WHO'S THE NEXT

Kaki nya terasa lemas dan dada nya terasa sesak sekarang. Ia berlutut di hadapan Ayah nya Naureen. Berkali-kali mengatakan bahwa semua ini tidak nyata. Penyesalan menumpuk di dalam diri Jackson. Jackson merasa sangat sedih sekarang. Rasa nya ia ingin berteriak, berharap Naureen akan mendengar kan diri nya. Jackson berkali-kali menghantam kan kepala ke lantai dan meminta maaf. Jackson merasa bahwa kematian Naureen sepenuh nya adalah kesalahan nya. Ia tak pernah sehancur ini sebelum nya. Air mata nya bercampur dengan darah yang keluar dari dahi nya. Dan datang sosok yang berusaha menenang kan Jackson. Yang tidak lain adalah Ibu kandung nya Naureen.

“Ikhlas kan Naureen ya, Nak? Dia ga akan tenang di atas sana kalau kamu kaya gini. Ini bukan kesalahan siapa-siapa, kehidupan tidak ada yang abadi, Nak.” Ucap Ibu nya Naureen sambil merangkul hangat tubuh Jackson untuk berhenti bersujud.

Jackson menatap sosok Ibu yang selalu Naureen jelek-jelekan pada dirinya. Sosok Ibu yang paling Naureen benci, nyatanya adalah orang yang paling hancur saat ini. Ini kedua kali nya Jackson bertemu Ibu kandung Naureen. Dan kehangatan Ibu nya Naureen masih saja sama seperti saat mereka tidak sengaja bertemu dulu. Kenyataan bahwa Naureen sangat mirip dengan Ibu nya itu tidak bisa di pungkiri. Belaian dan tatapan mata yang sangat mirip, membuat Jackson semakin hancur.

Menurut Jackson Ibu nya Naureen tak pernah gagal menjalani peran seorang Ibu, ia hanya gagal menjalani peran istri. Tapi trauma Naureen yang begitu besar, menutupi segala kebaikan Ibu nya itu. Ibu nya Naureen dan Jackson sama-sama hanya memiliki Naureen di dunia ini. Permata yang tidak pernah berhenti bersinar, itu lah Naureen. Meski bentuk nya tidak se sempurna itu, tapi ia berhasil membuat semua orang di sekitar nya ingin mengambil hak atas permata itu.

Ibu nya Naureen memberikan pelukan hangat untuk menenangkan Jackson. Laki-laki itu menangis tanpa suara. Walau dada nya terasa sesak, pelukan ini bisa sedikit membuat nya tenang. Ibu nya Naureen tidak mengeluarkan air mata sama sekali. Tapi semua orang juga tahu bahwa hati nya sudah benar-benar hancur sekarang.

Sementara itu saat tiba di rumah sakit semua orang terlihat sangat panik, terutama Reza. Mona dan Ezra langsung di tangani oleh dokter. Seanna berusaha menghubungi orang tua nya untuk segera menyusul. Reza tak bisa berhenti khawatir sekarang. Setelah menghubungi orang tua nya, Seanna teralih kan dengan info dari grup angkatan nya. Seanna terkejut dengan info yang di bagikan di grup itu, bahkan ia sampai membaca nya dua kali.

“Naureen, Naureen udah ga ada?!” ucap Seanna dengan terbata-bata.

Sontak teman-teman nya langsung menunjukkan ekspresi terkejut.

“HAH? Kamu ga salah baca, Sean?” tanya Shavinna memastikan.

“Coba kalian buka grup angkatan,” jawab Seanna yang sebenar nya masih tak percaya.

“Siapa yang ikut gue ke rumah Naureen?” tawar Evan.

“Gue,” jawab Sebastian dan Riki serentak.

Jovan tanpa basa-basi langsung pergi meninggal kan mereka.

“Kalian pergi aja, biar Aku sama Reza yang jaga di sini,” sahut Aelin.

“Aku sama Glori juga ikut,” pinta Shavinna.

“Ngga usah, kalian berdua nanti aja pergi nya,” larang Evan yang tak setuju.

“Kamu nunggu di sini aja ya, Shav?” Riki juga merasa bahwa Shavinna lebih aman menunggu di rumah sakit.

Akhirnya Shavinna dan Glori mengalah. Mereka juga tahu bahwa tak aman bagi mereka untuk berkeliaran di luar.

Saat Sebastian, Riki, dan Evan sampai di parkiran, Jovan sudah pergi lebih dulu. Mereka bertiga mengerti betapa khawatir nya Jovan pada Jackson saat ini. Entah bagaimana kondisi Jackson saat ini di sana. Antara ia di usir atau di salahkan oleh Ayah nya Naureen.

Evan berusaha mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Karena bisa saja ada yang tidak di inginkan terjadi di rumah itu. Di sepanjang perjalanan Evan, Sebastian, dan Riki bertanya-tanya apa penyebab kematian Naureen. Mengapa terjadi begitu saja? Lagi-lagi anak Edelweiss menjadi korban tanpa aba-aba. Korban kali ini tentu nya mengejutkan banyak orang. Yang jelas pelaku nya terlalu berani menyentuh permata Edelweiss.

Saat tiba di rumah duka, kondisi di sana ternyata lebih baik dari yang di duga. Riki, Sebastian, dan Evan bersyukur karena tidak ada kekacauan yang terjadi saat mereka tiba di sana. Mereka bertanya-tanya ke mana pergi nya Jackson dan Jovan. Untung saja mereka bertemu dengan Ibu nya Naureen.

“Kalian teman-teman nya Naureen kan?” tanya Ibu nya Naureen dengan ramah.

“Iya, Tante. Maaf Tante liat Jackson pergi ke mana ga ya?” balas Evan.

“Ah, tadi Nak Jackson pergi sama temen kalian yang satu nya. Tante kurang tahu mereka pergi ke mana,” jelas Ibu nya Naureen.

“Kami sekalian mau ngelayat ke sini,Tan,” sahut Sebastian.

“Kalian kalau mau nyusul Nak Jackson langsung gapapa kok. Nanti langsung ke makam aja jam 3 sore,” Ibu nya Naureen tahu bahwa Evan, Sebastian, dan Riki sedang khawatir sekarang.

“Gapapa, Tan. Kami juga udah sampai di sini,” Evan merasa tak enak jika mereka pergi begitu saja.

“Ga usah sungkan. Pergi aja, Tante takut Ayah nya Naureen berulah lagi kalau kalian ketemu dia. Nak Jackson sekarang pasti lagi butuh kalian,” penjelasan Ibu nya Naureen langsung di pahami oleh Evan, Sebastian, dan Riki.

“Kalau gitu kami pergi ya, Tan. Makasih banyak ya, Tan.” Ibu nya Naureen hanya tersenyum melihat tiga anak muda itu pergi.

“Kalian yang ga beruntung karena kenal sama Naureen, bukan sebalik nya.” Gumam Ibu nya Naureen yang masuk lagi ke dalam rumah duka itu.

“Kita mau pergi ke mana?” tanya Riki pada Evan.

“Gue tahu mereka bakal pergi ke mana,” jawab Evan yang tampak mulai serius menyetir.