NovelToon NovelToon
Sayap Patah Milik Melodi

Sayap Patah Milik Melodi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Konflik etika / Persahabatan / Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:13.1k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“Apa ... jangan-jangan, Mas Aldrick selingkuh?!”

Melodi, seorang istri yang selalu merasa kesepian, menerka-nerka kenapa sang suami kini berubah.

Meskipun di dalam kepalanya di kelilingi bermacam-macam tuduhan, tetapi, Melodi berharap, Tuhan sudi mengabulkan doa-doanya. Ia berharap suaminya akan kembali memperlakukan dirinya seperti dulu, penuh cinta dan penuh akan kehangatan.

Namun, siapa sangka? Ombak tinggi kini menerjang biduk rumah tangganya. Malang tak dapat di tolak dan mujur tak dapat di raih. Untuk pertama kalinya Melodi membuka mata di rumah sakit, dan disuguhkan dengan kenyataan pahit.

Meskipun dirundung kesedihan, tetapi, setitik cahaya dititipkan untuknya. Dan Melodi berjuang agar cahaya itu tak redup.

Melewati semua derai air mata, dapatkah Melodi meraih kebahagiaan? Atau justru ... sayap indah milik Melodi harus patah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SPMM5

“Buahahahaha!” Nadia menyemburkan tawa. “Lo serius, Mel? Aldrick? Nyuci baju? —Mampus! Bertingkah sih!”

Melodi mengangguk, rautnya tampak kesal saat teringat noda lipstik tadi malam. “Naik darah tinggi gue, Nad. Ogah gue nyuciin!”

“Gokil, sih! — Tapi, lo beneran yakin dia selingkuh?” kali ini ekspresi Nadia serius.

“Apalagi namanya kalau bukan selingkuh, Nad? Gue denger sendiri semalam dia teleponan sama si Karin—Karin sialan itu,” umpat Melodi.

“Mereka ngomongin apaan emang? VCS?” tanya Nadia ngawur.

“Kalau VCS, si Aldrick bakal langsung gue giling ke mesin cuci!” Melodi membunyikan jari-jari tangannya. “Entahlah mereka ngomongin apaan, langsung gue tinggal ke kamar. Tapi, yang gue sempet denger ... mereka ada nyebut-nyebut proposal.”

“Bahas kerjaan kali,” Nadia berusaha netral.

“Kerjaan jangan bawa-bawa ke rumah lah. Apalagi itu tengah malam. Pria beristri nelpon wanita lain di malam buta dan ngebahas kerjaan? Lagu lama lah itu,” Melodi semakin kesal.

Nadia menanggapi dengan hembusan napas panjang.

“Apa ... di mata dia, gue jelek ya, Nad?” lirih Melodi.

“Lo cantik gilak! Cantik banget!” sahut Nadia cepat. “Mau lo? Tukaran wajah sama gue?” tanyanya kemudian.

“Makasih, enggak dulu,” jawab Melodi tak kalah cepat.

“Sialan, lo!” Nadia tertawa kencang, begitupun Melodi. “Tapi, Mel. Ini gue serius, nih. Mending langsung lo tanyain ke Aldrick.”

“Udah, Nad, udaaah. Dia bilang si Karin kesandung terus nubruk ke punggung dia. Kenapa nggak langsung nubruk kaca aja ya, biar jatuh tu cewek dari lantai 3!” Melodi semakin geram.

“Istighfar kata gue, Mel!” saran Nadia.

“Astagfirullahalazim ...!” Melodi mengurut dadanya.

“Nggak boleh begitu, Mel. —Tapi, kalau jatuhnya dari lantai 10 nggak apa-apa sih, HAHAH!” kelakar Nadia disambut gelak tawa oleh Melodi.

Untuk beberapa saat, keduanya terdiam. Mereka menikmati menu yang mereka pesan dengan sangat lahap.

“Gue liat—liat, lo kayaknya makin kurusan ya, Mel?” Nadia menyingkirkan piringnya yang sudah kosong.

“Iya kah? Mungkin karena gue jarang makan malam kali ya. Nungguin Aldrick untuk makan malam bareng, berujung gue yang nggak makan.” Mata Melodi terlihat iri saat memandang tubuh Nadia yang lumayan gempal.

“Kalau bisa gue transfer, bakal gue transfer ini daging dan lemak-lemak gue yang membandel ke badan lo yang tipis itu.” Ucap Nadia seolah mengerti arti tatapan Melodi.

.

.

“Yang baju pink, boleh juga tuh,” ucap salah satu pria dengan tompel di atas bibirnya. Matanya naik turun, melirik penuh kagum ke arah Melodi yang tengah memilih-milih barang belanjaan.

Sang teman yang berdiri di sebelahnya menoleh, “itu sih bukan boleh juga, Mat. Boleh banget. Cantik ya, — lain sama yang di sebelahnya.”

Pria bernama Mamat menoleh ke sebelah Melodi, tepatnya, menatap cemooh ke arah Nadia. “Cih, kalau yang itu sih, ogah gue. Buat lo aja, Lim.”

“Dih, gendut begitu, mana mau gue!” Salim menyahut dengan tawa nyaring, begitupun Mamat.

Tanpa keduanya sadari, Nadia, selaku orang yang mereka gunjingkan, kini sudah berdiri tepat di belakang mereka.

“HEH, UPIN-IPIN! LO KIRA GUE JUGA MAU SAMA KALIAN BERDUA?!” bentak Nadia garang. Kedua pria di hadapannya berbalik badan dengan wajah pias.

Nadia berkacak pinggang, dengan kilat mata menyala. “Lo berdua gak liat nih warna rambut gue seharga berapa juta? Make-up gue berapa juta? Belum lagi harga baju sama tas gue? Sanggup gak lo berdua? Bacot aja lo kagak mau! Padahal mah kagak sanggup! Bawa—bawa gendut segala, minimal setara lah. Lagian, gendut—gendut gini, gue gendut premium. Nggak kayak ketek kalian berdua noh, bau sangit! Dasar ... tompel lo kayak bulan sabit!”

Nadia mengacak-acak isi keranjang belanjaan dua pria yang baru saja mencemooh dirinya. Kemudian melangkah pergi, meninggalkan Mamat dan Salim yang masih terperangah dengan wajah memerah menahan malu.

Pemilik senyuman manis itu menatap Melodi yang sudah mengacungkan dua jempolnya. Bibirnya tersenyum bangga.

“Sahabat gue emang top markotop!” puji Melodi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malam itu, langit gelap menyesuaikan dengan suasana hati Melodi yang terasa mendung. Ia duduk di ruang tamu, menyeruput teh hangat sambil memandangi layar ponselnya. Jari-jarinya dengan santai menggulir layar, membuka media sosial, tapi pikirannya melayang jauh. Beberapa hari terakhir, Aldrick terasa semakin menjauh. Bukan hal yang baru sebenarnya, hanya saja, kali ini ada sesuatu yang berbeda. Lebih dingin. Lebih ... tak bisa digapai.

Aldrick, yang biasanya sibuk di ruang kerjanya, malam ini justru berdiri di dekat jendela ruang tamu dengan ponsel menempel di telinganya. Suaranya rendah, hampir seperti bisikan. Melodi melirik sekilas, mencoba menangkap potongan-potongan percakapan suaminya.

“Ya, aku bisa,” suara Aldrick terdengar pelan.

Melodi mencoba fokus ke ponselnya lagi, tapi gagal. Kepalanya terangkat, matanya menatap Aldrick dengan rasa ingin tahu yang mulai berubah menjadi curiga. Siapa lagi yang dia telepon malam-malam begini? Karin lagi?

“Jam segitu nggak masalah. Kita ketemu di tempat biasa, ya.” Kata Aldrick sebelum akhirnya menutup telepon.

Melodi menegakkan tubuh. Tempat biasa? Apa maksudnya? Ia mencoba membaca ekspresi Aldrick. Namun, seperti biasa, wajah pria itu datar. Tak ada tanda-tanda apapun. Tapi, justru itu yang membuat Melodi semakin penasaran.

“Kamu ngobrol sama siapa, Mas?” Tanya Melodi, mencoba terdengar santai meskipun hatinya berdebar.

Aldrick menoleh, menatapnya singkat. “Rekan kerja,” jawabnya singkat, lalu berjalan ke dapur tanpa menambahkan penjelasan.

Melodi menggigit bibir bawahnya. Rekan kerja? Tapi kenapa harus terdengar begitu pelan? Kenapa harus pakai tempat biasa segala?

“Karin maksudmu?” Melodi menyusul Aldrick ke dapur.

Aldrick tak langsung menjawab, ada jeda sejenak. Lalu, tanpa menoleh, pria itu mengangguk.

“Ngomongin apaan kalian, Mas?” tanya Melodi. Ada kecemburuan di nada bicaranya.

“Hanya tentang kerjaan,” jawab Aldrick seperlunya.

Melodi menghela napas panjang. “Kamu akhir-akhir ini sibuk banget, ya?” Melodi mencoba memulai percakapan.

Aldrick mengangguk. “Iya. Banyak kerjaan.”

“Kerjaan apa sih? Kayaknya sampai harus telepon-teleponan segala.” Melodi menyindir halus.

Aldrick menoleh, menatapnya dengan alis sedikit terangkat. “Memangnya kenapa?”

“Nggak apa-apa. Aku cuma nanya,” jawab Melodi cepat.

Sekali lagi, Melodi menghela napas panjang melihat Aldrick hanya diam.

Setelah beberapa saat, Aldrick mulai melangkah. “Aku mau ke kamar mandi dulu.”

Ucapan yang membuat dada Melodi kian memanas, karena lagi dan lagi Aldrick terlihat seolah menghindar. Melodi bersandar di dinding dapur begitu Aldrick berlalu. Ia terlalu kesal untuk menghadang langkah suaminya, dan kini semakin kesal melihat piring-piring kotor yang menumpuk.

Dengan hati yang dikuasai cemburu, Melodi mencuci semua piring kotor dengan terburu-buru. Suara benturan piring, gelas dan sendok mulai beradu dan berisik.

PRANG!

Satu piring kaca tergelincir dari tangan Melodi. Pecahan-pecahan kaca berserak di atas lantai. Dan ... ada tetesan darah di sana.

Aldrick keluar dari kamar mandi dan melangkah terburu-buru. “Ya ampun, Dek. Kamu nggak apa-apa? Kok bisa pecah?!” Aldrick semakin panik melihat tetesan darah di lantai. “Apanya yang luka?”

Aldrick memeriksa kedua kaki dan tangan Melodi, akan tetapi, tak menemukan luka apapun di sana. Kemudian, Aldrick menatap wajah sang istri. Sedetik, Aldrick membeku di tempat.

“Dek? Kamu ... mimisan?” Bola mata Aldrick membelalak.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Melodi duduk termenung di sisi ranjang, menunggu Aldrick pulang. Suaminya sedang pergi belanja ke supermarket di ujung jalan, membeli minuman larutan penyegar. Tampaknya, Melodi panas dalam.

Manik Melodi mengedar ke sekeliling ruangan, lalu menatap lurus ke arah tas kerja Aldrick yang penuh dan sesak. Melodi berdiri, mendekati, hendak mengeluarkan benda-benda yang tak perlu.

Satu per satu, Melodi mengeluarkan isi tas kerja Aldrick. Lembaran kertas, kunci mobil, kunci motor, sarung tangan dan juga anting.

“ANTING?!” Melodi mengeluarkan anting dengan permata merah yang jelas bukan miliknya. “Milik siapa?!”

Wajah Melodi sangat murka, wanita itu mencoba mengangkat tas selempang hitam milik sang suami, kemudian mengendus-endus. Rautnya tampak semakin murka.

“Wangi parfum wanita!” Desisnya sambil meremas erat ujung tas Aldrick.

Melodi menggeleng lemah. “Nggak! Aku nggak bisa kayak gini terus, aku nggak sanggup lagi!”

*

*

*

1
kaylla salsabella
Vina lagi ...Vina lagi
Sugem
ini kesalahan fatal laki2.kalau ada laki2 baca karya ini.tolong,jgn biarin istri mu sndiri saat sedih dan juga merenungi masalah.jgn sibuk main hp.ajak istri ngobrol.
rata2 perempuan banyak kena gerd,kalau kata org awam asam lambung.itu karena dampak utamamya stres.tekanan batin.
jadilah suami yg bijak. dosa kalau sampai istrimu mengemis kasih sayang
Sugem
sungguh berat ini, mau subuhan jd galau 😰
Juhairiah
Tor 😭 Karyamu satu ini bikin aku 😭😭😭😭
bagus banget.
Aku setiap baca 😭🤣😭🤣😭🤣😭
Sukses terus kak othor/Determined/
Juhairiah
memang binatang kau vina
Juhairiah
😭😭😭😭😭😭😭😭😭🥲🥲🥲🥲🥲🥲
Juhairiah
😭😭😭😭😭😭😭😭😭
Juhairiah
SETANNNNN
Juhairiah
😭😭😭😭😭😭😭
Juhairiah
/Cry/
vj'z tri
bener bener Vina lampir satu ini biang Lala nya 😤😤😤😤
Dae_Hwa💎: Biang lala 😄
total 1 replies
Cookies
up
Dae_Hwa💎: Asiappp
total 1 replies
Riaaimutt
gampang meninggal ini kamsud nya apa sih nad.. q kok gagal memahami kata-kata mu..
Dae_Hwa💎: ah sudahlah 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
😭😭😭😭😭😭
Dae_Hwa💎: 😭😭😭😭😭😭😭
total 1 replies
kaylla salsabella
ya Alloh Thor semoga ibu Ajeng dan melody selamat .....awas aja klu di buat sad ending.....aku mutung pokok nya 😭😭😭🏃
Dae_Hwa💎: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣😭😭😭😭😭😭😭
total 1 replies
vj'z tri
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭 thorrrr novel ini kamu buat dengan campuran bawang merah berapa ton 😭😭😭😭😭😭😭😭😭🤧🤧🤧🤧🤧🤧
Dae_Hwa💎: 10 ton kak 😭😭😭😭😭 Biar mata pembaca pada kewer²😭😭😭😭😭
total 1 replies
istianah istianah
kadang seorang suami tidak merasa kalau sang istri lg kesepian ,apa lg blm pnya anak ,dan seorang suami akan sadar apa bila istri tak ada di sampingnya , kalau sudah tak ada baru terasa 😭😭😭
Dae_Hwa💎: betul.
Sifat suami yang selalu berulang itu ya, tidak peka.
total 1 replies
Baek chanhun
,, menunggu,, membuat emosi.
,, penyesalan,, membuat sesak di
di dada, dalam penyesalan hanya
dua kata sering di ucapkan,
,, andaikan dan misalkan,, dua
kata ini tambah penyesalan.

thanks mbak 💪 💪
Dae_Hwa💎: betul.
Andaikan, misalkan. Berujung nyesal
total 1 replies
Raa
Semoga tidak seperti yang ada dalam benakku 🥹
Dae_Hwa💎: Semoga 🙃
total 1 replies
Raa
Nggak ada kata ampun sih untuk Vina & Karin. Jahat banget.
Dae_Hwa💎: Pake bangeeeet
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!