NovelToon NovelToon
Antara Hijrah & Dosa

Antara Hijrah & Dosa

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Poligami / Sistem / Dikelilingi wanita cantik / Playboy / Selingkuh / Preman / Tukar Pasangan
Popularitas:19.8k
Nilai: 5
Nama Author: DityaR

Semua telah terjadi, imanku rasanya telah kubuang jauh. Berganti Nafsu syahwat yang selama ini selalu kupendam dalam-dalam.

Apakah ini benar-benar keinginanku atau akibat dari sesuatu yang diminumkan paksa kepadaku oleh pria-pria itu tadi.

Aku tidak tahu dan tidak ingin tahu.

Satu yang pasti, aku semakin menikmati semua ini atas kesadaranku sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjalanan Pulang

...𓀐𓂸ඞ 𓀐𓂸ඞ...

Pukul 2 siang aku dan Rinda sudah bersiap jalan pulang. Sesuai rencana awal, sebelum pulang kita singgah dulu ke rumah Om-nya Rinda yang sedang sakit.

Dari rumah Rinda perjalanan kami tempuh sekitar 30 menit untuk sampai ke rumah Om Budi itu. Kalau di kota waktu segitu jaraknya tak akan jauh, tapi kalau di pedesaan waktu perjalanan 30 menit pasti jaraknya jauh. Kuperkirakan sekitar 15 sampai 20 kilometer jaraknya.

Begitu kami sampai di rumah saudaranya Rinda, suasananya cenderung sepi. Hanya ada dua wanita setengah baya yang ada di depan rumah. Ketika aku dan Rinda keluar dari mobil, kedua wanita itu nampak sumringah menyambut kedatangan kami.

“Lohh.. kesini juga kamu...” ucap seorang wanita pada Rinda.

“Ditunggu dari kemarin lho...” sambung wanita satunya.

“Iya mak.. tadi malam aku menginap di rumah dulu... melepas kangen sama ibu,” Rinda sambil memeluk kedua wanita itu.

“Ini siapa? Suami kamu ya Rin?”

“Eh, ini... emm.. iya mak.. ini suamiku,” jawab Rinda sambil mengedipkan sebelah matanya padaku.

Drama apalagi ini?

“Hehehe.. i—iya...” dengan gugup aku menyalami kedua wanita itu.

Ternyata kedua wanita setengah baya itu adalah tetangga Om Budi. Keduanya kenal baik dengan keluarganya Rinda, bahkan salah satunya dulu pernah ikut merawat Rinda ketika masih kecil. Itulah kenapa Rinda memanggilnya dengan sebutan’Mak’ yang artinya juga ibu.

Selepas sedikit bercengkerama dengan kedua wanita itu, aku dan Rinda kemudian masuk ke dalam rumah. Kami pun disambut oleh seorang wanita lainnya.

Rinda memberitahuku kalau perempuan itu istri muda dari Om Budi. Pantas saja Rinda tak suka padanya. Wajahnya memang cantik, tapi ada kesan wanita penggoda di raut mukanya. Saat kami bicara pun terkadang istri mudanya Om Budi itu melirik-lirik ke arahku.

Kami singgah di rumah Om Budi lumayan lama. Selepas maghrib kami baru pamit pulang. Om Budi yang terkena stroke itu hanya bisa berbaring di atas tempat tidur ketika kami berdua pamit. Kulihat raut wajahnya begitu tersiksa dengan kepergian kami.

“Jaga.. Rinda.. baik.. baik...” ucap Om Budi terbata-bata. Penyakit Stroke yang dideritanya membuat lelaki itu susah bicara.

“Iya Om.. saya pamit dulu.. lain kali kita kesini,” balasku.

Rinda kemudian mencium kening Om Budi, air matanya langsung menetes seketika. Aku tak menyangkal, rasanya kami tak akan lama lagi melihat Om Budi ada bersama keluarganya.

Kucium tangannya dan kudoakan supaya dia mendapat yang terbaik dalam sakit yang dideritanya. Selepas itu kamipun jalan pulang menuju kota lagi.

Sepanjang perjalanan pulang kulihat Rinda hanya bisa diam di sampingku. Kadang-kadang dia membuka HPnya tapi sebentar kemudian ditaruh lagi.

Setelah dari rumah Om-nya tadi ada perbedaan yang kurasakan dari Rinda. Sepertinya dia tengah galau dan banyak pikiran. Matanya juga sering kulihat menerawang keluar jendela mobil seakan pikirannya tidak menyatu dengan badannya.

“Rin... kalo mau tidur di belakang aja... bisa selonjoran kalo di belakang,” tawarku, daripada diam saja pikirku.

“Gak mas, gini aja.. ntar ga ada yang temenin mas Bima ngobrol,” balasnya pelan.

“Temenin ngobrol gimana, kamu aja diem terus dari tadi...”

“Hihihi.. iya sih.. aahh.. ga tau mas.. lagi banyak pikiran nihh,” ucapnya melihat keluar jendela lagi.

Rinda saat itu yang memakai jilbab hitam terlihat cantik sekaligus anggun. Sweater putih yang menutupi badan bagian atas nampak kontras dengan warna jilbabnya, namun malah memberi kesan modis pada penampilannya.

Memang kalau dasarnya sudah cantik, mau pakai apa saja juga tetap cantik, apalagi kalau gak pakai apa-apa, ya kan?

“Tadi siang pas kamu masuk ke kamar adikmu ngapain aja? Kok aku dengerinnya lagi mutar film bok3p yah Rin?”

“Heh? Bok3p? Enggak lah mas.. ada-ada aja.”

“Trus, kenapa aku dengar suara ngedesah gitu, jangan-jangan kalian ada maen nih?”

“Maen apaan? Ng3ntot maksudnya? Sembarangan aja mas Bima kalo nuduh.”

“Hehehe, ya siapa tau.. emang kalian gi ngapain sih?”

Rinda diam sebentar, entah apa yang dia pikirkan sampai tiba-tiba tersenyum sendiri. Aku jadi semakin penasaran pada jawabannya yang belum juga kudengar.

“Mas Bima mau tahu?”

“Mm.. iya dong”

“Aku koc*kin adikku mas”

“Apa??” tolehku kaget.

Hampir saja aku mengerem mendadak.

“Mas tahu sendiri kan dia lagi nyalain musik keras banget, dia aku suruh matiin, adikku mau asal ada imbalannya.”

“Trus imbalannya?”

“ya itu, koc*kin batangnya”

“Beneran? Cuma itu aja? Kok sampe ngedesah heboh gitu?” cecarku masih penasaran.

“Mana ga heboh, put1nkku dia pelintir-pelintir juga.”

“Ohh, aku kira kamu kena sodok batangnya.”

“Gakk! Senakal-nakalnya aku mas, gak sampe sebejat dan semenjijikkan itu deh.”

“Hahahaa.. iya, aku percaya kok.”

Pembicaraan yang sedikit ngawur tadi membuat kami tak terasa sudah akan melewati gerbang Tol. Saat kami sudah sampai di jalan Tol, kecepatan mobil kujaga konstan di angka 100 km/jam.

Suasana lalu-lintas cenderung sepi, namun tetap didominasi oleh truk-truk besar dan bus malam yang mengejar jam sampai di tujuan tepat waktu. Aku tak banyak melakukan manuver kendaraan, karena kami santai saja dan tak peduli sampai di rumah pukul berapa.

“Sudahlah, kamu istirahat aja.. masih lama ini jalannya,” saranku pada Rinda.

“Hhh.. iya deh mas..”

Rinda melepas jilbabnya, dia kemudian merebahkan sandaran kursi mobil sampai ke bawah. Dalam posisi tiduran telentang kulihat sekilas bukit kembar di dad4nya nampak semakin menyembul di balik sweater yang dipakainya itu. Apalagi saat dia mengangkat kedua tangan untuk mengganjal kepalanya, bulatan payud4r4nya terlihat semakin membusung.

“Gede banget sih...” celetukku iseng, biar gak sepi.

“Apa? Ini?” balasnya sambil medekap buah dad4nya.

“Hehehe.. iya lahh, apalagi emang?”

“Heeehh.. mas Bima mesvm ahh, udah sering ngeliat tapi masih sok heran aja.”

“Yaaahh... biasanya barang yang disembunyiin itu suka bikin heran, hehe...”

“Hihihi, tunggu aja.. ntar di rumah juga dapetin yang lebih besar,” balasnya mengingatkan diriku pada Ariefna yang menunggu di rumah.

“Iya bener, hehe...”

Rinda kemudian mengangkat kedua kakinya lalu diletakkan di atas dashboard mobil. Kubiarkan dia melakukan itu supanya membuatnya nyaman. Mataku sekilas melihat perutnya yang rata itu ketika ujung sweater yang dipakainya tersingkap ke atas.

“Selain sweater, kamu ga pake baju lagi yah? perutmu keliatan tuhh...”

“Iihhh.. mas Bima perhatian banget deh.. hihihi.. iya bener, gerah kalo pake baju rangkap,” balasnya centil.

“Ohh, ya gapapa.. penting kamu nyaman aja.”

“Mas ga nanyain aku pake BH apa enggak?”

“Apa? Masak ga pake BH sih?” balasku kaget.

“Nihh.. liat aja mas...”

Rinda mengangkat lagi ujung sweaternya agak ke atas sampai dad4nya ikut terbuka. Karena masih menyetir mobil, aku hanya sekilas saja melirik ke arahnya.

Aku terhenyak begitu mataku melihat Rinda memamerkan bulatan susvnya

1
Ummi Yatusholiha
kira2 ada gak ya kisah kehidupan yg seperti itu,tertutup tapi utk menutupi sesuatu yg besar
Ummi Yatusholiha
kok dari kisah bima bnyk yg gak nyambung ya babnya thor 🤔🤔
Ummi Yatusholiha: ooo gitu ya thor, pantesan ada bab yg gak nyambung
Tya 🎀: banyak bab yang di smackdown sama admin kak, begitu pun chapter yg ke 2 nya,
total 2 replies
Ummi Yatusholiha
lah, trus lanjutannya kisah si bima arifna di mana thor..
Meyyy
Yg sama si bos ada lanjutan nya ga kak
Meyyy: Okee kak gppa
Tya 🎀: Banyak yg ke-smackdown sama mimin, kak. Maaf kalau partnya gak lengkap....
total 2 replies
neng ade
cukuplah si bos nya aja yang lain nya jangan
Deni Saputra
mksh karya y asyk JD tegang bcay..wkwkwk lanjut y lbih bgus??
nuna
Basah luar dalem thoorrr
Adit monmon
Luar biasa
neng ade
berpikirnya terlalu lama tadi saat tiba di rumah Farida udah tau kan jalan ke rumah Farida tadi tuh jauh dan sepi mana lewat persawahan juga ..
neng ade
kenapa ga menginap aja sih udah terlalu malam cuacanya juga udah mau hujan
neng ade
hadir thor 🙏❤️
Apriyanti
terimakasih Thor 🙏
Heri Wibowo
syukurlah cerita ini cuma ada di Republik Novel Toon. ditunggu cerita tidak masuk akal lainnya Thor.
Heri Wibowo
Wah dapat tambahan lobang baru nih Bim
Heri Wibowo
tahan banget kamu BIM, genjot 2 lobang sekaligus.
Heri Wibowo
lanjut Thor
Heri Wibowo
main bertiga asal jangan lututmu kopong aja Bim
Heri Wibowo
jangan-jangan itu Rizal
Heri Wibowo
lanjut
Heri Wibowo
Wah bisa juga itu Bim, kalau ariefna mau ikut cari suami baru.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!