Risma begitu syok ketika mengetahui bahwa suaminya yang bernama Radit yang selama beberapa tahun tinggal terpisah darinya karena dia dipindah kerjakan di luar kota ternyata telah menikah lagi di belakangnya. Hati Risma pun bertambah hancur ketika mengetahui bahwa selama sebelas tahun menikah dengan Radit dan mempunyai dua orang anak ternyata Radit tidak pernah mencintainya. Radit tidak bahagia hidup dengannya dan memilih untuk menikahi mantan kekasihnya di masa lalu. Lalu apakah Risma akan sanggup menghadapi pengkhianantan sang suami , dan apakah Risma bisa bertahan hidup bersama Radit setelah diduakan dan dia sadar bahwa cintanya yang begitu besar hanya bertepuk sebelah tangan...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Pulang sebulan sekali
"Ibu mau masak apa...?" tanya Sabila anak kedua Risma.
"Masak sop iga kesukaan ayah. Kan hari ini ayah pulang..." jawab Risma yang sibuk memasak di dapur.
"Yeee... Asik ayah pulang..." seru Sabila.
"Mas, mas Rafa... kata ibu ayah hari ini pulang...." Sabila berlari menghampiri sang kakak yang sedang asik menonton acara kartun kesukaannya.
"Beneran bu, ayah pulang...?" tanya Rafa.
"Iya, makanya kalian mandi sana..." sahut Risma dari dapur.
Rafa dan Sabila begitu senang mendengar sang ayah mau pulang. Iya, Radit suami Risma sudah delapan tahun kerja di kota B. Sedangkan Risma dan anak- anaknya tetap tinggal di rumah yang berada di kota A. Radit akan pulang satu bulan sekali untuk menemui istri dan anaknya.
Sebenarnya Risma pernah mengutarakan keinginannya untuk ikut pindah ke kota B agar keluarga mereka bisa tetap bersama tidak terpisah seperti sekarang ini. Apa lagi anak- anak yang begitu dekat dengan Radit selalu merindukannya.
Tapi Radit menolak keinginan Risma dengan alasan biaya di kota B lebih mahal, dan juga sayang jika harus meninggalkan rumah yang sudah dia bangun dengan hasil keringatnya sendiri.
Mau tidak mau Risma pun menuruti apa kata Radit. Dia hanya tinggal bersama kedua anaknya saja, yaitu Rafa yang berusia sembilan tahun dan sudah kelas empat dan Sabila yang berumur tujuh tahun, kelas dua.
Keseharian Risma yaitu seperti ibu rumah tangga pada umumnya, yaitu mengurus rumah, anak- anak dan sebagainya. Ada kalanya Risma merasa capek dengan rutinitas kesehariannya yang semua harus dikerjakan sendiri. Tapi mau bagaimana lagi, memang itu sudah menjadi tugasnya sebagai ibu dan seorang istri.
Malam harinya pukul setengah delapan, Rafa baru pulang dari masjid dekat rumah melaksanakan sholat isya berjamaah. Sepulang Rafa dari masjid Risma dan kedua anaknya duduk di meja makan.
"Bu, kok ayah belum pulang sih...?" tanya Rafa.
"Mungkin di jalan macet, atau mungkin keretanya datangnya terlambat karena suatu hal..." jawab Risma sambil menyendok nasi untuk anak- anaknya.
"Sudah, kita makan saja, kalau nunggu ayah takut kelamaan, ibu sudah lapar..." sambung Risma.
"Iya bu..." jawab Rafa dan Sabila.Mereka pun makan dengan lahap.
Pukul sepuluh malam, Radit belum juga pulang. Ditelpon pun tidak diangkat.Anak- anak sudah mulai ngantuk. Risma lalu meminta pada anak- anaknya untuk tidur.
Dan pukul sebelas malam, Radit akhirnya pulang. Anak- anak sudah tidur nyenyak. Sementara Risma masih terjaga sambil menonton tv di ruang keluarga.Risma memang tidak akan bisa tidur jika Radit belum sampai rumah.
"Mas, kok jam segini baru sampai rumah, anak- anak nungguin mas Radit lho dari tadi. Mereka kangen banget sama ayahnya..." ucap Risma sambil mencium punggung tangan Radit.
"Maaf tadi , keretanya datangnya telat. Trus aku mampir dulu ke rumah Umi. Oya nih ada oleh- oleh..." jawab Radit sambil memberikan kantung keresek berisi oleh- oleh asal kota B. Iya, Radit memang selalu membawa oleh - oleh untuk istri dan anaknya jika kembali dari kota B.
"Anak- anak sudah tidur...?"
"Sudah mas..."
"Mas mau makan...?" tanya Risma.
"Nggak, aku sudah makan tadi di rumah Umi...." jawab Radit.
"Kok makan di rumah Umi sih mas, aku sudah masakin makanan kesukaan kamu lho..." sahut Risma kecewa.
"Ya abisnya tadi waktu aku datang ke rumah Umi, umi lagi pada makan, jadi aku ikutan makan aja...." jawab Radit sambil jalan ke kamar anak- anak.
"Mas, nggak mandi dulu...? Apa sudah mandi juga di rumah Umi...?" tanya Risma mengikuti Radit masuk ke kamar anak- anak.
"Iya, tadi sudah mandi juga di sana..." jawab Radit lalu duduk di tempat tidur Rafa. Radit lalu mencium kening Rafa. Kemudian Radit berpindah ke tempat tidur Sabila dan melakukan hal yang sama seperti pada Rafa.
Risma menghela nafas panjang. Dia suka iri jika Radit mencium kening anak- anaknya ketika baru pulang dari kota B. Sedangkan Radit entah kenapa dia tidak pernah mencium kening Risma. Tapi Risma tidak marah atau tersinggung sama sekali. Dia sudah hafal siapa suaminya itu. Radit adalah laki- laki pendiam, cuek,tidak banyak bicara dan orangnya tidak pernah perduli dengan hal- hal yang menurutnya tidak penting.
Radit juga jarang ngobrol dengan Risma. Dia hanya akan bicara tentang hal penting saja. Tapi dengan anak- anaknya dia selalu terlihat ceria. Dia banyak omongnya jika sedang bersama Rafa dan Sabila.
"Mas..." Risma duduk di samping Radit.
"Hem..." jawab Radit.
"Kita tidur di kamar kita saja yuk... Aku kangen sama kamu mas..." ucap Risma sambil merangkul lengan Radit.
Radit pun hanya diam.
"Memangnya mas Radit nggak kangen sama aku...?" tanya Risma.
"Ya kangen lah, masa nggak kangen sih..." jawab Radit sambil tersenyum pada sang istri.
"Ayo makanya kita ke kamar aja yuk...." ucap Risma dengan manja.
Radit lalu bangun dan berjalan menuju ke kamar mereka. Risma masih saja bermanja- manja di lengan Radit.
Sampai di kamar, mereka langsung merebahkan diri di tempat tidur. Risma memiringkan tubuhnya sambil memeluk Radit. Jari- jarinya bermain- main di dada Radit.
"Mas... Aku kangen sama kamu..." sambil mencium pipi Radit.
"Ris, jangan sekarang ya, aku cape, ngantuk juga , ini sudah malam banget. Mas mau tidur. Besok malam saja ya..." ucap Radit sambil menoleh pada Risma.
"Ya udah deh, mas tidur saja...." ucap Risma sambil tersenyum walaupun ada sedikit rasa kecewa.
Sebenarnya ini bukan pertama kali Risma ditolak oleh Radit. Radit memang selalu menolak diajak berhubungan badan jika dia baru pulang dari kota B dengan alasan capek karena perjalanan jauh dan ngantuk.
Risma pun selalu memaklumi sikap Radit. Iya, perjalanan dari Kota B menuju kota A memang lumayan jauh. Perjalanan ditempuh dalam waktu tiga sampai empat jam. Apalagi Radit pulang ke kota A setelah seharian bekerja di kantor Jadi wajar jika dia kecapekan.
Radit lalu memiringkan tubuhnya memunggungi Risma. Dari dulu Radit memang tidak suka jika tidur sambil berpelukan, katanya jadi susah tidur. Tapi kalau memunggungi Risma dia bisa langsung terlelap.
Risma pun menghela nafas panjang. Sebagai seorang perempuan normal wajar jika selama satu bulan tidak bertemu dengan sang suami dia begitu merindukan dan butuh sentuhan darinya. Tapi mau bagaimana lagi dia juga tidak mau memaksakan Radit. Dia juga tidak mau marah, dia paham dengan kondisi Radit.
Risma pun akhirnya membalikkan tubuhnya. Mereka tidur saling memunggungi.
Keesokan harinya Risma sudah menyiapkan sarapan yaitu nasi goreng special untuk keluarga kecilnya. Setelah mereka mandi mereka pun sarapan bersama.
"Hem.. Nasi goreng buatan ibu enak banget..." ucap Sabila sambil mengunyah nasi goreng.
"Masa sih, ah yang bener..." sahut Risma.
"Iya beneran bu ,enak...." ucap Sabila.
"Nasi goreng buatan ibu kan paling enak sedunia. Mas aja kalau ke sekolah bekal nasi goreng, temen- teman mas pada minta dek..." ucap Rafa pada sang adik.
"Iya kan memang enak sih nasi goreng ibu..." sahut Sabila.
Risma dan Radit pun tersenyum mendengar celoteh kedua anaknya.
"Ayah, nanti kita jalan- jalan dong ke mall..." ucap Sabila.
"Jalan- jalannya besok saja ya, hari ini ayah mau service motor..." jawab Radit.
"Sabila ikut ya yah...."
"Mas Rafa juga ikut...."
"Boleh..." jawab Radit.
"Tapi nanti pulang service motor mampir ke minimarket ya yah beli jajan...." ucap Sabila.
"Iyaaa..." jawab Radit.
"Mau beli jajan apa sih...?" tanya Radit pada Sabila.
"Jajan apa aja yang enak- enak..." jawab Sabila.
"Tapi jangan beli ciki sama es ya dek, beli roti atau kue aja..." sahut Risma.
"Yaaah... Ibu...." Sabila memanyunkan bibirnya.
"Kemarin kan amandel kamu bengkak dek, nggak boleh jajan ciki sama es dulu...." ucap Risma.
Sabila langsung manyun, dan menghentikan makannya. Sabila memang begitu, anaknya tidak boleh dilarang. Apapun kemauan dia harus dituruti. Kalau amandelnya bengkak dan sakit baru dia nurut tidak makan ciki dan es lagi. Tapi ketika sudah baikan ya makan makanan itu lagi.
"Sudah lah Ris, nggak papa ,asal makannya jangan banyak- banyak dan jangan keseringan. Lagian udah sembuh kan amandelnya...." ucap Radit.
"Iya sih mas, tapi kalau nanti kambuh lagi gimana...? Dia suka rewel kalau amandelnya bengkak, panas juga badannya, jadi nggak bisa sekolah kan..." sahut Risma yang kesal karena Radit selalu membela Sabila.
"Tapi ade janji ya, beli cikinya yang kecil saja dan es krimnya satu saja. Ya...?" ucap Radit.
"Iya yah..." jawab Sabila langsung tersenyum senang.
Selesai sarapan Radit dan anak- anak pun pergi ke bengkel untuk service motor. Sedangkan Risma di rumah mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci pakain, mencuci piring, mengepel dan lain- lain.
Selesai menjemur baju, Risma lalu menyapu kemudian mengepel. Risma membawa alat pel ke ruang tamu. Dia akan memulai ngepel teras terlebih dulu.
Baru beberapa detik Risma menggosok- gosokkan alat pel di lantai tiba- tiba terdengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. Risma menghentikan aktifitasnya melihat ke arah mobil di luar pagar rumahnya. Ternyata ibu mertuanya yang turun dari mobil tersebut.
Risma menghela nafas panjang. Padahal pekerjaan rumah ya belum selesai tapi malah kedatangan ibu mertua. Siap- siap saja deh Risma dengan komentar- komentar ibu mertuanya yang bikin panas telinga.
"Assalamualaikum..." bu Ratna membuka pagar rumah Risma.
"Waalaikumsalam...." Risma menghampiri sang ibu mertua lalu mencium punggung tangannya.
"Apa kabar Mi...?"
"Baik..."
"Ayo Mi masuk..."
"Kamu lagi ngapain Risma...?"
"Lagi ngepel Mi...''
"Apa...? Lagi ngepel...? Ya ampun Risma, kamu dari tadi ngapain aja sih, masa jam segini baru ngepel. Sudah jam setengah sebelas lho ini...." tanya bu Ratna sambil melihat jam tangannya.
"Iya Mi, solanya Risma baru selesai jemur pakaian..." jawab Risma.
"Halah dasar kamunya aja yang lelet kalau ngerjain pekerjaan rumah. Pasti sambil main hp ya, makanya kerjaan nggak selesai- selesai..." bu Ratna sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
Risma pun mengikuti sang mertua lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman. Bu Ratna pun mengikuti Risma ke dapur.
"Ya ampun Risma, dapur kamu kotor banget sih, nih lihat, kompor sampai berminyak kayak gini nggak dibersihkan, ini juga tempat garam ada di dekat kompor, kenapa nggak ditaruh di tempatnya sih...?"
"Iya bu, tadi abis selesai masak belum sempat bersih- bersih dapur...." jawab Risma.
Untung saja piring kotor sudah dicuci, kalau belum, pasti bu Ratna makin ngomel.
"Ini lagi, lap kok sampai dekil begini, sudah berapa lama nggak dicuci...? Jorok banget kamu ini...!" bu Ratna melempar lap kotor ke tempat cuci piring.
"Udah deh Risma, kamu nggak usah bikinin Umi minuman, Umi geli lihat dapur kamu yang kotor itu... " ucap bu Ratna.
"Tapi ini sudah dibikinin Mi ..." sahut Risma sambil memberikan secangkir teh.
"Nggak...nggak... Umi nggak mau, buat kamu saja..." bu Ratna langsung meninggalkan dapur.
Risma meletakkan cangkir berisi teh di meja makan. Sedangkan bu Ratna melihat kamar Rafa dan Sabila.
"Ya ampun ini kamar hantu apa kamar apa sih...? Kamar kok berantakan begini. Lihat nih, bantal ke mana- mana. Selimut nggak dilipat...." bu Ratna mengambil bantal yang jatuh di lantai.
"Iya Mi, Risma belum sempat merapihkan kamar..." ucap Risma.
" Ini juga kenapa banyak banget baju belum disetrika...? Keranjang sampai penuh begini..." bu Ratna menunjuk keranjang pakaian bersih yang masih numpuk.
Iya, Risma memang setrika baju seminggu sekali di hari minggu. Jadi keranjang baju pun sampai penuh.
"Kalau jemuran baju sudah pada kering, langsung saja disetrika biar kamarnya rapi nggak berantakan begini...."
"Memangnya kamu ngapain aja sih Ris, tiap hari..? Kamu kan nganggur, suami juga pulang sebulan sekali, anak- anak sudah pada besar. Kalau mereka sekolah kamu kan bisa beres - beres rumah...."
"Iya Mi..."
"Iya..iya mulu jawabnya. Tapi nggak dikerjain. Sudah berapa kali Umi ngomong sama kamu Risma, rumah tuh harus rapi, bersih jangan berantakan kayak gini. Kasihan Radit pulang kerja lihat rumah kayak kapal pecah, sudah cape- cape kerja di rumah malah lihat rumah kayak sarang hantu. Nggak punya kerapihan banget jadi orang..."
"Pantas saja, kalau Radit mampir ke rumah Umi dia selalu minta makan di sana. Kamu nya jorok gitu sih, Radit juga pasti geli makan masakan kamu...." ucap bu Ratna tidak berhenti ngomel.
"Maaf Mi...."
Hanya kata itu yang bisa Risma ucapkan. Tidak mungkin juga kan dia menjawab segala omongan- omongan yang dilontarkan oleh mertuanya itu.
Iya, dari semenjak menikah dengan Radit, bu Ratna dan adik- adik Radit memang tidak begitu menyukai Risma. Entah kenapa Risma pun tidak tahu. Tapi Risma pernah dengar dari kerabat Radit kalau bu Ratna tidak menyukai Risma karena Risma bukan perempuan berpendidikan tinggi seperti Radit. Radit lulusan S2 sedangkan Risma hanya lulus SMA.
Selain itu Risma juga dengar kalau menurut bu Ratna, Radit itu ganteng, harusnya dapat istri yang cantik, bukan seperti Risma yang mukanya pas- pasan. Tapi Risma tidak tahu apakah semua omongan itu benar dari mulut bu Ratna atau cuma gosip saja.
Risma
Radit
Bersambung...