Gavin Wiliam Pranaja seorang dokter tampan yang terpaksa menerima perjodohan dari kedua orangtuanya karena ancaman yang di dapatkannya.
Ancaman untuk mencoreng nama nya sebagai salah satu pewaris keluarga Pranaja, bukan masalah gila harta, tetapi Rumah sakit menjadi salah satu aset yang tertera dalam hak waris. Sebagai seorang yang berjuang, tentu ia tidak akan mau merelakan rumah sakit impiannya begitu saja, terlebih lagi pada sang kakak yang begitu membencinya dan selalu merasa tersaingi.
Perjodohan tak bisa di hindarkan, meskipun gadis yang akan bersanding dengan nya memiliki sifat berbalik dengan sifatnya. Kekanakan dan sangat manja, Gavin membencinya.
Kirana Zahrani, seorang gadis belia yang pasrah di jodohkan dengan seorang dokter tak dikenalnya karena alasan membalas budi baik keluarga Pranaja yang telah membantu operasi sang Papa.
Ejekan dan hinaan di dapatkan Kirana, tetapi ia menanggapinya dengan penuh kesabaran, kesabaran yang berujung perasaan tak di undang untuk satu sama lain. Kelembutan dan ketulusan Kirana membuat hati Gavin menghangat hingga tanpa sadar perasaan itu hadir padanya.
updated pukul 12.00 WIB
Follow Instagram @Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu diantara dua pilihan
Kirana duduk di depan ruangan seseorang yang sudah ia tunggu selama 15 menit tetapi tidak ada tanda-tanda orang itu keluar.
Gadis itu menghela nafas, ia berniat untuk pergi namun pintu ruangan terbuka dan terlihat lah sosok Dokter tampan yang ia tunggu namun ternyata tidak sendirian.
"Terima kasih." Ucap seorang perawat muda yang keluar dari ruangan Gavin bersama pria itu.
Gavin mengangguk, dan entah mengapa mata Kirana membulat ketika pria itu mengusap bibirnya sendiri, sementara sang perawat hanya tersenyum menatapnya.
"Apakah mereka……" Kirana buru-buru menggelengkan kepalanya guna menepis pikiran kotornya.
"Kau? sedang apa disana?" suara bariton itu seketika membuat Kirana tersadar dan menatap ke asal suara.
Kirana tampak gugup, tetapi ia harus melakukannya. "Saya ingin bicara dengan anda, boleh kah?" tanya Kirana gugup sambil sesekali matanya melirik perawat muda yang juga tengah menatapnya.
"Terima kasih, Sus. Kau boleh pergi," ucap Gavin pada perawat yang langsung mengangguk patuh.
Setelah kepergian perawat itu, kini Gavin beralih menatap Kirana dengan tatapan dingin dan wajah tanpa ekspresi nya.
"Katakan." Ucap Gavin to the point.
"Terima kasih sudah membantu Papaku, dan soal ucapanku soal perjodohan itu….." suara Kirana yang gugup bercampur takut itu terpotong oleh ucapan Gavin.
"Akan dibatalkan sesuai janjimu, 'kan?" potong Gavin cepat.
Kirana memejamkan matanya, ia meremat ujung bajunya sebelum sesaat kemudian kepalanya menggeleng sebagai jawaban.
"Maaf." Lirih Kirana dengan kepala menunduk.
Gavin mengerutkan keningnya, ia bingung dengan gadis di depannya ini yang terlihat ingin menangis.
"Maaf, tapi aku tidak bisa membatalkan perjodohan ini." Sambung Kirana berhasil membuat Gavin tersenyum mengejek.
"Kenapa? apa kau mulai menyukaiku karena telah menolong ayahmu? atau jangan-jangan kau mau hartaku?" tanya Gavin disertai senyuman meremehkan.
Kirana mengangkat kepalanya, ia menatap Gavin yang masih menunjukkan senyum remehnya dan hal itu tentu membuat Kirana marah.
"Mungkin kau tampan Dokter, tetapi bukan berarti semua gadis akan langsung menyukai mu. Dan untuk perawatan Papa ku, aku berterima kasih karena itu." Ucap Kirana dengan nada sedikit tinggi bahkan beberapa orang disana melihat ke arah mereka.
"Tetapi alasan aku untuk tidak membatalkan perjodohan ini karena aku harus membalas budi keluarga mu yang sudah banyak membantuku, saat ini hanya itu yang bisa aku lakukan." Lanjut Kirana dengan suara yang lebih pelan karena sesak di dadanya.
Gavin sendiri tidak peduli dengan beberapa pasang mata yang melihat mereka, ia masih tercengang ketika gadis kecil di depannya ini berani membentaknya.
"Kau yakin akan menerima perjodohan ini meski nantinya hanya sakit yang kau rasakan?" tanya Gavin dengan dingin.
Kirana mengusap air matanya dengan kasar, ia melangkah mendekati Gavin lalu mendekatkan kepalanya ke telinga pria itu.
"Aku akan menerima, sekalipun kau selingkuh dan melakukan hal menjijikan dengan rekan kerjamu." Bisik Kirana lalu meninggalkan Gavin yang tidak mengerti ucapan gadis itu.
Kirana berlari tanpa arah, ia terlalu bingung dengan keadaan saat ini. Di satu sisi ia begitu menyayangi dan menghormati keluarganya, tetapi disisi lain ia tidak mau memiliki suami yang suka berganti pasangan seperti Gavin.
"Hiks….aku harus apa, apakah aku harus menerima perjodohan itu dan siap menghadapi segala kesakitan yang akan aku terima." Lirih Kirana dengan kepala menunduk membiarkan tetesan air mata membasahi bajunya.
Kirana bingung, ia seakan berada di tengah-tengah pilihan. Kesakitan yang orangtuanya rasakan, atau dirinya yang merasakan sakit. Selama 19 tahun hidup, Kirana belum bisa membahagiakan atau memberikan apapun pada Papa dan Mama nya, mungkin saat inilah ia harus rela mengorbankan hidupnya demi kebahagiaan orangtuanya.
"Aku akan melakukannya, Ma, Pa. Asal kalian selalu bahagia dan Papa bisa sembuh," lirih Kirana lalu buru-buru menyeka air matanya.
Kirana beranjak dari duduknya, ia meninggalkan rumah sakit untuk menemui seseorang. Pilihan telah ia ambil, dan semoga pilihan ini tidak salah untuk kehidupannya.
KACIAN NENG KIRANA, TENANG ADA AKU YANG SELALU BERSAMAMU 😚
BERSAMBUNG.........................
Terima kasih utk karyanya Kak Author 🙏🏻💐
Sehat2 slalu & semangat utk karya barunya 💪🏻👏🏻