Dimanfatkan oleh sepasang suami istri, Aira tidak bisa menolak. Ia terdesak oleh keadaan, menukar masa depannya. Apakah pilihan Aira sudah tepat? Atau justru ia akan terjebak dalam sebuah hubungan rumit dengan pria yang sudah beristri?
Selamat datang di karya author Sept ke 23
Yuk, follow IG author biar tahu novel terbaru dan info menarik lainnya.
IG : Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria Kaya
Wanita Pengganti Bagian 9
Oleh Sept
Oleh Sept
Apes bagi Aira, meskipun sudah diambil kesuciannya oleh sang suami, nyatanya sikap dingin yang ditunjukkan oleh Farel tidak kunjung mencair. Pria itu masih sama, bersikap angkuh dan sangat membencinya.
Keduanya saling bertemu tidak sengaja saat Aira ke dapur, sedangkan Farel mengambil air dingin dari dalam kulkas untuk mendinginkan kepalanya. Pertengkaran dengan Nita di kamarnya, membuat Farel emosi. Dan Aira juga kena getahnya.
'Kenapa dia menatapku penuh benci? Jika dia membenci pernikahan ini, seharusnya dia tidak berlebihan, toh kemarin malam dia sudah melakukan sesuatu yang seharusnya dia bisa lunak sedikit saja. Apa dia membenciku karena aku menjual diri? Sudahlah ... percuma aku memikirkan hal ini. Perutku lapar. Aku hanya ingin makan!'
Aira bicara pada dirinya sendiri, kemudian duduk di salah satu kursi. Tidak peduli Farel yang setelah selesai minum juga duduk di kursi yang sama. Mereka satu meja, tapi berjarak jauh.
"Ini makannya."
Bibi datang, kemudian membawakan sepiring makanan untuk Aira. Sementara itu, Farel terus saja menatap sinis.
"Makan, Tuan," kata Aira kemudian ia menyendok nasi. Perutnya sudah kelaparan, tidak peduli dengan tatapan Farel ia terus saja makan.
Tap tap tap
Muncul Nita, wanita itu turun dengan mata sembab.
'Sudah akrab sekarang, sudah duduk satu meja. Heemm …. Dia berkata di depanku, dia marah, benci karena sikapmu, lalu apa ini? Aku paling tahu suamiku. Semakin keras dia menolak, dia tidak akan bisa menghindar dari obat itu. Semoga sebulan ini segera ada hasilnya. Aku rasa tidak baik menyimpan lama-lama gadis itu di sini,' batin Nita kemudian duduk di meja yang sama.
"Bi, buatkan jus timun."
"Baik, Non."
Melihat Nita ikut bergabung, Farel justru beranjak. Pria itu malah meninggalkan tempat duduknya. Sepertinya ia marah pada seisi rumah. Semua orang tampak salah di mata pria tersebut.
"Mas! ... Mas!" panggil Nita saat suaminya malah beranjak pergi meninggalkan dirinya.
Kesal, Nita kemudian membanting kotak tisu yang ada di depannya, sedangkan Aira, ia masih melanjutkan makan. Dia seolah menutup mata atas keributan yang terjadi antara padanya suami istri tersebut.
Sesaat kemudian, jus datang. Dengan kesal Nita menyesap minuman tersebut. Kemudian tanpa basa-basi bertanggung langsung pada Aira.
"Kalian sudah melakukannya, kan?"
Uhuk ... uhuk ...
Spontan Aira langsung terbatuk. Ia kaget karena mendengar pertanyaan dari Nita tersebut. Rasa nasi yang ia makan seketika hambar. Padahal tadi ia sangat lapar, sekarang perutnya langsung terasa kenyang. Pertanyaan Nita cukup membuatnya terhenyak.
"Kenapa? Pasti mas Farel sudah melakukannya kan? Dia tidak mungkin bisa menghindar dari reaksi obat yang sudah aku berikan," ucap Nita dengan tenang. Seolah ini bukan masalah, bahwa suaminya tidur dengan wanita lain.
Aira sendiri langsung menundukkan wajah, kemudian mengangguk.
"Oke, bagus. Makanlah yang banyak. Biar kamu subur. Dan ingat, jangan sekali-kali jatuh cinta sama suamiku. Ingat ya! Dia nyentuh kamu karena obat. Bukan karena di napsu!" ujar Nita sombong.
Dikatakan seperti itu, Aira tidak membalas. Dia hanya menunduk, apa lagi yang mau ia bela. Karena apa yang dikatakan Nita menang benar. Sampai sekarang Farel pun menatap rendah dirinya. Sepasang suami istri itu benar-benar memandangnya dengan sebelah mata karena perjanjian pernikahan ini.
"Kamu dengar saya ngomong?"
Istri muda Farel tersebut mengangkat wajahnya, menatap Nita yang terus saja mengoceh malam itu.
"Iyo, Non Nita."
"Bagus."
Nita kemudian bangkit, ia pergi meninggalkan Aira yang tertegun. Ada bibi berdiri tidak jauh dari sana. Ia menatap kasihan pada Aira.
'Kenapa juga kamu mau menyewakan rahimmu untuk mereka? Nanti apa kamu sanggup memberikan anakmu, jika anak itu benar-benar lahir?' batin bibi menatap miris. Kemudian melanjutkan mencuci piring dan mengelap meja.
Sesaat kemudian, Aira yang selesai makan, ia hendak mencuci piring yang barusan ia gunakan. Namun, bibi langsung mencegah.
"Sudah, letakkan di sana saja. Biar bibi saja."
"Gak apa-apa, Bik."
Aira tetap mencuci piring bekas yang ia gunakan. Setelah itu kembali ke kamarnya. Di dalam kamar, ia meminum obat anti nyeri. Saat ia jalan, masih terasa sakit. Hingga ia harus minum obat untuk mereka sakitnya. Ini gara-gara Farel yang melakukan hubungan dengan sangat kasar, meninggalkan bekas sakit yang cukup membuatnya merasa nyeri saat jalan.
Sudah kenyang, sudah minum obat. Kini ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menatap langit-langit kamar dengan tatapan sendu. Kemudian ia melirik ponselnya, ingin menelpon ibunya yang di kampung lewat tetangga yang punya ponsel. Masih jam delapan malam, belum terlalu larut.
Tut Tut Tut
"Assalamu'alaikum," sapa Aira di telpon.
"Waalaikumsalam. Ira?"
"Iya, Mbk. Ibu ada? Bisa minta tolong? Maaf mengganggu."
"Loh apa gak punya nomor ibumu sendiri? Ibumu kan sudah punya HP. Tuh, habis beli motor. Wah, sekarang rumah juga mulai dibangun. Beruntung ya, kata ibumu kamu dinikahi pria kaya raya."
Aira langsung menelan ludah.
Bersambung
Fb Sept September
IG Sept_September2020
karepmu jane piye reeell jalok d santet opo piyee.....😡😡😡😡😡😡😡
waktu penyiksaanmu teko fareelll....gawe trsiksa dsek iku farel thoorr.....ben uring uringan mergo nahan rindu tpi airane moh ktmu gtuu 😀😀😀😀😀