana.

"Ima, kau suka yang apa?" tatap Regis.

"Eh, cincin? Apa maksud nya?" Ima masih belum mengerti.

"Aku ingin kita memiliki cincin pertunangan sekarang."

"Eh, sekarang?! Kenapa?" Ima menjadi terkejut.

"Yah kau tahu, seorang gadis harus mendapat kepercayaan cinta pada pria nya, jika kau tak bisa memilih, aku yang akan meminta," tatap Regis. Lalu ia menatap ke wanita tadi.

"Bisa tunjukan cincin pertunangan terbaik."

"Oh, tentu, silahkan tunggu sebentar," balas wanita itu, lalu ia kebelakang untuk mengambil.

"Mas Regis, apa kau yakin, aku benar benar tidak bisa menerima ini, cincin cincin ini terlalu mahal bahkan untuk satu orang sekaligus."

"Haha, Ima... Apa kau pikir aku tidak bisa membeli satu, jangan kan satu pasang, toko ini juga akan aku beli, tapi aku sadar, dengan uang sebanyak itu tak akan bisa mengambil hati milikmu, jadi aku akan melakukan apapun untuk mu agar bisa mendapat kan hati milikmu," kata Regis.

Lalu Ima tersenyum dan menjadi terharu bersamaan dengan wanita tadi yang kembali membawa kotak kecil.

"Ini dia, sepasang cincin lelaki dan wanita, sementara saya akan menunjukan modelnya dan pengukuran jarinya bisa dilakukan nanti," kata dia memberikan kotak itu pada Regis yang membukanya.

"Lihat, ini terlihat sangat cantik, Ima berikan tangan mu."

"Mas Regis, apa kau yakin?" Ima menatap. Lalu ia melihat senyum yakin Regis dan memberikan tangan nya.

"Oh, ini terlalu besar," tatap Regis.

"Kalau begitu saya akan mencari ukuran lain, bagaimana dengan ukuran anda tuan," Wanita itu memberikan cincin untuk pasangan lelaki.

"Ini.... Terlalu kecil."

"Sepertinya tangan mu besar dari ukuran pria," lirik Ima.

"He, tangan mu juga kecil seperti punya anak kecil," Regis membalas.

"Apa...?!"

"Haha, bercanda... Kau imut saat marah begitu," kata Regis. Seketika Ima benar-benar berwajah sangat merah.

Kemudian, wanita tadi kembali. "Mohon maaf Tuan, ukuran kalian sepertinya tidak ada, bagaimana jika besok saja kembali ke sini, kami pastikan ukuran kalian sesuai," tatap nya.

". . . Toko macam apa ini? Menyediakan ukuran kami saja tak ada," Regis menatap kesal.

"Mas Regis, sudahlah," Ima mencoba menenangkan dengan menahan dada nya. "Ayo kita keluar saja," tambah nya.

"Mohon maaf sekali lagi," Wanita itu hanya bisa menundukkan badan nya beberapa kali.

Setelah itu mereka berdua memilih untuk keluar.

"Baiklah, aku akan kembali besok saja," gumam Regis.

"Mas Regis, sepertinya ini tidak perlu," tatap Ima.

"Apa maksud mu?" Regis menatap.

"Mungkin kita bisa membelinya lain kali."

"Tidak bisa, jangan bilang begitu, ini demi kamu juga, aku membuat ini agar kau percaya padaku bahwa aku tidak akan meninggalkan mu," tatap Regis. Dia memegang pipi Ima membuat nya terdiam.

Ima terdiam, lalu berwajah merah dan membuang wajahnya. "Kamu... Kamu harus tahu, aku mengalami hal emosional jika berada di dekat mu, ini karena aku tak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini."

"Yeah, kau akan mendapatkan nya terus," tambah Regis. Ia mendorong kepala Ima untuk mendekat dan memeluk nya.

Ima terdiam, ia lalu mengangkat tangan nya di dada Regis dan mereka memeluk sangat hangat. "Ini benar-benar sangat hangat, lebih hangat dari pada apapun... Aku tak mau ini berakhir... Dan aroma parfum ini... Sangat nyaman. Oh benar, Aroma parfum milik Mas Regis..." Ima terdiam bingung.

"Ada apa?"

"Aku baru sadar, aroma nya menjadi berbeda dari aroma parfum milik Lio Zheng... Apa yang terjadi?"

"Oh, jadi kau mengetahui nya bahwa dulu parfum ku sama seperti parfum milik Lio Zheng?" Regis menatap.

"I-iya, kupikir dulu hanya kebetulan ternyata kalian memang lah rekan."

"Ya begitulah, sebenarnya selama di Jepang, aku belum menemukan rumah untuk ku sendiri jadi ya bisa di katakan, aku tinggal bersama Lio Zheng, rumah nya juga luas jadi kami tidak terlalu bisa digosipin orang dekat, ketika aku pergi aku selalu di tawari memakai parfum milik nya, dia bilang itu bisa menarik perhatian Wanita," kata Regis.

"Ja-jadi kamu beneran tinggal bersama Lio Zheng?"

"Jangan khawatir, itu hanya semata tugas saja, sekarang aku sudah punya rumah sendiri di Jepang ini."

"Jadi, kalian memang sudah terbukti seorang rekan,"

"Ya mungkin bisa di bilang begitu, tapi mungkin karena aku sudah pulang di rumah ku sendiri, dia mungkin sendirian, lagipula dia juga sudah operasi mata," kata Regis.

"O-operasi mata... Tunggu, lupakan itu, aku tak mau membahasnya." Ima mendadak membuang wajah dan seperti kesal pada Lio Zheng sehingga dia malas membahasnya.

Lalu Regis mengerti akan hal itu. "Aku tahu itu Ima, karena itulah aku merubah aroma parfum ku, ini adalah parfum ku yang sesungguhnya, aku menggunakan nya sebelum memakai parfum milik Lio Zheng, jangan khawatir. Aroma parfum yang aku pakai, tidak akan bisa di pakai oleh orang lain karena ini parfum yang istimewa," kata Regis, ia memegang dagu Ima membuat Ima menatap padanya.

"Ya," Ima mengangguk senang dan memeluk Regis.

Ima mencium aroma di leher bawah telinga Regis. Lalu memeluk erat sehingga hal itu membuat Regis merasakan kehangatan juga.

Hari selanjutnya ibu Ima melihat jam dinding.

"Kenapa Ima belum keluar dari kamar.... IMA... BANGUN," dia berjalan akan mengetuk pintu tapi tiba-tiba pintu terbuka dari dalam. Dan ibunya terkejut karena Ima sudah bersiap. "Aku berangkat dulu ibu," tatap Ima.

"Hah...?! Kapan kau siap siap?" Ibunya menatap tak percaya.

"Tentunya dari tadi.... Berangkat dulu ibu..." Ima berjalan keluar lalu ibu nya melihat seorang pria berhelmet duduk di atas motor speed menunggu di depan rumah.

"Siapa pria itu?" Ibu nya menatap dari jendela. Lalu Ima terlihat menghampiri pria itu.

Di saat itu juga dia melepas helmet nya sendiri dan mendekat mencium kening Ima.

Seketika ibu Ima terkejut dan tahu bahwa itu Regis.

"Astaga... Benar-benar ya ampun.... Mereka terlihat romantis.... Ima cepat lah lulus.... Ya ampun..." dia menjadi mendukung hal itu.

"Pagi Mas Regis... Terimakasih sudah mau mengantarku hari ini," tatap Ima.

"Tak masalah, pakailah helmet mu," Regis memberikan helmet satu lagi dan memakai kan nya di kepala Ima.

"Apa ini memang motor mu?" Ima menatap.

"Kenapa? Baru tanya sekarang? Tentu saja lah... Kenapa kau bertanya?"

"Aku hanya heran, sebenarnya apa kau memang bisa mengendarai motor speed dan mobil di waktu yang sama?"

"Tentu saja... Oh aku tahu maksud pertanyaan mu, kau pasti berpikir bahwa aku ini dapat uang dari mana membeli dua kendaraan yang terlihat orang berjabat besar," kata Regis dengan lirikan nya.

Tapi Ima menatap dengan bingung. "Aku tidak memikirkan begitu... Aku masih heran saja kenapa tugasmu meminta mu bersikap seolah olah kamu tidak punya kendaraan seperti ini. Ketika kita sudah menjalin hubungan, kau terlihat menunjukan beberapa hal yang bahkan tidak pernah aku pikirkan..." tatap Ima dengan masih bingung dan bertanya tanya.

Tapi Regis hanya tersenyum kecil dan mendekatkan tubuhnya sedikit dengan suara pelan. "Terima kasih, sudah memikirkan ku..." tatapnya seketika Ima terkejut dan berwajah sangat merah, ia bahkan langsung mengulang wajahnya dan mulai kesal. "Kenapa jadi begitu?! Hanya saja di mana rumah mu itu, kau seharusnya berjanji akan membawa ku ke rumah mu?" tatap Ima.

"Baiklah, saat kau pulang nanti, aku akan mengantar mu, jam berapa kau pulang?"

"Mungkin malam."

"Hah... Kenapa malam? Mau belajar atau keluyuran?" Regis menjadi terkejut.

"Aku bekerja di kafe yang agak dekat dengan kampus, jangan khawatir saat pulang nanti aku akan mengabari mu untuk menjemput, kau tidak keberatan kan, Mas Regis?" tatap Ima.

"Tentu saja tidak, aku bisa mengantar mu kemana pun kau suka," balas nya membuat Ima sedikit tersenyum malu.

Setelah itu mereka pergi.

Ibu ima masih tersenyum melihat mereka pergi dari dalam rumah. "Haaah... Ima sudah tumbuh besar... Aku harap dia langgeng sama Regis.... Jangan seperti Ayah mu... Dia meninggalkan ibu begitu saja karena memilih pekerjaan besar... Aku harap dia tak melihat Ima... Aku memang bilang pada Ima bahwa Ayah nya sudah tiada tapi aku berbohong agar Ima tak tahu seberapa jahat nya dia," Ibunya menjadi teringat akan masa lalu yang kejam.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!