Arga, menyandang gelar casanova dingin yang tidak suka terikat hubungan, apalagi pernikahan. Maka diusianya yang sudah matang belum juga menikah.
Namun, kematian Sakti membuat dia harus menikahi Marsha. Wanita yang sedang mengandung benih milik sang adik.
Menikahi wanita yang tidak dia cintai, tidak mengubah kelakuan Arga yang seorang casanova suka bersenang-senang dengan para wanita.
Kebaikan, perhatian, dan keceriaan Marsha mengubah Arga secara perlahan sampai dia merasa tidak tertarik dengan para wanita diluar sana.
Namun, semua berakhir saat Valerie bangun dari koma panjang. Arga lebih mementingkan sang kekasih dari pada Marsha yang sedang hamil besar.
Arga merasakan penyesalan saat Marsha mengalami koma setelah melahirkan. Ketika sadar sang istri pun berubah menjadi sosok yang lain. Tanpa Arga duga Marsha kabur membawa Alva, bayi yang selama ini dia besarkan.
Akankah Arga bisa mendapatkan Marsha dan Alva kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Bersyukur
Bab 28
Arga tidak bisa menghentikan tangisan Alva, maka dia pun kembali ke apartemen, di sana ada ibunya mungkin bisa mendiamkan sang anak. Laki-laki itu mengabaikan panggilan Valerie karena tangisan bayi itu semakin kencang.
Pada dasarnya Valerie itu orang yang pantang menyerah untuk mendapatkan apa yang diinginkan, dia pun ikut masuk ke gedung apartemen dan ikut Arga.
"Astaghfirullahal'adzim. Kenapa cucu Oma?" tanya Ayu saat mendengar Alva menangis kejer.
Wanita paruh baya itu langsung mengambil alih Alva dari gendongan Arga. Lalu, mencoba mendiamkan dengan cara ditimang-timang.
"Tidak tahu, Bu. Dia tiba-tiba seperti itu. Apa di ketumpangan sesuatu?" tanya Arga sangat khawatir.
Ayu melirik ke arah Valerie yang kini berdiri di belakang Arga. Wanita setengah paruh baya itu tidak suka kepada sosok yang berdiri dibantu oleh kruk. Hatinya menilai kalau orang itu bukan perempuan baik-baik.
"Alva kayaknya tidak suka sama wanita itu. Ngapain kamu undang dia ke sini?" Ayu menatap tajam kepada putranya.
"Aku tidak mengundang dia, Bu," balas Arga jujur.
Valerie berdecak kesal karena Arga tidak membela dirinya di depan calon mertua. Padahal dia sudah berusaha keras agar bisa cepat jalan agar bisa segera menikah dengan Arga.
"Lalu, mau apa dia kemari?" tanya Ayu sambil menepuk-nepuk Alva agar tidur.
"Saya kemari ingin bertemu dengan calon suami dan calon ibu mertua." Tiba-tiba Valerie membalas ucapan Ayu.
Ibunya Arga itu semakin tidak suka dengan Valerie yang dinilainya tidak punya sopan santun dan tidak tahu malu. Sebagai seorang wanita yang lahir dan besar di desa, sudah jelas bagaimana kita punya adab. Baik itu tutur kata atau tingkah laku itu diutamakan.
"Kamu ingin jadi menantu aku? Tidak sudi. Menantu aku cuma Marsha, tidak ada yang lainnya lagi!" ucap Ayu dengan dengan sinis.
Arga sekarang menjadi pusing harus berbuat apa. Salah dirinya juga yang dengan mudah mengucapkan kata-kata janji. Sekarang begini akibatnya. Dia sungguh menyesal.
"Tapi, Arga sudah berjanji akan menikahi aku. Bahkan dia bersumpah akan menjaga aku seumur hidupnya," tukas Valerie dengan tatapan mengejek.
Kini Ayu melotot kepada Arga, terlihat jelas kalau dia ingin menghajar anaknya sekarang juga. Namun, dia tidak bisa melakukan hal itu, karena sedang menggendong Alva.
"Benarkah itu Arga?" tanya Ayu dengan ekspresi tidak suka.
Arha menarik dalam-dalam napasnya. Dia tahu kalau dirinya salah dan breng_sek. Juga menjadi bodoh jika berhadapan dengan Valerie, dari dahulu.
"Aku bicara seperti itu karena tidak mau melihat Valerie berputus asa. Aku harap dia bisa melanjutkan hidupnya dengan bahagia sesuai dengan keinginan dan harapan kedua orang tuanya. Aku bilang begitu untuk menyemangati dirinya, Bu. Lagian mana mungkin aku melepaskan Marsha yang sudah jelas-jelas terikat dengan aku dalam ikatan pernikahan," jawab Arga.
Laki-laki itu memang suka bertindak cepat tanpa memikirkan perasaan orang lain kedepannya. Dia tidak tahu kalau ucapan atau perbuatan kepada orang lain nanti akan berbalik kepada dirinya.
Valerie sakit hati mendengar ucapan Arga. Air matanya luruh begitu saja. Dia tidak terima sudah dipermainkan oleh Arga. Wanita itu lupa kalau dia juga sudah pernah membuat hati Arga sakit dan terluka oleh perbuatannya.
"Kenapa kamu bicara seperti itu, Arga? Bukannya selama ini kamu begitu mencintai diriku?" tanya Valerie dengan tatapan terluka, matanya berkaca-kaca.
"Ya, karena dulu kamu merupakan orang yang aku cintai, makanya aku tidak mau kamu berbuat bodoh. Aku ingin kamu menata masa depan kamu menjadi lebih baik. Yakinlah, kalau kita ingin bisa hidup bahagia maka jadilah orang yang bersyukur. Seharusnya kamu bersyukur masih diberikan kehidupan oleh Allah. Kenapa kamu malah mau menyia-nyiakan kesempatan yang sudah diberikan oleh-Nya. Apa kamu tidak sadar kalau Tuhan itu ingin kamu bertaubat dan menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Anggap saja kecelakaan itu adalah teguran untuk kamu karena Dia sangat menyayangi kamu dan ingin kembali ke jalan yang benar," ucap Arga dengan lembut.
Valerie malah menangis tergugu. Dia bukannya menangisi dirinya yang sudah banyak melakukan dosa. Namun, wanita itu menangis karena merasa dihina dan direndahkan oleh Arga.
"Sebaiknya kamu cari laki-laki yang belum memiliki pasangan. Di luar sana masih banyak laki-laki baik. Jadilah wanita baik-baik jika kamu ingin mendapatkan laki-laki baik. Kamu jangan menjadi wanita jahat, karena wanita jahat itu laki-laki jahat juga," lanjut Ayu yang masih menggendong Alva sambil menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut.
Arga menatap Valerie dengan iba, dia berharap wanita itu mau mengerti dan paham maksudnya. Mantan kekasihnya itu perempuan yang cantik pasti akan mudah mendapatkan laki-laki seperti apa pun yang dia mau.
***
Dua tahun kemudian
"Ayah!" Alva menggoyangkan tubuh Arga yang masih tidur dengan pulas.
Mata laki-laki itu terbuka sedikit. Lalu, menarik bocah laki-laki berusia dua tahun ke dalam pelukannya dan mengajaknya tidur.
"Allah dulu," ucap Alva yang masih cadel itu sambil berontak dalam pelukan ayahnya.
Arga membuka mata lalu melihat jam digital di nakas ternyata sudah subuh. Padahal tadi selepas sholat tahajud dia berniat mengaji, tetapi Alva menangis karena haus ingin susu.
"Ayah sholat dulu, ya? Alva duduk manis di sini," ucap Arga sambil bangun.
"Ikut!" pinta Alva sambil merentangkan kedua tangannya ingin digendong.
Arga pun membawa bocah itu ke kamar mandi untuk berwudhu.
Sudah dua tahun berlalu semenjak Marsha koma dan Arga memerankan tugasnya sebagai seorang ayah sekaligus ibu dengan bantuan Ayu dan Indah yang bergantian. Laki-laki itu semakin paham bagaimana cara mengurus anaknya. Dia juga memperhatikan gizi dan tingkah laku Alva. Ayah muda itu tidak mau kalau anaknya menjadi pribadi yang buruk. Makanya meski masih kecil dia sudah tahu bagaimana harus bersikap sopan santun juga menghormati orang tua dan orang lain.
"Hari ini Ayah akan ke kantor setelah menjenguk Bunda. Alva mau ikut Ayah, Nenek, atau Oma?" tanya Arga kepada Alva setelah sarapan.
"Ayah!" jawabnya dengan semangat.
"Hari ini ibu yang bagian jaga Marsha. Kasihan juga mertuamu seperti kurang enak badan. Biarkan dia istirahat hari ini," ucap Ayu yang nanti akan gantian menjaga Marsha.
Arga menggendong Alva dengan tas gendong yang berisi segala perlengkapan anaknya. Kebetulan hari ini dia harus menghadiri rapat direksi dan melaporkan keuangan perusahaan kepada mereka.
Alva menciumi wajah Marsha, bocah itu tahunya sang ibu sedang tidur dan berharap cepat bangun. Sementara Arga lebih suka membelai kepala Marsha sambil mendoakan agar cepat sembuh dan bisa berkumpul kembali. Dia belum berani sampai ke tahap menciumnya meski itu di kening.
"Marsha, hari ini Alva mau aku ajak ke kantor. Untungnya dia anak yang baik jadi banyak orang yang suka kepadanya. Dia juga penurut tidak pernah merengek atau menangis saat aku sedang ikut rapat," ucap Arga dengan tatapan nanar.
"Alva sayang Bunda," kata Alva yang cadel itu membuat Arga gemas, apalagi dengan mulutnya yang mungil sering dibuat manyun.
"Aku berangkat kerja dulu. Nanti setelah selesai rapat, aku akan kembali ke sini," ucap Arga dengan pelan. Tanpa dia sadari jari-jari tangan Marsha bergerak.
Arga menggendong Alva di depan, tas gendong di punggung dan tas kerja di tangan kiri. Dia berpapasan dengan Mariana saat akan masuk ke dalam lift. Wanita ini terlihat lebih ramah dan sopan sekarang. Penampilannya juga jauh lebih baik dibandingkan dahulu.
"Halo, Alva. Yuk, ikut tante!" ajak Mariana sambil tersenyum manis.
"No," balas Alva sambil memeluk leher Arga dengan kuat.
Arga mengusap pelan punggung Alva. Dia juga meminta kepada Mariana jangan mengganggu anaknya.
'Ish, dasar bocah. Kalau aku jadi ibu tirinya atau tante tirinya, akan aku buang kamu,' batin Mariana.
***
Bagaimana reaksi Marsha saat sadar dari koma terhadap Arga? Ikuti terus kisah mereka, ya!