NovelToon NovelToon
Endless Shadows

Endless Shadows

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Menyembunyikan Identitas / Slice of Life / Kultivasi Modern
Popularitas:379
Nilai: 5
Nama Author: M.Yusuf.A.M.A.S

Bayangan gelap menyelimuti dirinya, mengalir tanpa batas, mengisi setiap sudut jiwa dengan amarah yang membara. Rasa kehilangan yang mendalam berubah menjadi tekad yang tak tergoyahkan. Dendam yang mencekam memaksanya untuk mencari keadilan, untuk membayar setiap tetes darah yang telah tumpah. Darah dibayar dengan darah, nyawa dibayar dengan nyawa. Namun, dalam perjalanan itu, ia mulai bertanya-tanya: Apakah balas dendam benar-benar bisa mengisi kekosongan yang ditinggalkan? Ataukah justru akan menghancurkannya lebih dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.Yusuf.A.M.A.S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Langkah Awal Menuju Ujian

Besoknya, di pagi hari suasana rumah kayu di atas bukit terasa lebih hidup. Aroma teh herbal yang hangat menyebar dari dapur kecil, bercampur dengan suara riuh Renata yang mengatur meja makan. Ryan keluar dari kamarnya dengan langkah malas, menguap sambil menggosok matanya. Di belakangnya, Elma muncul dengan wajah yang sudah segar setelah mandi pagi di danau.

“Selamat pagi,” sapa Renata ceria sambil meletakkan roti segar di meja. “Cepat duduk sebelum Leon menghabiskan semuanya.”

Leon, yang sudah duduk di meja, mendengus. “Aku tidak seegois itu. Tapi kalau kalian terlambat, ya salah sendiri.”

Ryan dan Elma saling pandang, lalu tertawa kecil sebelum duduk di kursi. Lelaki tua itu sudah ada di sana, menyeruput tehnya dengan tenang, seperti biasa. Tatapannya menyapu mereka satu per satu.

“Hari ini,” katanya pelan, tetapi dengan nada yang tegas, “kita akan mulai melangkah lebih jauh. Latihan kalian kemarin hanyalah pemanasan. Ujian sebenarnya dimulai dari sekarang.”

Ryan menelan ludah. “Apakah hari ini akan lebih berat?”

Lelaki tua itu tersenyum samar. “Tergantung. Berat atau tidaknya latihan tergantung pada seberapa keras kalian mau berusaha.”

Renata meletakkan piring terakhir di meja dan ikut duduk. “Tapi jangan khawatir. Kami akan memastikan kalian tetap bisa berdiri di akhir hari.”

Leon menyeringai. “Kalau itu berhasil. Karena aku ingat waktu pertama kali berlatih di sini, aku hampir tidak bisa bangun keesokan harinya.”

Elma tersenyum kecil. “Sepertinya kita tidak punya pilihan, ya?”

Ryan mengangguk pelan. “Kalau begitu, ayo kita mulai.”

Setelah makan siang, mereka berkumpul di ruang utama rumah. Lelaki tua itu duduk di kursinya dengan sebuah buku tua besar di tangannya. Ryan dan Elma duduk di lantai, sementara Leon dan Renata bersandar di dinding. Suasana tenang, hanya suara lembut halaman buku yang dibalik yang terdengar.

“Hari ini,” kata lelaki tua itu akhirnya, “kita akan membahas asal-usul pedang Umbra Lux. Pedang ini bukan hanya artefak kuno; ia lahir dari sesuatu yang sangat manusiawi: emosi tak terkendali.”

Ryan dan Elma mendengarkan dengan saksama. Lelaki tua itu membuka halaman yang menampilkan ilustrasi pedang gelap dengan kilauan cahaya samar di sepanjang bilahnya.

“Dahulu kala, ada seorang ksatria yang dikenal karena kekuatannya, tetapi juga karena emosinya yang tidak stabil. Dia berjuang untuk menahan amarah, kesedihan, dan ketakutan yang terus menghantuinya. Ketika dia berada di ambang kehancuran, dia menemukan sebuah tempat di mana energi gelap dan cahaya bertemu. Dengan mengorbankan kedamaian dirinya sendiri, ksatria itu menciptakan pedang Umbra Lux dari emosi-emosi yang membebaninya.”

Elma mengerutkan kening. “Jadi, pedang itu berasal dari penderitaan?”

Lelaki tua itu mengangguk. “Benar. Tetapi bukan hanya penderitaan. Pedang itu juga membawa harapan. Meskipun ksatria itu kehilangan dirinya sendiri, pedang ini dibuat untuk menjaga keseimbangan antara cahaya dan kegelapan. Namun, siapa pun yang memilikinya harus menghadapi tantangan besar: mengendalikan emosinya atau dihancurkan olehnya.”

Ia melanjutkan dengan nada lebih berat, seolah kata-katanya membawa bobot sejarah yang panjang. “Setelah pedang itu dibuat, ksatria tersebut menghilang. Beberapa mengatakan dia dikonsumsi oleh pedang itu sendiri, sementara yang lain percaya dia menjadi bagian dari keseimbangan. Tetapi satu hal yang pasti: setiap kali pedang itu muncul kembali, dunia selalu berada dalam bahaya besar. Pedang ini merespons emosi. Petir, badai, dan bahkan gempa adalah tanda-tanda bahwa Umbra Lux telah bangkit.”

Leon, yang biasanya hanya mendengarkan dengan santai, kali ini tampak lebih serius. “Apa ada orang lain yang pernah mengendalikan pedang ini selain ksatria itu?”

Lelaki tua itu mengangguk. “Ada. Beberapa pemilik sebelumnya berhasil mengendalikannya untuk waktu yang singkat, tetapi pada akhirnya, pedang itu menuntut keseimbangan dari mereka. Mereka yang gagal menjaga keseimbangan emosinya dihancurkan oleh pedang ini.”

Ryan, yang sejak tadi diam, akhirnya berdiri. Tanpa mengatakan apa-apa, ia mengulurkan tangannya, dan dalam sekejap, pedang Umbra Lux muncul di genggamannya, memancarkan aura gelap yang bercampur dengan kilauan cahaya samar.

Suasana ruangan berubah drastis. Langit cerah di luar mendadak dipenuhi awan gelap, dan suara gemuruh petir terdengar di kejauhan. Leon, Renata, dan Elma semua terkejut, tetapi tidak ada yang lebih terkejut daripada lelaki tua itu.

Lelaki tua itu membelalakkan mata, terlihat benar-benar kaget. “Itu...” katanya pelan. Ia berdiri perlahan, matanya tak lepas dari pedang di tangan Ryan. “Umbra Lux... telah memilih tuan barunya. Dan dia... hanya seorang anak?”

Leon melangkah maju, wajahnya tegang. “Ryan, kau tahu apa yang sedang kau lakukan?”

Ryan menatap pedang itu dengan campuran rasa kagum dan takut. “Aku tidak tahu ini akan membuat cuaca berubah...”

Renata mendekat dengan hati-hati. “Umbra Lux merespons emosimu. Kau harus tenang. Jika tidak, kekuatan pedang itu akan lepas kendali.”

Ryan mencoba menarik napas dalam-dalam, tetapi gemuruh petir di luar semakin keras. Pedang di tangannya tampak berdenyut, seolah hidup, merespons kegelisahannya.

Lelaki tua itu akhirnya angkat bicara, nadanya tegas tetapi tidak keras. “Ryan, dengarkan aku. Pedang itu tidak akan menyakitimu jika kau mengendalikannya. Kau adalah tuannya sekarang. Yakinkan pedang itu bahwa kau cukup kuat untuk memegangnya.”

Ryan menutup matanya, berusaha memusatkan pikirannya. Perlahan, aura gelap di sekitar pedang mulai mereda, dan suara petir di luar semakin jarang terdengar. Ketika langit di luar kembali cerah, Ryan membuka matanya dan mengembalikan pedang itu ke dimensi bayangan.

Lelaki tua itu menghela napas panjang, kemudian kembali duduk. “Aku tidak pernah mengira pedang itu akan muncul di tangan seseorang sepertimu, Ryan. Tapi ini bukan kebetulan. Umbra Lux memilihmu karena suatu alasan.”

Ryan duduk kembali, masih terlihat sedikit bingung. “Aku harus belajar mengendalikannya. Aku tidak ingin membuat orang lain dalam bahaya.”

Lelaki tua itu menatap Ryan dengan serius. “Itulah alasanmu ada di sini. Kau akan belajar, tetapi perjalanan ini tidak akan mudah. Pedang itu adalah bagian dari dirimu sekarang, dan untuk menguasainya, kau harus memahami siapa dirimu sebenarnya.”

Elma meletakkan tangannya di lengan Ryan. “Kita akan menghadapi ini bersama. Kau tidak sendirian.”

Ryan menatap Elma dan tersenyum kecil. “Terima kasih. Aku akan mencoba lebih baik lagi.”

Sore itu mereka melanjutkan diskusi tentang Umbra Lux dan legenda artefak lainnya. Lelaki tua itu memastikan bahwa Ryan memahami tanggung jawab besar yang datang dengan kepemilikan pedang tersebut. Ketika malam tiba, mereka kembali ke danau untuk mandi dan bersantai sebelum makan malam.

Di meja makan, suasana menjadi lebih ringan. Renata dan Leon saling melempar candaan, sementara lelaki tua itu bercerita tentang pengalaman-pengalaman masa lalunya.

“Ingatlah,” katanya sebelum mereka pergi tidur, “setiap langkah yang kalian ambil di sini adalah bagian dari perjalanan untuk memahami diri kalian sendiri. Itu adalah kunci untuk mengendalikan kekuatan yang kalian miliki.”

Ryan dan Elma mengangguk, merasa sedikit lebih percaya diri meskipun tantangan besar masih menunggu di depan mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!