Jelita Parasnya, wanita cantik yang berpura-pura tampil jelek agar suaminya tidak mencintainya.
Sakura Lerose, pria tampan yang tak pernah tahu bahwa istri jeleknya sedang menjebaknya untuk berkencan dengan wanita cantik.
Siapakah yang akan terjebak dalam jebakan cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
014 - Janji Rupa Dan Ayah
"Lho, kenapa Kak Jelita ada di sini?"
Jelita menoleh ke sumber suara yang memanggilnya. Rupa, adik Jelita muncul di taman tempat Jelita menenangkan diri.
"Di mana Canda dan Kak Ayune?" tanya Jelita.
"Kak Ayune kembali ke kamar karena Canda mulai rewel," jawab Rupa.
Jelita kembali menatap langit malam yang cerah dengan udara malam yang makin dingin.
"Kak Jelita, kenapa tidak kembali ke kamar kakak?" tanya Rupa.
"Rupa, bagaimana perasaanmu saat Ayah menjodohkanmu dengan istrimu?" tanya Jelita.
"Yah tidak masalah," jawab Rupa.
"Yang benar?" tanya Jelita penuh selidik. "Bukankah dulu kau punya pacar yang akhirnya kau putuskan karena Ayah memintamu menikahi istrimu?"
"Yah, mau bagaimana lagi. Aku tidak mau jadi anak durhaka yang dikutuk jadi batu," sahut Rupa.
Jelita memutar bola matanya. Ia dan semua saudaranya menjadi korban dari keegoisan ayah mereka.
Rupa dijodohkan oleh sang ayah dengan seorang mahasiswi hukum yang kini sedang mendapat beasiswa untuk belajar di luar negeri, membuat mereka menjalani pernikahan jarak jauh.
"Kak Jelita, aku tahu Kakak tidak suka dijodohkan dengan Tuan Lerose," kata Rupa. "Tapi Kak, demi kebaikan kita semua, lebih baik Kakak bersikap baik pada Tuan Lerose.”
"Kalau aku memang tidak bersikap baik, lebih baik dia menikah saja dengan wanita yang bisa bersikap baik padanya!" cibir Jelita.
"Kakak, aku minta tolong pada Kakak, kita semua bisa bangkrut jika Tuan Lerose sampai menuntut Ayah," kata Rupa.
"Rupa, kok bisa sih, Ayah sampai menjual tanah bermasalah kepada pria itu?!" keluh Jelita.
"Kak, Ayah sudah lebih dulu memiliki sertifikat tanah tersebut, namun saat akan mengurus balik nama, ternyata ada dua orang lain yang mengaku memiliki sertifikat tanah itu juga," Rupa menjelaskan.
"Dan hingga kini, aku dan Ayah masih berupaya menyelesaikan masalah tersebut, dan ternyata lebih rumit dari yang kami duga.”
"Kenapa kalian tidak bagi tiga saja hasil penjualannya? Atau sekalian saja kembalikan uang pria itu! Jadi kalian tidak perlu menjualku seperti ini!" tukas Jelita.
"Kak, Ayah menggunakan uang hasil penjualan itu untuk penambahan modal bisnis Ibu dan juga bisnis Kakak!" kata Rupa.
Ugh! batin Jelita.
"Tuan Lerose adalah pria yang sangat licik, jadi Kakak harus berhati-hati dan jangan sampai menimbulkan masalah. Aku dan Ayah berjanji akan berusaha menebus Kakak secepat yang kami bisa," lanjut Rupa.
"Apa? Kau dan Ayah?"
"Kak, Ayah sebenarnya juga tidak setuju Kakak menikah dengan Tuan Lerose, karena rumor bahwa ayah Tuan Lerose punya istri lebih dari satu.”
"Terlebih Kakak tidak menyukai pria itu. Sehingga Ayah berharap setelah urusan tanah Tuan Lerose selesai, pernikahan Kakak dengan Tuan Lerose juga bisa berakhir," beber Rupa.
Jelita merasa air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.
Ia sungguh tak menduga bahwa ternyata ayahnya tidak bermaksud menjualnya, atau pun menjadikannya tumbal atas keegoisan sang ayah. Ayahnya justru memikirkan kebahagiaan Jelita.
"Rupa, kau bilang aku harus bersikap baik dan jangan sampai membuat masalah dengan Tuan Lerose, apakah itu berarti jika pria itu yang membuat masalah, maka kita bisa menuntutnya?" tanya Jelita.
"Ya, logikanya sih seperti itu," jawab Rupa. "Tapi Kak, lebih baik Kakak tidak usah melakukan apa pun, daripada nantinya malah menimbulkan masalah baru.”
"Tenang saja, Rupa, Kakakmu ini sudah sangat paham posisinya sebagai seorang jaminan yang akan bersikap baik dan tidak akan membuat masalah dengan Tuan Lerose," kata Jelita.
Entah mengapa Rupa jadi tidak memercayai kakaknya itu.
"Baiklah, kalau begitu aku akan kembali ke kamar, kau juga beristirahatlah, besok kalian akan kembali ke kota kan?" kata Jelita.
"Iya Kak," jawab Rupa.
"Sampai besok," pamit Jelita.
...***...
Sesampainya di kamar tempat Jelita menginap, kamar itu jelas merupakan kamar terluas yang ada di resort tersebut.
Jelita tadinya akan membersihkan riasan wajahnya, namun ia berpikir dengan cepat. Sebaiknya ia tetap berperan sebagai wanita buruk rupa di depan Saka.
Ia harus menjaga jarak dan tidak perlu membuat masalah dengan pria itu. Terlebih pria itu adalah pria paling licik yang sudah teruji secara klinis menurut Rupawan.
Jelita segera memikirkan rencana apa yang harus dilakukannya untuk menghadapi pria itu.
Bagaimana jika membuat pria itu makin membencinya? Dengan begitu pernikahan mereka pun bisa segera berakhir.
...***...
"Suamiku!"
Saka terkejut saat melihat kemunculan Jelita. Jelita muncul dengan gaun hitam berenda gaya ala era Victoria dilengkapi rambut mekar terurai.
Toby dan Ezra yang saat ini sedang meneguk bir, tiba-tiba langsung menyemburkan bir mereka lantaran begitu kaget melihat penampakan Jelita.
Kemunculan Jelita di bar tempat mereka nongkrong jelas membuat ketiga pria itu terkejut bukan main.
"Rupanya kalian ada di sini, aku sudah keliling mencari kalian," kata Jelita.
Terlihat pengunjung di bar itu segera berkasak-kusuk melihat penampilan Jelita.
"Ehem, bukankah tadi kau bilang ingin beristirahat di kamar?" tanya Saka pada Jelita.
"Ya, aku memang beristirahat sebentar, tapi entah mengapa aku merasa bosan. Kulihat, ini sudah lewat tengah malam dan kau belum juga kembali ke kamar," jawab Jelita.
Jelita melirik ke arah Ezra dan Toby.
"Kau tidak bermaksud untuk membiarkanku tidur sendiri di malam pengantin kita kan?" tanya Jelita pada Saka.
"Uhuk! Uhuk!" Saka terbatuk.
Ia melotot ke arah Jelita, apa-apaan wanita ini?
Toby dan Ezra menyeringai ke arah Saka yang terlihat salah tingkah karena Jelita terkesan menggodanya.
"Wah, aku lupa membawa ramuan kuda laut jantan liar yang ibuku berikan untukmu, Saka," kata Toby.
Saka melotot ke arah Toby yang ikut-ikutan menggodanya.
"Kau kembali saja duluan, nanti aku menyusul," kata Saka pada Jelita.
"Siapa yang bisa menjamin kau sungguh akan menyusul?" tanya Jelita.
Saka terperangah mendengar pertanyaan Jelita. Toby dan Ezra kembali memasang ekspresi mengejek.
"Eyy, senangnya dalam hati, jadi pengantin baru, suit suit," Ezra bersiul-siul mengejek.
"Eyy!! Gas pol rem blong!" Toby ikut-ikutan mengejek.
Cih, kalian ini! Awas ya! batin Saka.
"Baiklah kalau begitu, nikmati waktu kalian! Aku pergi dulu!" Saka berpamitan.
"Ya! Pokoknya jangan kasih kendor! Jangan ya dek ya!" seru Ezra dan Toby.
...***...
"Bukankah aku sudah pernah mengatakan padamu? Kau itu menikah denganku hanya sebagai jaminan! Bersikaplah seperti sebuah barang jaminan, diam di dalam brankas penyimpanan!"
Jelita terdiam saat Saka mulai meninggikan suara setibanya mereka di kamar.
"Jangan pernah memanggilku dengan panggilan menjijikkan itu dan jangan pernah berusaha menggodaku di depan teman-temanku! Kehadiranmu saja sudah begitu tercela! Dan semua perbuatanmu itu sungguh hina!"
"Apa kau mengerti yang sudah kukatakan padamu?" tanya Saka.
"Jadi maksudmu, kau bisa bersikap seenaknya padaku, tapi aku tidak boleh bersikap semauku padamu?" tanya Jelita.
"Apa kau masih perlu menanyakan hal yang sudah pasti?!" tandas Saka.
"Baiklah, aku mengerti. Selamat beristirahat," ucap Jelita.
...----------------...