Killa Okta Brahmana dan Salpa Radiatul Brahmana merupakan saudara kandung, setelah lulus kuliah di luar Negeri sebagai Desainer profesional, Killa menjadi satu-satunya penerus perusahaan peninggalan mendiang sang Ibunda. Sementara Salpa masih menempuh pendidikan tinggi dengan profesi yang sama dengan Kakaknya, Killa.
Setelah Killa sah menjadi penerus perusahan keluarga besar Brahmana, akhirnya Killa menikahi Diantoro Sultan yg tak lain merupakan keturunan dari sahabat sang Ayah, Joko Brahmana.
Setelah 3 tahun menikah pernikahan Killa dan Diantoro belum dikaruniai keturunan sehingga Diantoro berselingkuh dengan adik kandung Killa.
Lantas bagaimana dengan Killa dan cerita selanjutnya?
Intip terus ya update selanjutnya 😉 siapa tau makin penasaran sama kelanjutan ceritanya 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhyras, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Taman Kota
*****
Pukul 06.30 pagi hari ....
Pagi ini, Fanny bangun lebih awal karena akan menemui Rangga di taman kota, seperti yang sudah disepakati semalam.
Usai sarapan, Fanny langsung bergegas pergi dan menunggu Rangga disana.
Tapi sudah hampir 20 menit menunggu, Rangga tak kunjung datang.
"Itu orang kemana, sih? Lama bener!" gerutu Fanny. Fanny sudah mulai kesal karena menunggu lama.
"Selamat pagi ... Bu Fanny?" sapa Rangga.
Tiba-tiba Rangga datang dari arah belakang.
"Astaga ... kamu bikin kaget aja!" pekik Fanny.
"Maaf ... bikin kamu nunggu lama ya?" ucap Rangga.
"Ya udah lah gak apa-apa ..." tutur Fanny.
Rangga langsung duduk di samping Fanny. "Jadi ada apa kamu minta ketemu sepagi ini?" tanya Rangga.
"Gue mau minta bantuan kamu hari ini, itupun kalau kamu gak sibuk ..." sahut Fanny.
"Bantuan apa? Kalau aku bisa, pasti senantiasa aku bantu." tanya Rangga.
"Jadi gini ... hari ini Killa mau ketemu adiknya, Salpa. Gue takutnya terjadi sesuatu yang gak di inginkan, jadi aku mau minta bantuan kamu buat kawal aja diam-diam." jawab Fanny.
Rangga mengernyit. "Apa se bahaya itu? Kan cuma pertemuan adik dan kakak aja, kenapa harus dikawal diam-diam?" Rangga heran dengan permintaan Fanny yang konyol.
"Maksud gue ya ... bu jaga-jaga! Kondisi Killa sekarang kamu tau sendiri, kan?" Fanny berusaha meyakinkan.
Rangga tersenyum. "Aku paham maksud kamu, dan aku juga tau apa yang terjadi sama Killa. Tanpa kamu minta, memastikan keamanan Killa udah jadi prioritas aku." ucap Rangga.
Fanny mengernyit. "Maksud Lo, tau apa?" tanya Fanny.
Rangga tersenyum. "Kamu lupa ada yang kirim rekaman video tempo hari?"
Fanny terperanjat. "Jadi?" tunjuk Fanny. "Kamu yang kirim video itu, Ga?" tanya Fanny.
Rangga mengangguk. "Aku tau semua, Fan! Tapi apa boleh buat? Aku juga gak bisa berbuat apa-apa." sahut Rangga.
Fanny mengubah posisi duduknya. "Gue juga sama, Ga! Killa udah gue anggap kayak saudara sendiri, gue sayang sama dia, tapi gue juga gak bisa berbuat banyak, gue tau semuanya tentang hubungan gelap si Salpa sama Diantoro, tapi gue gak bisa kasih tau Killa gitu aja tanpa bukti!" ucap Fanny. Fanny tampak kesal pada diri sendiri.
"Aku gak bisa terima, Killa disakiti! Tapi aku gak tau apa yang harus aku lakukan selain memastikan keamanan dan keselamatan Killa secara diam-diam. Walau bagaimanapun Killa sahabatku juga." cetus Rangga.
Fanny mengangguk. "Kalau gitu kita sama, Ga! Gue gak nyangka dan gue salut, Lo' ternyata selangkah lebih gesit dari gue." Fanny tersenyum.
"Satu hal lagi, Fan! Aku ada rekaman CCTV sewaktu ulang tahun pesta pernikahan Killa dan suaminya, gue mau Killa tahu semuanya apa yang gue tahu." ucap Rangga.
Fanny menoleh. "CCTV? Kok bisa?" Fanny heran kenapa Rangga bisa tahu semua yang terjadi.
"Biar itu jadi urusanku, kamu gak perlu tau darimana aku bisa dapat rekaman itu! Hari ini aku tau apa yang mau kamu lakukan, Fan! Dan aku pasti bantu, kamu gak usah khawatir." jawab Rangga.
Fanny menggeleng. "Luar biasa, salut gue sama Lo, Ga!" ucap Fanny.
'Gue tau Lo' masih berharap sama Killa, Ga! Gue lebih suka lihat Killa bahagia sama Lo' daripada si Diantoro.' pikir Fanny.
Kring ... kring ... suara dering dari handphone milik Fanny.
"Eh ... Killa nelpon gue, Ga!" seru Fanny.
"Ya udah angkat aja!" cetus Rangga.
Tak pikir panjang, Fanny langsung menerima panggilan telepon itu.
"Halo, Kill?" sapa Fanny.
"Iya ... gimana udah ada kabar belum, Fan? Lo udah suruh orang yang Lo ceritakan kemarin, kan?" tanya Killa.
"Udah, Kill. Lo tenang aja, belum ada kabar, nanti gue kabarin kalau orangnya udah ngabarin gue, ok?" jawab Fanny.
"Terus Lo dimana sekarang?" tanya Killa.
"Gue masih di home ..." sahut Fanny.
"Gue mau ketemu Salpa sekarang, Lo mau nemenin gue, kan?" tanya Killa.
"Masih pagi Killa ... lagian jam segini adik Lo pasti sibuk, Kill!" cetus Fanny.
"Iya sih! Ya udah gue jemput Lo sekarang ya?" tawar Killa.
"Gak usah deh, Kill. Kasian nanti Lo capek, gue jalan sendiri aja ... kita ketemu di kantor, gimana?" Fanny menolak tawaran Killa.
"Ya udah, oke. Sampai ketemu nanti ... gue tunggu!" ucap Killa.
"Ok Bu Bos ... gue on the way sekarang." tutur Fanny.
Fanny menghela nafas lega setelah telepon dimatikan.
"Gimana?" tanya Rangga.
"Aman ... ya udah, gue harus on the way sekarang, nanti Bos gue rewel, lagi!" sahut Fanny.
"Oke, aku antar kamu ya?" tawar Rangga.
"Gak usah deh, nanti ketahuan lagi sama si Killa! Lagian dari sini ke perusahaan deket kok, gue pake angkot aja, Ga." Fanny lebih memilih menggunakan angkutan umum, demi menjamin rencananya berjalan mulus.
"Oh ... oke kalau gitu." ucap Rangga.
"Ya udah, gue duluan ya, Ga?" Fanny segera berpamitan pada Rangga.
"Iya ... hati-hati." tutur Rangga.
Setelah berbincang-bincang dengan Rangga, Fanny segera bergegas pergi lebih awal. Sedangkan Rangga masih duduk santai di bangku taman kota sambil menikmati suasana pagi disana.
Waktu terus berlalu, tak terasa jam sudah menunjukan pukul 08.00 pagi.
Killa sudah menunggu lebih awal di perusahaan, Fanny terlambat karena lambatnya angkutan umum.
Sesampainya di perusahaan, Fanny langsung bergegas menemui Killa di ruang kerjanya.
Tok tok tok ... Fanny mengetuk pintu.
"Buka aja, Fan! Gue di dalam ..." seru Killa.
Fanny segera membuka pintu dan bergegas masuk. "Hi, Kill? Lo udah lama sampe?" sapa Fanny.
"Hi ... belum lama-lama amat sih. Gue juga baru sekitar 5 menit disini." sahut Killa.
"Oh syukurlah kalau gitu. Tapi kok ... Lo' tau sih, kalau gue yang datang?" Fanny sedikit terkekeh.
"Tau! Bukan sekali Lo' ketuk pintu itu itu, kan? Dari bau-bau nya aja gue udah hapal bener, Fan!" kata Killa sambil ikut terkekeh.
"Emang bau gue kayak gimana, Kill?" tanya Fanny, penasaran.
"Ada pokoknya ... mirip-mirip bau kucing basah." Killa tertawa puas.
"Lawak Lo ... gue dibilang bau kucing basah ... Lo gak tau gue udah pake parfum paling mahal di dunia? Wanginya udah bak putri sultan gini, enak aja di bilang bau kucing basah. Nih, kalau Lo gak percaya, cium sendiri." Seru Fanny sambil mendekat-dekatkan tubuhnya pada Killa.
Killa semakin tertawa puas melihat tingkah konyol Fanny. "Iya ... iya ... gue percaya. Parfum sultan, kan?" Killa terkekeh.
"Dih ... beneran gak percaya nih orang ... Lo mau lihat? Nih, gue kasih lihat ya?" ucap Fanny sambil mengeluarkan parfum miliknya dari dalam tas.
Lalu memamerkan Merk parfum yang menurutnya paling terkenal dan termahal pada Killa.
"Perasaan ... gue pernah lihat parfum itu di ..." Killa berfikir. "Oh gue ingat! Gue lihat itu di online shop, harganya kalau gak salah 210 ribuan deh!" cetus Killa.
"Hadeuh ... bisa gak, Lo jangan sebutin harganya, Kill? Tega bener Lo sama gue ...." Fanny tertawa terbahak-bahak. Begitupun dengan Killa. Mereka berdua asyik bergurau.