Bagaimana jadinya jika seorang siswa SMA yang hidup sebatang kara mendapatkan anugrah sebuah Sistem Spin Kekayaan dan Kekuatan oleh seorang pengemis yang ternyata adalah seorang Dewa?.
Rendi Murdianto, seorang anak laki-laki yang hidup sebatang kara, orang tuanya meninggalkan dirinya ketika masih kecil bersama neneknya.
Hidup Rendi sangatlah miskin, untung saja biaya sekolah di gratiskan oleh pemerintah, meskipun masih ada kebutuhan lain yang harus dia penuhi, setidaknya dia tidak perlu membayar biaya sekolah.
Seragam sekolah Rendi pemberian tetangganya, sepatu, dan perlengkapan lainnya juga di berikan oleh orang-orang yang kasihan padanya. Bahkan Rendi mau saja mengambil buku bekas yang kertas kosongnya hanya tinggal beberapa lembar.
Kehidupan Rendi jauh dari kata layak, Neneknya mencoba menghidupi dia semampunya. Namun, ketika Rendi duduk di bangku SMP, Neneknya harus di panggil sang pencipta, sehingga Rendi mulai menjalankan hidupnya seorang diri.
Hidup tanpa keluarga tentu mem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alveandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Regenerasi Tubuh Darah
Bu Lina menceritakan semua tentang Rendi pada suaminya, sehingga Soni hanya bisa tertegun saja, karena sosok seperti Rendi di jaman sekarang sudah sangat jarang.
Kebanyakan mereka yang miskin malah bertingkah sok kaya, sedangkan Rendi yang sudah memiliki toko baju terkenal dengan penghasilan puluhan juta itu malah bertingkah seperti orang miskin, sungguh ironis memang.
"Sudahlah, jangan bahas masalah aku lagi, ngomong-ngomong Ibu kemari ada keperluan apa? Bukannya ini masih jam pelajaran?" tanya Rendi memastikan.
"Kebetulan nih bos, istri saya kemari untuk memesan baju batik untuk sekolah bos, mereka memang biasanya memesan di toko bos setiap tahunnya, siapa tahu bos bisa memberikan diskon, karena kata istri saya, pelajar kurang mampu di SMA Larangan semakin bertambah saja, sehingga mereka tidak mampu membeli seragam sekolah." Soni menjelaskan kedatangan istrinya ke toko baju Rendi.
"Iya Ren, kamu lihat sendiri, teman-teman kamu banyak yang tidak mampu, karena itulah saya memohon keringanan pada suami saya, dan katanya harus meminta ijin dulu ke kamu." timpal Bu Lina sedih.
Rendi yang sudah tahu kondisi sekolahnya, ia manggut-manggut mengerti, tidak ada salahnya untuk membantu teman-temannya, karena ia juga pernah merasakan bagaimana sulitnya mendapatkan seragam yang layak.
"Baiklah, Pak Soni kasih saja harga separuh dari harga biasanya, jangan mengambil untung dari sana, nanti yang separuh aku yang ganti." ucap Rendi mantap.
"Kamu serius Ren?" tanya Bu Lina dengan semangat.
"Iya Bu, aku serius, nanti diskusikan saja dengan suami Ibu." jawab Rendi sambil tersenyum.
"Terimakasih banyak, Ren!" ucap Bu Lina sangat senang.
Rendi hanya mengangguk sambil tersenyum, ia ngobrol-ngobrol sebentar dengan mereka, kemudian pamit untuk mencari baju untuk dirinya sendiri.
Soni menawarkan diri untuk memilihkan baju terbaik untuk Rendi, sementara itu istrinya kembali ke sekolah untuk mengajar lagi.
Rendi mengambil beberapa potong baju dengan gratis tentunya, ia mau membayarnya, tapi Soni berkata kalau mengambil beberapa potong baju tidak akan membuat rugi, jadi Rendi menerimanya dengan senang hati.
"Terimakasih Pak Soni, karena telah memilihkan aku baju." ucap Rendi sambil memasukkan bajunya ke bagasi motor.
"Bos bisa saja, seharusnya saya yang berterima kasih, karena bos sudah mau mengunjungi toko dan membantu meringankan beban istri saya." jawab Soni sopan.
"Cuma masalah kecil, ya sudah aku pergi dulu, kerja baik-baik." Rendi memakai helmnya dan pergi dari sana.
Soni mengangguk, ia menatap kepergian Rendi dengan kagum, walaupun banyak uang tapi pemuda itu masihlah sangat baik.
Rendi mau pulang ke kontrakannya, tapi saat ia melihat ada orang jualan Es buah, ia berhenti untuk membelinya.
"Es nya satu Pak, bungkus." ucap Rendi yang memesan sambil duduk di motor.
"Siap Mas!" penjual es buah langsung melayani Rendi.
Rendi tersenyum, ia menyapu pandangannya ke area sekitar, ia terkejut saat melihat pria sepuh yang menyebrang jalan tanpa melihat-lihat dulu.
Hasilnya ada sebuah truk yang kebetulan lewat sana, tubuh Rendi reflek langsung turun dari motornya dan berlari ke arah pria sepuh tersebut.
Telolet ... Telolet ....
Klakson truk berbunyi terus-menerus, mengingatkan pria sepuh tersebut, semua orang di sana berteriak histeris.
"Awas!" Rendi mendorong pria sepuh tersebut sambil melompat tubuhnya.
Brug
Pletaak
Arghhh
Rendi jatuh, meskipun ia melompat untuk menghindari truk, tapi kakinya masih terlindas ban truk hingga hancur.
Beruntung pria sepuh itu selamat, semua orang langsung berlari ke arah Rendi dan pria sepuh itu, truk juga berhenti.
Tubuh darah Rendi langsung bereaksi, kaki Rendi yang remuk beregenerasi dengan sangat cepat, sebelum semua orang berkumpul kaki Rendi sudah sembuh total.
Rendi yang menyaksikan kakinya kembali utuh ia tercengang, meskipun prosesnya menyakitkan, tapi kejadian tersebut benar-benar di luar pemahamannya.
"Nak, kamu tidak apa-apa?" tanya seseorang menegur Rendi.
"Eh ... aku tidak apa-apa Pak." jawab Rendi tersadar.
"Syukurlah." orang tersebut menghela napas lega.
Semua orang bertepuk tangan, karena Rendi berhasil menyelamatkan seseorang dari kecelakaan maut tanpa cidera sedikitpun. Pria sepuh tersenyum simpul melihat Rendi.
"Terimakasih, Nak." ucapnya lembut pada Rendi.
"Tidak a ...." suara Rendi tercekat saat melihat pria sepuh tersebut, adalah orang yang memberikannya Sistem Spin.
Rendi tersadar, baru dia akan menanyakan siapa namanya, pria sepuh menghilang dalam kerumunan orang-orang.
Rendi bingung karena semua orang terlihat tidak peduli dengan pria sepuh yang di selamatkannya itu, dan malah mengerumuninya.
Siapa sebenarnya dia, kenapa dia selalu datang dan pergi begitu saja?
Rendi bertanya-tanya dalam hati, ia ingin tahu apa tujuan pria sepuh tersebut, kenapa ia memberikannya Sistem Spin dan kenapa ia tiba-tiba ada di tempat tersebut dan dirinya harus menyelamatkannya.
Rendi membelalakan matanya, "jangan-jangan dia sengaja memberitahukan aku tentang cara kerjanya tubuh darah?" gumam Rendi menerka-nerka.
gimana kecewanya Rendi tau ibu kandung masih ada,,,,,,,,🤔🤔😢😢