Bagaimana rasanya satu sekolah dengan pembunuh berantai? Ketakutan? Tentu nya perasaan itu yang selalu menghantui Shavinna Baron Maldives. Anak perempuan satu-satu nya dari keluarga mafia terkenal. Mungkin ini akan terdengar cukup aneh. Bagaimana bisa anak dari seorang mafia ketakutan dengan kasus pembunuhan anak SMA?
Bukan kah seharus nya ia sudah terbiasa dengan yang nama nya pembunuhan? Pasti begitu yang kalian semua pikirkan tentang Shavinna. Memang benar dia adalah anak dari seorang mafia, namun orang tua nya tak pernah ingin Shavinna tahu tentang mafia yang sebenarnya. Cukup Shavinna sendiri yang berfikir bagaimana mafia dari sudut pandang nya. Orang tua nya tak ingin anak mereka mengikuti jalan mereka nanti. Lalu bagaimana nya cara Shavinna menghadapi kasus pembunuhan yang terjadi di sekolah nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iqiss.chedleon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GLORI?
“Aku juga mikir gitu. Mungkin bener tiga orang yang Jackson dan Evan maksud itu sama, tapi kaya nya ada kesalahpahaman di sini. Jackson kan cuma ngelihat sekilas. Sedangkan Evan ngelawan langsung. Tapi kaya nya ada dua orang yang berbeda di dua cerita kalian ini,” penjelasan Shavinna tidak terlalu di pahami oleh anak-anak lain nya.
“Hah? Gimana sih? Aku ga paham, Shav,” tanya Seanna yang tambah kebingungan.
“Jadi gini loh, orang yang ngelawan Evan itu ada empat. Kata nya Evan orang ke empat itu baru dateng setelah jaga di ruang audio kan? Tapi pas kita turun itu, suara dari speaker langsung mati loh. Berarti masih ada orang yang jaga di ruang audio. Kita simpulkan dulu, berarti mereka sebenar nya berlima. Pas Jackson dan Sebastian ngecek lagi ke atas, cuma Jackson yang tahu kalau ada tiga orang yang ngikutin mereka. Tapi kalian sadar ngga sih? Ada kemungkinan kalau di antara mereka berlima itu, ada dua orang yang kembar. Jackson juga ga terlalu ingat kan, mungkin ada beberapa detail yang beda dari orang-orang itu. Jadi ada dua orang yang berbeda antara yang Evan lihat dan Jackson lihat. Cuma mungkin dua orang itu hampir mirip, dan di antara mereka berdua berasal dari kita sendiri,” Riki berusaha menjelaskan maksud Shavinna.
“Langsung too the point aja, siapa yang Jackson liat sebenar nya?” tanya Jovan yang malas berbelit-belit.
“Gue memang cuma ngelihat sekilas doang. Tapi cuma ada satu orang yang ga pake topeng dan senyum ke gue. Dia kelihatan sengaja nunjukin identitas nya ke gue. Orang itu mirip banget sama Glori,” semua orang yang ada di sana tanpa terkecuali langsung terkejut mendengar ucapan Jackson.
“Hah? Ngga masuk akal banget dong,” sahut Shavinna.
“Gue juga tahu ini ga masuk akal. Tapi wajah dan senyuman cewe itu persis banget kaya Glori,” tambah Jackson.
“Tapi Glori selalu di markas besar bareng aku. Dia ga pergi kemana-mana seharian itu,” perjelas Mona.
“Ngga ada yang mirip sama Glori. Meski semua nya pake topeng sambil ngelawan gue, tapi gue tahu persis gimana Glori. Pendapat Shavinna dan Riki juga ga masuk akal di sini. Gue bisa bener nyebutin ciri-ciri orang yang ngikutin Jackson dan Sebastian karena memang mereka yang duluan dateng ngeroyok gue. Sedangkan orang ke empat ini udah jelas dia perempuan yang lebih tinggi dari pada Glori. Oke kita anggap memang ada lima orang yang neror kita kemarin. Tapi kalau memang ada yang kembar, gimana cara nya salah satu dari mereka tiba-tiba jadi mirip kaya Glori? Kalau bukan Jackson yang salah liat, apa gue yang halu?” Evan terlihat mulai emosi.
“Jangan jadi emosi gini dong. Kita kan mau ngomongi secara baik-baik,” celetuk Sebastian.
“Gue setuju sama Evan. Gimana cara nya orang yang di lihat Jackson itu mirip sama Glori? Padahal Evan lebih tahu soal orang-orang itu,” bela Jovan.
“Lu ga ada di sana ya. Gue sama Jackson yang ngalamin langsung,” bentak Sebastian yang merasa bahwa Jovan hanya ingin membela Glori.
“Aish, lu juga ga ada di sebelah nya Glori kan? Kalian mau tahu kenapa kemarin dia ga berangkat? Glori juga kesakitan pas kalian di teror. Dia harus di rawat dari malam sampai sore besok nya. Masih syukur dia bisa bangun dari tempat tidur dan ikut ngumpul ke sini,” ucap Jovan.
“Kami udah ngelarang dia ikut ke sini. Ga mungkin kan orang sakit tiba-tiba ikut neror ke sekolah kalian. Jangan ngarang deh,” dari penjelasan Mona saja sudah terlihat bahwa pendapat Jackson sangat tidak masuk akal.
“Bentar-bentar. Kalian ga sadar si peneror berusaha ngehancurin hubungan pertemanan kalian? Sekarang zaman udah maju loh, ada banyak jenis topeng yang bisa mengecoh mata manusia,” Aelin akhirnya bersuara setelah melihat perdebatan anak kecil.
“Mungkin bener Jackson liat muka orang yang mirip banget sama Glori. Tapi di saat semua rekan nya pake topeng, pasti dia juga pakai kan? Zaman sekarang gampang loh buat topeng yang niru muka manusia asli. Jadi kalian cuma terkecoh,” tambah Reza.
“Iya, sekarang banyak pengedar nya. Tapi malah di salah gunakan,” timpal Ezra tiba-tiba.
“Haha, ini lucu banget sih. Kalian kalah sama anak kecil. Udah, jangan berantem lagi. Apa yang dilihat Evan dan Jackson itu memang bener. Mending kita fokus ke teror yang di alami Seanna dan Sebastian,” sekarang Aelin mulai memimpin.
“Nomor yang kemarin itu udah aku usaha in untuk ngelacak. Tapi hasil nya nihil, orang yang punya nomor ini selangkah lebih maju dari aku. Artinya berkali-kali lipat lebih berbahaya buat kalian,” ucap Reza yang mulai serius.
“Saran kami, berhenti ngurusin kasus ini dan tetap waspada aja sama sekitar kalian. Kalau nggak lebih baik kalian semua pindah dari SMA itu,” tambah Aelin.
