Menceritakan tentang seorang gadis cantik yang bernama Lala, harus mengandung karena hubungan terlarang dengan seorang jin muda yang sejak kecil menyukainya.
Berawal dari kebiasaan jorok Lala, hingga sosok jin muda yang menyukainya dan merubah wujudnya menjadi tampan saat setiap bertemu Lala meskipun warna matanya merah dan memiliki tanduk di kepalanya.
Bagaimana kisah selanjutnya?ikuti kisah selanjutnya ya🙏
PERHATIAN!!
Jika ada bab atau paragraf yang berulang, mohon maaf sedang dalam proses perbaikan.mohon pengertiannya 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cancer i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jati Diri
Lala mengangguk tersenyum,lalu kemudian Pangeran Firr mengajak Lala untuk beristirahat di kamar di istananya tersebut.
"Ayo kita ke kamar Lala"ajak pangeran Firr
"Ayo pangeran"kata Lala dengan mata berbinar
Pangeran Firr berdiri, mengulurkan tangannya kepada Lala. Lala menerimanya, dan Pangeran Firr membantunya berdiri. Tangan mereka bersentuhan sebentar, dan Lala merasakan aliran hangat yang mengalir di tubuhnya.
Mereka berjalan beriringan menuju sebuah pintu di ujung lorong. Pintu itu terbuat dari kayu jati yang indah, diukir dengan motif bunga-bunga yang rumit. Pangeran Firr membuka pintu itu dengan lembut, mempersilakan Lala masuk lebih dulu.
Kamar itu sederhana namun elegan. Tempat tidur berukuran besar dengan kelambu putih yang lembut terpasang di atasnya. Jendela besar menghadap ke taman istana yang indah. Aroma bunga mawar memenuhi ruangan.Cahaya matahari sore menerobos jendela-jendela tinggi, menyorot debu-debu emas yang beterbangan di udara.
"Silakan masuk, Putri Lala," kata Pangeran Firr dengan suara lembut, tangannya masih memegang gagang pintu.
Lala masuk, matanya terbelalak kagum. Ia berjalan pelan, menyentuh kain sutra yang menutupi tempat tidur yang tampak nyaman. "Kamar ini... sangat indah," gumamnya.
Pangeran Firr tersenyum. "Aku harap kau merasa nyaman di sini. Setelah perjalanan panjang, kau pasti lelah." Ia menutup pintu dengan pelan.
"Terima kasih, Pangeran," jawab Lala. "Aku memang sedikit lelah." Ia duduk di tepi tempat tidur, masih terpesona oleh keindahan ruangan itu.
Pangeran Firr berjalan mendekat, mengambil sebuah kendi berisi air dan dua buah gelas dari meja kecil di sudut ruangan. "Minumlah dulu. Air mawar ini akan menyegarkanmu."
Lala mengambil gelas yang ditawarkan Pangeran Firr dan meneguk airnya perlahan. Aroma mawar yang lembut terasa menyegarkan. Ia menatap Pangeran Firr, rasa penasaran terpancar dari matanya. "Pangeran," katanya, "aku ingin bertanya.."
"Pangeran," Lala memulai, masih memegang gelasnya, "aku penasaran... bagaimana kehidupanmu sebagai pangeran?" Ia menatap Pangeran Firr dengan penuh minat.
Pangeran Firr tersenyum kecil, lalu duduk di kursi berukir di dekat tempat tidur. "Kehidupan sebagai pangeran... tidak selalu seperti yang kau bayangkan dalam dongeng, Putri Lala," katanya. "Ada banyak tanggung jawab, banyak keputusan penting yang harus kuambil. Aku harus memikirkan kesejahteraan rakyatku, menjaga keamanan kerajaanku."
Ia berhenti sejenak, menatap ke luar jendela. "Tapi," lanjutnya, "aku juga memiliki waktu untuk diriku sendiri. Aku senang membaca, melukis, dan menunggang kuda. Aku juga memiliki beberapa teman dekat yang selalu mendukungku."
Lala mengangguk, mengerti. "Jadi, kau bukan hanya seorang pangeran yang hanya memerintah, tetapi juga seorang manusia biasa dengan hobinya sendiri?"
"Tepat sekali," jawab Pangeran Firr, tersenyum hangat. "Setiap orang, bahkan seorang pangeran, memiliki sisi manusianya sendiri. Aku juga memiliki kelemahan dan kekhawatiran seperti orang lain." Ia menatap Lala, matanya berbinar. "Dan sekarang, aku juga memiliki rasa ingin tahu tentangmu, Putri Lala.Ceritakanlah tentang dirimu."
"Maaf pangeran, seperti yang pangeran tau kalo aku cuma manusia biasa.beda sekali dengan pangeran yang seorang jin"ucap Lala dengan hati mencelos mengingat pria yang di hadapannya ini bukanlah manusia seperti dirinya.
Pangeran Firr terdiam sejenak, tatapannya berubah menjadi lebih serius. Senyum hangatnya memudar, digantikan oleh ekspresi yang sulit diartikan. Ia tidak menyangka Lala akan mengungkapkan hal itu. Keheningan menyelimuti ruangan sejenak, hanya suara detak jam dinding yang terdengar.
Akhirnya, Pangeran Firr berkata dengan suara pelan, "Aku mengerti, Putri Lala. Kau menyadari sesuatu yang... berbeda tentangku?" Ia menatap Lala, menunggu jawaban. Ada sedikit ketegangan dalam suaranya, seolah-olah ia mengantisipasi reaksi Lala selanjutnya.
Lala mengangguk pelan, matanya berkaca-kaca. "Ya, Pangeran. Aku merasakannya sejak pertama kali bertemu. Ada sesuatu yang... agung, namun juga misterius tentang dirimu. Aku merasa ada kekuatan yang tersembunyi di balik penampilanmu yang tampan ini." Ia berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam. "Aku... aku takut, Pangeran. Aku takut akan apa yang sebenarnya kau sembunyikan."
Pangeran Firr menghela napas panjang. "Takut? Kenapa kau takut, Putri Lala?" Ia mendekat, duduk di samping Lala di tepi tempat tidur. "Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya... berbeda. Aku memang bukan manusia biasa, seperti yang kau katakan. Tapi itu tidak berarti aku jahat."
Ia menatap Lala dengan penuh pengertian. "Aku ingin kau tahu kebenarannya, Putri Lala. Aku... aku adalah seorang jin. Seorang jin yang telah memilih untuk hidup di dunia manusia." Ia berhenti sejenak, menunggu reaksi Lala. Ekspresinya menunjukkan keraguan dan sedikit kecemasan. Ia berharap Lala tidak akan lari darinya karena mengetahui jati dirinya yang sebenarnya.
