Pertemuan yang di sudah atur kedua orang tua dari seorang pria culas dengan seorang gadis ceria dan pemberani di kota Bandung.
Mereka sengaja dibiarkan oleh kedua orang tua masing-masing, jika sudah dekat mereka dijodohkan untuk membangun rumah tangga dan keluarga kecil yang diinginkan orang tua.
Sampai ada sebuah kebenaran yang sangat menyakitkan untuk menguji kisah cinta mereka.
Akankah mereka akan mampu melewati nya? dan siapa yang akan menjadi pemilik hati cowok beku itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PHB | 29.
"Mona!" Teriakan dari Nurul terdengar di area lapangan sekolah. Mona menoleh, Nurul merangkul pundak gadis itu, Mona pun membalasnya.
Mereka berjalan saling rangkul pundak, tertawa cekikikan seakan yang tadinya punya masalah, sekarang sudah akrab.
"Kemana yang lain Nur?" Tanya Mona
"Sindi, Salsa, mereka bawa bekal" Jawab Nurul sambil melepas rangkulan.
"Novia sendiri lagi kemana?"
"Biasa, orang itu singgah dulu ke ruangan club basket" Begitu Mona berucap, mereka pun langsung pergi ke kantin sekolahan.
Di kantin, Mereka melihat ada yang bergandengan tangan sambil ghibah, ada yang nyanyi-nyanyi gak jelas, ada juga yang tersedak cilok nya mang subur.
Suasana random kerap sering terjadi di kantin sekolah itu. Dari pasang mata yang dituju, Mona pergi ke arah tunangan nya.
"Ke Nando yuk"
Mendengar nama Nando, Nurul pun langsung tersenyum. "Mending kamu aja deh mon yang pergi, biarin aku ditempat lain aja"
Dengan senyuman, Mona langsung memeluki lengan Nurul. "Sudah gak apa-apa ayo, kalian ini teman kecil masa musuhan"
"Hay Mona, kamu makin cantik aja"
"Pagi princess Mona"
Semua murid langsung menyapa Mona dengan ramah, Membuat Nurul mendelik kecil. Sementara Mona membalas dengan sapaan ramah.
Ya, itu hanya Mona saja yang disapa.
"Aku ibarat semut apa ya, murid-murid gak kelihatan gitu kalau ada aku?" Gerutu Nurul.
Belum genap empat bulan Mona sekolah disini, Ia seakan berhasil membius murid-murid sekolah dengan kecantikan wajah nya.
Ya, gadis itu poles wajah nya dengan makeup pemberian Nando kemarin.
Apa lagi dia berpacaran dengan Nando yang orang nya cuek dan dingin, namun sangat disegani karena terkenal dengan segudang prestasi nya.
"Udah cuekin aja" Mona kembali merangkul pundak nya.
Nurul mengerucut bibir sebal "Eh itu cowok kamu tuh Mon" Tunjuknya ke meja Nando.
Mona pun mengembangkan senyum ketika Nando sedang duduk bersama teman-teman nya. Mereka sedang bermain games mobile legends yang banyak peminatnya.
Mona berjalan ke arah Nando pelan-pelan, dan menutup matanya dari belakang, Nando langsung menjatuhkan ponsel itu tanpa suara yang disemburkan oleh bibir nya.
"Ssssstt"
Nurul ingin memberi tahu, hanya saja Mona langsung menempelkan jari telunjuk ke bibir nya.
"Tebak aku siapa?" Kata Mona dengan suara yang dibuat unik dan lucu.
Arip dan Nabil yang ada di dekatnya kompak mendongak dan tahan ketawa.
Nando menahan senyum, sedikit ada tertawa namun samar "Pacar aku!"
Mona pun riang gembira, memeluki leher nya dari belakang sambil menempelkan pipi di antara mereka. Nando menoleh, tangan nya usil mengacak-acak rambut halus nya Mona.
Nando pun kembali menunduk ke layar ponsel untuk melanjutkan game "Kamu kok baru ke kantin neng?"
Mona semakin mendalami pelukan leher nya untuk Nando "HEHE, habis dari perpus dulu A sama Nurul"
"Gak tau apa kamu Mon, Nando dari tadi nyariin" Celetuk Arif sambil makan gorengan.
Mona terkekeh geli "Kangen ya A!"
Nando kembali menoleh, kali ini tatapan nya dingin "Enggak" Muncung-nya bilang itu, tapi hatinya bilang "Iya"
"Cih ngeselin" Mona melepas pelukan leher nya, ia kembali ke arah Nurul untuk membeli makanan.
Reflek elit dari Nando menghentikan langkah Mona "Mau kemana?"
"Aku mau beli makan lah A, laper dari tadi belum makan sama sekali"
Nando merogoh saku celana, lalu meminta Nurul untuk membelikan makan "Nur punten belikan makanan untuk Mona, sisanya buat kamu"
Nurul menghela nafas sabar, menatap Nando yang menjadi semena-mena.
Nurul yang masih berdiri itu merasa di jadikan babu oleh Nando, ia pun mengambil uang yang sudah di sodorkan pria itu.
"Ih kok gitu a, aku mau sama Nurul ke warung itu"
Nando menatap dingin "Udah kamu disini aja temani aku neng"
"Gak apa-apa kok Mona, aku bisa kesana sendiri" Kata Nurul tersenyum, meski dalam hatinya itu nyesek kalau dijadikan babu oleh pujaan hatinya yang selama ini masih dia rasakan untuknya.
"Oh iya, nasi goreng jangan pedas, kaya biasa aja" Teriak Mona. Dan Nurul memberikan acungan jempol.
Mona duduk disebelah Nando, gadis itu melongok melihat game yang di mainkan Nando dan teman-teman nya.
Nando melirik sejenak wajah Mona yang semakin mendekat ke layar, karena kepo.
"Liatin apa?" Nando senyum.
Cup!!
"Gantian yang semalam" Nando mencium pipi Mona secepat kilat, Mona hampir saja kaget dan berteriak.
"Ih Aa, jangan cium-cium Di kantin!"
Mona menabok pundak cowok itu, sedangkan sang pelaku cuek dan melanjutkan main game nya.
"Gak apa-apa gak ada guru ini" Kata Nando, tatapan nya semakin serius ke arah layar ponsel nya.
Saat hero nya mati dia merangkul Mona, dan mencubit pipi nya. "Gemes liat kamu"
"Sakit ih!"
Sisi lain, Nurul menatapi keromantisan itu dengan mata menyendu.