NovelToon NovelToon
Menantu Bar-bar Itu Aku

Menantu Bar-bar Itu Aku

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Selingkuh / Mengubah Takdir / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam / Chicklit
Popularitas:17k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Ainun

menikah dengan laki-laki yang masih mengutamakan keluarganya dibandingkan istri membuat Karina menjadi menantu yang sering tertindas.
Namun Karina tak mau hanya diam saja ketika dirinya ditindas oleh keluarga dari suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 6. rayuan pelakor

Di dalam kamarnya, Karina membuka kembali foto yang tadi dikirim oleh Bu Dea. Seketika itu juga, hati Karina terasa sakit dan terluka. Meskipun belum tentu suaminya terbukti selingkuh, namun hanya dengan melihat fotonya saja, Karina sudah merasa sakit hati.

Karina menghela napas panjang, seolah-olah ingin menghilangkan rasa sakit yang terasa di hatinya. Ia berdiri di depan jendela, menatap ke luar dengan mata yang terlihat sedih dan kecewa.

"Apa benar kamu sudah berselingkuh, Mas Rudi?" Karina berbicara dengan dirinya sendiri, seolah-olah ingin mencari jawaban atas pertanyaan yang terus mengganggu pikirannya. "Aku harus cari tau dulu kebenarannya," katanya dengan nada yang tegas, ingin memastikan bahwa ia tidak akan menyerah sebelum menemukan kebenaran.

Karina duduk di atas tempat tidur, memandang ponselnya dengan mata yang terlihat serius. Ia tidak ingin asal menuduh suaminya, Rudi, tanpa bukti yang kuat. Apalagi kalau langsung menunjukkan foto yang didapatkannya, bisa-bisa Rudi akan mengelak dan lebih berhati-hati dalam melakukan perselingkuhan.

"Aku harus mulai berjaga-jaga nih, takutnya mas Rudi beneran selingkuh," gumam Karina, seolah-olah ingin mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terburuk.

Karina mengotak-atik ponselnya, masuk ke salah satu aplikasi yang ada di ponselnya. Ia mulai mencari pekerjaan, sebagai langkah awal untuk mempersiapkan diri jika suatu saat harus hidup sendiri. Bagi Karina, mencari pekerjaan adalah cara untuk mempertahankan kemandirian dan kekuatan diri, bukan mencari laki-laki lain untuk menggantikan Rudi.

Karina memiliki prinsip yang kuat, bahwa ia akan tetap bertahan dalam pernikahannya, asalkan tidak ada orang ketiga yang terlibat. Ia percaya bahwa pernikahan adalah komitmen yang harus dijaga dan dipertahankan, tidak peduli apa pun keadaannya.

Saat berselancar di aplikasi Facebook, Karina menemukan pesan masuk yang telah terkirim dua hari lalu. Ia membuka pesan tersebut dan tersenyum melihat nama pengirimnya, Rima, sahabatnya waktu di kampung dulu.

Pesan dari Rima berbunyi, "Karina, apa kabar? Lama kita nggak pernah ketemu. Boleh minta nomor HP?"

Karina segera membalas pesan Rima dengan mengetikkan, "Yaampun Rima, kabar baik. Kamu sendiri bagaimana kabarnya? 0856xxxxxx itu ya nomor ku." Ia mengirimkan pesan tersebut dengan senyum yang masih terukir di wajahnya.

****

Bu Marni menatap Bu Lilis dengan rasa penasaran. "Bu Lilis, gendong siapa itu?" tanyanya dengan nada yang ramah.

Bu Lilis tersenyum dan menjawab, "Ini cucuku yang dari Jogja, Bu Marni. Kebetulan lagi main kesini." Ia melanjutkan, "Biasa Bu Marni, mau minta jajan cucuku."

Bu Marni mengangguk dan berkata, "Oh, yasudah pilih jajanan yang banyak Bu Lilis buat cucunya." Ia mempersilakan Bu Lilis untuk memilih jajanan yang diinginkan.

Bu Lilis memilihkan banyak jajanan untuk cucunya, dari kue-kue manis hingga jajanan ringan. Setelah dirasa cukup, Bu Lilis membayarnya dengan senyum yang puas.

"Sudah Bu Marni, tolong hitung total semuanya," kata Bu Lilis sambil menyerahkan uang pembayaran.

Bu Marni mulai menghitung total belanjaan Bu Lilis dengan teliti, kemudian memasukkan semua jajanan ke dalam plastik. Ia menyerahkan plastik tersebut kepada Bu Lilis dengan senyum yang ramah.

"Bu Marni menghitung total belanjaan Bu Lilis dengan teliti, kemudian mengucapkan, "Total semuanya jadi 43 ribu." Bu Lilis memberikan uang pas dengan senyum yang puas.

Bu Marni melanjutkan, "Yaampun lucu banget cucunya Bu. Pasti seneng banget ya didatangi cucu." Ia mengucapkan kata-kata tersebut dengan nada yang ramah dan penuh kasih sayang.

Bu Lilis tersenyum dan menjawab, "Seneng dong Bu Marni. Apalagi ini cucu satu-satunya."

Bu Marni mengangguk dan kemudian mengucapkan sesuatu yang membuat suasana menjadi tidak nyaman. "Saya sebenarnya juga sudah kepengen cucu Bu," kata Bu Marni dengan suara yang sengaja dikencangkan. "Tapi nggak tau sampai saat ini, istrinya Rudi belum juga hamil." Ia melirik ke arah luar warung, dan ternyata memang ada Karina sedang menjemur pakaian yang baru saja selesai dicuci.

Bu Marni seolah-olah ingin memastikan bahwa Karina mendengar ucapan tersebut. Ia memandang Karina dengan mata yang tajam, ingin melihat reaksi Karina atas ucapan tersebut. Suasana menjadi tidak nyaman, dan Karina dapat merasakan bahwa Bu Marni telah mengucapkan sesuatu yang tidak pantas.

Bu Lilis mencoba untuk menenangkan Bu Marni dengan mengucapkan, "Yang sabar Bu Marni, mungkin saja memang belum saatnya." Ia berusaha untuk mengalihkan perhatian Bu Marni dari topik yang sensitif.

Bu Marni mengangguk dan menjawab, "Iya Bu, semoga saja istrinya Rudi itu tidak... memiliki masalah dan bisa segera hamil." Ia berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Masalahnya mereka sudah menikah lama."

Bu Lilis tersenyum dan mengucapkan, "Saya doakan semoga mbak Karin segera hamil ya Bu," ucap Bu Lilis, berharap bahwa doanya dapat terkabul dan Karina dapat segera hamil.

Bu Lilis kemudian berpamitan dan mengucapkan, "Yasudah, kalau begitu saya permisi pulang dulu, Bu." Ia mengucapkan terima kasih dan berpamitan kepada Bu Marni.

Bu Marni menjawab, "Iya Bu Lilis. Terimakasih banyak."

Bu Lilis keluar dari warung dan berpapasan dengan Karina, yang sedang menjemur pakaian di luar rumah. Bu Lilis sejenak terhenti dan menjadi tidak enak dengan Karina. Ia takut bahwa Karina mungkin telah mendengar pembicaraannya dengan Bu Marni barusan.

Bu Lilis berusaha untuk bersikap normal dan mengucapkan, "Eh, mbak Karin. Lagi jemur baju mbak?"

Karina menjawab dengan senyum, "Iya Bu, habis belanja?"

Bu Lilis mengangguk dan menjawab, "Iya mbak Karin, kalau begitu saya permisi ya mbak."

Karina mengangguk dan mengucapkan, "Hati-hati dijalan Bu." Bu Lilis tersenyum dan mengucapkan terima kasih sebelum berjalan pergi, masih dengan perasaan tidak enak yang terasa di hatinya.

Tanpa sadar, setetes air mata Karina jatuh tak tertahan. Mendengar pembicaraan Bu Marni barusan membuat Karina sakit hati dan merasa tidak dihargai. Ia juga memiliki keinginan yang kuat untuk segera memiliki momongan, tapi sayangnya keinginan tersebut belum juga terkabul.

Dengan perasaan yang campur aduk, Karina buru-buru menyelesaikan menjemur pakaian. Ia berusaha untuk mengalihkan perhatian dari perasaan sakit hati yang terasa di hatinya. Setelah selesai, Karina langsung masuk ke dalam rumah untuk menyelesaikan pekerjaan lainnya, berusaha untuk menghilangkan perasaan sedih yang terasa di hatinya.

Langkah kaki Karina terdengar cepat dan tergesa-gesa, seolah-olah ingin menghindari perasaan sedih yang terasa di hatinya. Ia berharap bahwa dengan menyelesaikan pekerjaan lainnya, ia dapat mengalihkan perhatian dari perasaan sakit hati yang terasa di hatinya.

****

Lisa mendekati Rudi dengan senyum yang ramah dan mengajaknya untuk makan siang bersama. "Sayang, makan siang bareng yuk," katanya dengan nada yang ceria.

Namun, Rudi segera mengingatkan Lisa untuk tidak memanggilnya dengan sebutan yang terlalu akrab di kantor. "CK... Lisa, sudah berapa kali aku bilang. Jangan pernah panggil sayang apalagi dikantor. Satu lagi, jaga jarak," ucapnya dengan suara lirih, takut ada yang mendengar.

Lisa segera meminta maaf dan mengulangi ajakannya dengan nada yang lebih formal. "Iya iya... Makan siang bareng yuk."

Rudi melihat sekeliling dan ternyata semua karyawan sudah istirahat. Ia kemudian meminta Lisa untuk pergi duluan dan berjanji untuk menyusulnya. "Kamu pergi duluan, nanti aku susul," katanya dengan nada yang pelan.

Lisa mengangguk dan memberitahu Rudi tentang tempat makan yang mereka akan tuju. "Oke, ditempat makan ya, ada didepan sana ya." Rudi mengangguk sebagai tanda bahwa ia sudah memahami.

Setelah Lisa pergi, Rudi menunggu sebentar sebelum menyusulnya. Ia ingin memastikan bahwa tidak ada yang melihat mereka bersama-sama. Sekitar 5 menit kemudian, Rudi baru menyusul Lisa ke tempat makan.

Lisa menyambut Rudi dengan senyum yang manis. "Sayang, lama banget sih," katanya dengan nada yang sedikit kesal.

Rudi tersenyum dan menjelaskan, "Ya aku harus pastikan tidak ada yang melihat kita. Yasudah, sekarang ayo pesan makanan." Ia berusaha untuk mengalihkan perhatian Lisa dari kekesalannya.

Setelah memesan makanan, tak menunggu lama, waiters sudah datang dengan membawakan pesanan Rudi dan Lisa. Mereka duduk berdampingan, menikmati makanan mereka dengan suasana yang santai.

Di tengah-tengah makan, Lisa tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang membuat Rudi terkejut. "Sayang..." ucapnya dengan nada yang lembut, namun diikuti dengan pertanyaan yang tajam. "Apa tidak ada sedikitpun niat kamu untuk menikahi aku?"

Rudi berhenti makan dan meletakkan sendoknya di atas meja. Ia menatap Lisa dengan mata yang terlihat tidak nyaman, seolah-olah tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut.

"Lisa, kamu kan tau," Rudi mulai menjelaskan dengan nada yang pelan, "dari awal aku sama kamu hanya main-main saja. Dan untuk saat ini aku belum berkeinginan menikah lagi." Ia berusaha untuk menjelaskan posisinya dengan jelas, namun tanpa ingin menyakiti perasaan Lisa.

Lisa mengangguk, namun mataannya terlihat tajam dan penuh dengan pertanyaan. "Meskipun dalam pernikahanmu tidak akan diberikan keturunan?" tanyanya dengan nada yang sedikit meninggi.

"Maksud kamu?" tanya Rudi yang masih tidak mengerti dengan pertanyaan Lisa.

Lisa melanjutkan, "Kamu dan istrimu itu sudah lama menikah. Kalau tidak salah sudah lebih dari 2 tahun ya. Selama itu pula, istrimu itu belum juga menunjukkan tanda-tanda hamil kan? Mungkin ada masalah dengan kesuburan istrimu?" Ia berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Kalau tidak ada masalah, sudah pasti hamil. Nyatanya sampai saat ini belum hamil juga kan? Kamu mau selamanya tidak punya anak?" Pertanyaan-pertanyaan Lisa terdengar tajam dan membuat Rudi menjadi berpikir.

Rudi terdiam mendengar ucapan Lisa, yang menurutnya ada benarnya juga. Ia telah lama menginginkan kehadiran seorang anak, namun sampai saat ini Karina tak kunjung hamil juga. Rudi merasa bahwa ucapan Lisa telah menyentuh hatinya, membuatnya merasa bahwa ada kemungkinan lain untuk memiliki anak.

Lisa melanjutkan, "Kalau kamu mau, aku juga mau kok sayang, jadi yang kedua. Tak masalah jika harus menikah siri diam-diam dibelakang istri sah mu." Ia mengucapkan kata-kata tersebut dengan nada yang lembut, namun dengan maksud yang jelas.

Rudi menghela napas panjang, merasa bahwa ia harus mempertimbangkan ucapan Lisa. "Akan aku pikirkan terlebih dahulu," katanya dengan nada yang pelan.

Lisa tersenyum licik, merasa telah berhasil menyentuh hati Rudi. "Iya sayang, pikirkan semua ucapan ku ini. Ini semua juga demi kamu supaya bisa segera mendapatkan keturunan," katanya dengan nada yang manis, namun dengan maksud yang tersembunyi.

****

Karina tengah bersiap-siap untuk bertemu dengan Rima, teman lamanya yang telah lama tidak bertemu. Setelah memberikan nomor HP-nya kepada Rima, Rima langsung menghubunginya dan mengajaknya bertemu. Karina berdiri di depan cermin, memastikan bahwa penampilannya sudah pantas untuk bertemu dengan teman lamanya.

Setelah dirasa penampilannya sudah sesuai, Karina segera bergegas pergi. Ia mengenakan pakaian rapi dan terlihat sangat cantik. Bu Marni, yang melihat Karina keluar kamar, tidak bisa tidak memperhatikan perubahan penampilan Karina.

"Mau kemana kamu, tumben rapi begitu?" tanya Bu Marni dengan nada yang penasaran. Ia melihat Karina dengan mata yang tajam, seolah-olah ingin tahu apa yang membuat Karina berdandan dengan begitu rapi.

Karina menghembuskan napas panjang, merasa bahwa ia sudah tidak bisa lagi menahan kesabaranannya. Baru saja keluar dari kamar, ia sudah bertemu dengan mertuanya yang julidnya memang tidak pernah berhenti.

"Aku mau keluar dulu, Bu. Bosen dirumah, sudah mirip pembantu gratisan," kata Karina dengan nada yang sedikit kesal.

Bu Marni terlihat terkejut dengan kata-kata Karina dan wajahnya berubah merah dengan kemarahan. "Apa kamu bilang? Sudah berani ya sekarang kamu Karin," katanya dengan nada yang keras dan penuh dengan kemarahan.

"Memangnya aku pernah takut ya sama ibu?" Karina menjawab dengan nada yang santai, seolah-olah tidak terganggu oleh kemarahan Bu Marni. "Aku nggak pernah takut, cuma menghormati saja karena ibu itu mertuaku."

Bu Marni terlihat semakin marah dengan jawaban Karina. "KARINA... Kamu benar-benar ya..." katanya dengan nada yang keras dan penuh dengan kemarahan.

Namun, sebelum Bu Marni dapat melanjutkan kata-katanya, Karina langsung berpaling dan berjalan pergi begitu saja, tanpa menunggu Bu Marni selesai berbicara. Langkah kaki Karina terdengar cepat dan pasti, seolah-olah ia tidak ingin lagi berada di dekat Bu Marni.

Karina memutuskan untuk menggunakan ojek untuk menuju ke taman kota. Ia membayar ojek menggunakan uang sisa satu juta yang diberikan oleh Rudi. "Pak ke taman kota ya," katanya kepada tukang ojek.

Tukang ojek mengangguk dan menjawab, "Oke neng..." Ia kemudian melajukan motornya dengan kecepatan sedang, melewati jalan-jalan yang ramai.

Tak perlu waktu lama, Karina sudah sampai di tempat tujuan. "Berapa pak?" tanyanya kepada tukang ojek.

Tukang ojek menjawab, "25 ribu saja neng." Karina memberikan uang pas dan berterima kasih kepada tukang ojek.

Setelah urusannya dengan tukang ojek selesai, Karina langsung berjalan menuju taman kota, mencari keberadaan Rima di antara kerumunan orang yang berjalan-jalan di taman. Ia melihat sekeliling, berharap dapat menemukan Rima secepatnya.

Karina melihat-lihat sekeliling, berharap dapat menemukan sosok sahabatnya, Rima. Namun, meskipun ia telah mencari ke seluruh penjuru taman, ia belum juga menemukan Rima. Padahal tadi Rima bilang sudah sampai di taman kota.

Karena fokus mencari keberadaan Rima, Karina tidak memperhatikan sekelilingnya. Tanpa sengaja, ia bertabrakan dengan seseorang yang sedang berjalan ke arahnya.

"Aduhh..." Orang tersebut mengeluh kesakitan dan kekagetan, sambil memegangi bagian tubuhnya yang terbentur.

Bersambung...

1
FLA
iyess Karina
FLA: suruh pegangan ya kak, ntar jatoh lagi🤭
mama Ainun: 😁😁😁 Karina bingung
total 2 replies
Diyah Pamungkas Sari
trauma pernikahan tuh sakit bgt loh. kk ku dlu jg trauma smpe punya keinginan melajang seumur hdp. krn ngeliat sendiri suami nyiksa istri dan itu adlh kerabat dkt.
mama Ainun: iya bener, apalagi kalau sudah kdrt kak.
total 1 replies
FLA
yeah aku setuju Karina ma Andrew
FLA: Aamiin
mama Ainun: semoga berjodoh ya kak☺️
total 2 replies
aries
Iya ih, jangan sampai Andrew ngasih trauma buat Karina lagi. kasihan kan Karina.
mama Ainun: semoga saja Andrew mendengarkan ibunya 🤲🏻
total 1 replies
Rizka_ris
nah kan, di pecat juga akhirnya.
mama Ainun: biar tau rasa 😳
total 1 replies
FLA
jeng jeng, bikin pingsan gak ya tu surat🤣
FLA: hooh deng mending di siksa pelan pelan dulu ya
mama Ainun: wah terlalu cepat kak😳
total 4 replies
wong jowo
siap-siap menderita Rudi
mama Ainun: lagi siapin mental 😁
total 1 replies
Rizka_ris
Rasain tuh Rudi🥱
mama Ainun: karma menanti 🤧
total 1 replies
aries
makan tu istri baru pembawa rejeki 🤣
aries: 🤭🤭🤭🤭🤭🤭
mama Ainun: Weh 😳😁
total 4 replies
FLA
haa emang enak di kibulin, enak amat naik jabatan di pecat lah iye🤣
FLA: hooh dah, kasih aja yg manis manis dulu yak
mama Ainun: 😅😅😅 biar seneng dulu kak
total 2 replies
wong jowo
itu syarat promosi jabatan apa syarat perceraian Thor?😅
mama Ainun: terimakasih banyak kak🙏🏻
wong jowo: 😅😅😅 semangat author
total 3 replies
aries
Weh, Rudi terlalu bodoh. mana ada promosi jabatan kok pakai kk KTP sama buku nikah. jangan jangan ini ide Andrew dan CEO tempat kerja Rudi itu ya sih Andrew ini.
lanjut Thor, penasaran!
mama Ainun: ditunggu 🤫🤫
total 1 replies
Erni Nofiyanti
sama aja kamu yg cerai in Karina.
wong data semua dari kamu
mama Ainun: 😁😁😁 belum sadar
total 1 replies
FLA
hayo lo anak sape tuh
FLA: wah wah dapet sisa nya tu laki nya, ups🤭
mama Ainun: 🤭🤭🤭🤭 maybe kak.
total 4 replies
aries
jangan-jangan Lisa hamil bukan anaknya Rudi
mama Ainun: hayooo😁
total 1 replies
wong jowo
Thor buat hidup Rudi si manusia mokondo sengsara..
wong jowo: oke di tunggu thor
mama Ainun: siap, ditunggu kelanjutannya kak pasti dapat balasan nanti.
total 2 replies
aries
Karina, kamu harus secepatnya bercerai biar bisa hidup bahagia ❤️‍🔥
mama Ainun: ditunggu sampai resmi bercerai ya kak.
total 1 replies
FLA
terima Rin percaya deh, beres pokoknya mah
FLA: uh tentu benar itu, apa sih yg gak bisa kalo uang sudah berbicara
mama Ainun: asal ada uang semua beres ya kak😁
total 2 replies
aries
nah loh, sukurin deh Lisa.
mama Ainun: biar tau rasa...
total 1 replies
Sutri Empik
gimana Lisa enak jadi mantunya buk Marni,,,,,
mama Ainun: menyesal kayaknya 😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!