Lelaki yang sangat ingin kuhindari justru menjadi suamiku?
•••
Kematian Devano dan pernikahan kedua sang Papa, membuat kehidupan Diandra Gautama Putri berubah. Penderitaannya bertambah ketika tiba-tiba menikah dengan laki-laki yang membencinya. Kaiser Blue Maverick.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tiatricky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
Pukul setengah enam pagi Diandra terbangun. Gadis itu baru saja mandi dengan rambut basah.
"Pakai gaun ini." Rena menyerahkan gaun pengantin yang telah diberikan kepada Diandra dengan ekspresi acuh tak acuh.
Diandra menatap gaun itu takjub kemudian dia menerimanya. Senyuman merekah namun tidak lama dia bersedih. Kenapa harus dia jadi suamiku? Tante dan Om sangat baik sedangkan dia?
"Heh!." Rena mengerutkan keningnya. "Cepetan dipake! Jangan melamun saja. Kita harus datang tepat waktu. "
Diandra mengangguk kepala lemah. Tidak ada semangat di wajahnya.
Wanita itu kemudian pergi meninggalkan kamar Diandra. Menuju kearah kamarnya dan tersenyum. "Akhirnya saya bisa memakai gaun mewah ini. "
•••
Kesya tersenyum puas melihat penampilan Diandra dari atas sampai bawah. "Ckckck, padahal gaunnya bagus dan mahal. Tapi pas Lo pake..."
Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Nggak cocok banget sih. Kelihatan murahan dan jelek. "
Diandra mencengkram erat tangannya sendiri. Sedangkan Rena menata rambutnya agar lebih rapi. Oh, ya kemana Abang?
"Cari Alsan?." Tebak Rena memperhatikan raut wajah Diandra.
"Iya, Ma. Abang kemana? Bukannya libur kuliahnya?." Gadis itu tidak bisa tenang jika tidak ada Abangnya.
Kesya memutar bola matanya jengah. "Ngapain Lo nanya ke Mama? Itu kan Abang kandung Lo bukan gue. Harusnya Lo lebih tahu. Gimana sih jadi adik! Gak guna banget!."
Kesya mencibir dengan sinis.
"Aku hanya bertanya, kak. Apa salahnya?." Diandra tak mengerti. Dia menghela nafas berat. "Meskipun kakak bukan kakak kandungku, aku tetap menyayangi kakak. "
Rena dan Kesya seketika menatap dengan ekspresi jijik.
"Dih! Gue gak punya adik. Jangan ngimpi Lo!." Sentak Kesya lalu dia merias wajahnya agar terlihat lebih cantik. Sengaja memakai gaun yang lebih mencolok dari Diandra.
"Argh! Ma!." Diandra tersentak kaget karena tiba-tiba rambutnya ditarik.
Rena mencebik bibirnya kesal. "Jangan kebanyakan omong kamu! Kamu hanya anak Davina bukan anak saya. Jaga sikapmu ke lebih tua!."
Alsan mengepalkan tangannya kuat melihat betapa jahatnya mereka berdua. Dia berjalan dengan cepat dan disambut baik oleh Kesya.
"Aku cantik nggak Bang?. " Mengedipkan matanya dengan tersenyum lebar.
"Jelek! Kaya nenek lampir!." Alsan mencibir dengan sinis.
Grap
Kesya dengan manja memegang lengan Alsan. "Ihh, Abang bercanda kan sama aku? Puji aku dong. Aku ini kan adik Abang juga. " Memanyunkan bibirnya.
"Cih!." Alsan menghempaskan tangannya dengan kasar. Dia menatap tajam Kesya. "Kotor tangan Lo bangsat!."
Bug
"Papa!." Kesya terpekik kaget karena tiba-tiba Andre menghajar Alsan. Dia pun memanfaatkan kesempatan yang ada. "Abang nggak papa?."
Lelaki itu menghempaskan tangan dari Kesya. Berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. "Gak usah sok baik! Gue gak butuh bantuan Lo lampir! Dih!."
"Dia adik kamu juga, Alsan. Jangan main kasar dengan perempuan. " Andre berujar dengan tegas dan berwibawa. Dia tampak rapi dengan blazer hitam, kemeja putih, celana panjang navy dan dasi.
Alsan mendesis jengkel. "Itu menuruh Papa bukan aku. " Dia pun membersihkan kemejanya yang baru saja dipegang Kesya. Seolah-olah Kesya kotor.
Kesya pun mengepalkan tangannya kuat. Niat gue baik malah diginiin. Gue harus jauhin kakak beradik sialan ini.
•••
Cincin pernikahan melingkar manis di jari Diandra dan Kaiser. Kini mereka telah resmi menjadi pasangan suami istri yang sah. Dengan gaun pengantin yang serasi.
Kruyuk
Selena memegang tangan Diandra dengan lembut. "Kamu belum sarapan?."
Gadis itu menggelengkan kepalanya. Dia meremas gaun pernikahannya. "Belum, Tan. Eh, Bun. "
Selena menghela nafas berat dan tersenyum tipis. Dia menoleh kearah pelayan. "Bibi!."
Dengan segera Bibi menuju kearah Selena duduk bersama dengan keluarganya. Termasuk keluarga Gautama. "Ada apa Nyonya?."
"Tolong bawakan makanan untuk nona Diandra. Dia kelaparan. " Selena tersenyum.
Bibi mengangguk kepala. "Baik, Nyonya. Anu, nyonya mau makan apa?."
Gadis menoleh kearah Bibi. "Terserah Bibi aja. Aku nggak pilih-pilih kok. "
"Aduh, karena terburu-buru saya sampai lupa dengan sarapannya. Maafkan saya karena tidak becus menjadi ibu. " Rena memasang wajah sok tidak enak hati.
"Saya kan udah bilang sama Anda untuk memberikan waktu kepada saya sarapan. Jangan pura-pura baik deh!." Alsan mencibir dengan sinis.
Selena tersenyum samar. Syukurlah, kamu masih menyayangi adikmu. Kebencian mu nak, Bunda menyukainya.
Andre yang penasaran pun menoleh. Dia tidak enak hati dengan keluarga Maverick. "Ah, maafkan istri saya. Dia sibuk mempersiapkan pernikahan ini dan lupa dengan sarapan putri saya. "
Wandi mengangguk kepala mengerti. "Tidak apa-apa. Sekarang kamu nikmati makanannya ya. "
Diandra mengangguk kepala tanpa menjawabnya. Tidak berselang lama makanan pun datang di meja mereka.
"Nih! Pisau. " Kaiser memberikan pisau pada Diandra dengan tersenyum miring. "Kenapa nggak mau? Pisau ini lumayan tajem loh. Lo bisa cabut nyawa orang pake ini. "
"Kaiser!." Suara Wandi meninggi.
Laki-laki itu menoleh dengan santai. "Kenapa Yah?."
Alsan pun memberikan tatapan tajam mengarah pada adik iparnya. "Jaga omongan Lo! Adik gue bukan pembunuh!."
Kaiser terkekeh geli mendengarnya. Menatap dengan keberanian pada Alsan. "Gue udah jaga omongan kok. Yang gue omongin itu fakta. Lo pengen buktinya?."
Brak
Jari telunjuk Alsan mengarah pada Kaiser. "Gue bakal pastiin bikin mulut Lo diem. Dan gue balas semua perbuatan buruk Lo ke adik gue."
Kesya pun sedikit senang. "Aku percaya adikku nggak mungkin bunuh orang. Pasti ada yang menjebak. Adikku dituduh dan aku..."
"Gak usah pura-pura sedih Lo!." Alsan melirik sinis Kesya.
Diandra menggelengkan kepalanya pada Abangnya. "Udah, Bang. Aku nggak papa kok. Percaya sama aku. Aku baik-baik saja selama ini. Teman-teman ku baik semua. "
Kaiser terkekeh geli mendengarnya. "Emangnya Lo punya temen?."
Jleb
Perkataan itu berhasil menusuk hati Diandra. Tangisan pecah. "Mulut kamu nggak bisa gitu bicara lembut? A aku..."
"Kaiser!." Wandi pun menatap tajam putranya. "Jangan menyakiti hatinya. Dia itu istrimu sekarang. Durhaka sama istri membuatmu menderita. "
Brak
"Siapa suruh Ayah jodohin aku sama cewek killer ini hah? CK!." Menggebrak meja dengan keras kemudian beranjak pergi meninggalkan ruang makan.
Baguslah. Penderitaanmu semakin bertambah saja. Dan sebentar lagi saya menguasai harta tahta Gautama. Rena membatin bersorak kegirangan.
Diandra menundukkan kepalanya dalam.
Selena pun inisiatif memeluk menantunya dengan erat. Mengelus punggung gadis itu dengan lembut. "Jangan dimasukkan dalam hati. Bunda percaya kalau kamu kuat. Tuhan menyayangimu, sayang. "
Tes
Diandra tampak menangis sesenggukan. "Hiks! Bunda baik banget sama aku. Aku aku berjanji akan mempertahankan pernikahan ini. A aku tidak akan meninggalkan Bunda. "
Selena dan Wandi tersenyum. Sedangkan disisi lain, Rena dan Kesya tampak kesal. Sementara itu, Alsan tidak tahu mengekspresikan perasaannya bagaimana. Dan Andre hanya diam dengan ekspresi datar.
Wandi mengelus punggung tangan menantunya dengan lembut dan hangat. "Kamu jangan bersedih lagi ya. Ada Bunda, Ayah dan Kaiser bersama mu. "
•••
"Halo, sayang! Kamu dari mana aja sih? Aku chat nggak dibaca. Ditelpon juga nggak diangkat. " Vanesa menggerutu kesal di dalam telepon.
Kaiser kini berada di atas balkon kamarnya. Dia menghela nafas berat. "Maaf. Aku lupa memberitahu mu kalau aku ada acara keluarga. Penting banget deh. Seriusan. "
Vanesa yang ada di kelasnya tampak biasa saja. "Oh, kirain apaan. Maaf ya, aku gangguin acara keluarga kamu itu. "
"Nggak papa, sayang. Yaudah, aku matikan dulu panggilannya. Malem nanti kita ketemuan. "
Vanesa menjauhkan teleponnya. "Cih! Sayang? Jijik gue sebenernya. "
"Sayang.. kamu di sana?." Lelaki itu memastikan.
Vanesa kembali mendekatkan ponselnya ke telinga. "Iya. Gurunya udah masuk nih. Aku matiin dulu ya. Bye!."
"Bye!." Kaiser tersenyum puas.
Bersambung...