Balqis Azzahra Naura atau akrab di sapa Balqis, terpaksa menerima tawaran gila dari seorang pria beristri yang juga CEO di perusahaan tempat dia bekerja sebagai sekretaris. Faaris Zhafran Al-Ghifari, CEO yang diam-diam menyukai sekretaris nya sendiri, saat dia tau gadis itu butuh uang yang tak sedikit, dia memanfaatkan situasi dan membuat gadis itu tak bisa menolak tawaran nya. Tapi setelah melewati malam panas bersama, Faaris menjadi terobsesi dengan Balqis hingga membuat sekretaris nya merangkap juga menjadi pemuas nya. Tapi suatu hal yang tak terduga terjadi, Elma pergi untuk selamanya dan membuat Faaris menyesal karena telah menduakan cinta sang istri. tanpa dia tau kalau Elma dan Balqis memiliki sebuah rahasia yang membuat nya rela menjadi pemuas pria itu. Saat itu juga, Balqis selalu datang memberi semangat untuk Faaris, selalu ada saat pria itu terpuruk membuat Faaris perlahan mulai mencintai Balqis dengan tulus, bukan hanya sekedar nafsu semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rha Anatasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Putri dan Hendri kembali pulang ke rumah, kedua nya saling melempar senyum dengan tangan yang bergandengan mesra, aneh saja secepat ini keduanya bisa seakrab ini, hanya beberapa menit saja.
Mama Hasna melihat putrinya di gandeng oleh Hendri tersenyum, dia bahagia kalau anaknya bisa bahagia meski caranya cukup salah dengan memperkenalkan paksa kedua nya, tapi lihatlah hasilnya. Meski sempat menolak, mungkin karena belum saling mengenal dan melihat wajah nya, dia bersyukur dalam hati kalau ternyata putrinya bisa menerima Hendri, semoga saja pria itu adalah yang terbaik untuk putri nya. Dilihat dari segi manapun, Hendri adalah pria yang baik, ya meski belum terlihat sifat aslinya. Mungkin akan terlihat setelah kedua nya saling mengenal lebih lama.
"Sudah pulang?" Sapa Mama Hasna dengan ramah, membuat kedua sejoli itu refleks melepaskan gandengan tangan mereka. Hendri menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena salah tingkah, ketahuan menggandeng tangan anak gadis orang di depan ibunya.
Sedangkan Putri terlihat biasa saja, toh hanya gandengan tangan saja. Untung saja saat Hendri mencium bibir nya tadi, tak ada siapapun yang lewat, karena pria itu menciun nya di sisi jalan.
"S-udah tante." Jawab Hendri.
"Tadi ibumu pulang duluan, ada keperluan katanya. Kamu nginap aja disini, sudah mendung pasti sebentar lagi turun hujan."
Hendri mendongak dengan mulut menganga, bisa-bisanya ibu nya itu meninggalkan nya sendirian di rumah calon besan nya.
"Ayo masuk, angin malam tak baik." Ucap Mama Hasna , dia tau benar kalau pemuda di depan nya sedang canggung, dalam hatinya pasti sedang merutuki ibunya. Ibunya itu memang sengaja meninggalkan putranya disini agar mereka bisa semakin dekat. Padahal tak di dekatkan seperti itupun, keduanya sudah dekat bahkan sudah berani cium mencium.
Kedua nya mengekor di belakang Mama Hasna , Putri melirik Hendri yang berjalan di sampingnya. Dari samping saja terlihat sangat tampan, rahang nya tegas di tumbuhi sedikit bulu-bulu halus. Tiba-tiba saja, pria itu menatap Putri dan mengedipkan sebelah matanya genit, membuat Putri tersipu.
"Makan malam dulu, tadi Ibu sudah masak sama Putri." Ucap Mama Hasna , sengaja menyertakan nama Putrinya di depan Hendri, padahal dia tak membantu sama sekali. Putri tak bisa memasak, dia hanya bisa makannya saja.
"Wahh, Putri bisa masak ya Tan?" Tanya Hendri sambil melirik Putri yang nampak tersenyuk canggung.
"Bisa dong, anak perempuan harus bisa masak biar suaminya senang." Jawab Mama Hasna membuat wajah Putri memerah.
"Aku mau dong jadi suaminya Tan." Celetuk Hendri, membuat wajah Putri semakin memerah.
"Boleh dong, Nak Hendri. Tapi, Putri tuh anaknya manja jadi mungkin masih butuh dukungan dan kesabaran pastinya."
"Mama, bisa gak jangan nyebar aib anak nya sendiri. Kan malu," rengek Putri membuat Hendri tersenyum, justru dia sangat suka dengan wanita yang punya sifat manja.
"Malu kenapa? Lagipun itu bukan aib Nak, biar Nak Hendri bisa menyiapkan diri menghadapi sikap manja kamu." Jawab Mama Hasna.
"Gapapa Putri, lagian aku kan calon suami kamu."
Blushingg...
Kedua pipi Putri memerah, ketika Hendri dengan jelas menyebut dirinya sendiri sebagai calon suaminya. Duhh mimpi apa coba, dalam semalam dia punya calon suami yang ganteng nya kebangetan? Putri si ratu jomblo, tiba-tiba saja punya calon suami? Wahh ini pasti kabar yang akan membuat heboh satu perusahaan. Pasalnya Putri memang di kenal tak suka menjalin hubungan seperti pacaran, atau dekat dengan lawan jenis, sungguh tak pernah. Tapi ya namanya hidup kan? Semua nya bisa saja terjadi tanpa terduga.
Hendri menikmati makan malam nya dengan lahap, bahkan dia dua kali nambah padahal biasanya dia susah makan, tapi entahlah kenapa dia malah makan banyak di rumah calon mertuanya.
Putri membereskan meja makan membantu ibu nya, lalu mencuci piring. Dia memang terbiasa melakukan ini, tapi untuk memasak dia benar-benar tak pernah melakukan nya, mungkin hanya bisa memasak mie instan saja. Itu pun jerat jerit kalau air nya berbuih, biasa nya memang akan berbuih kalau merebus mie bersama telur kan? Nah itu mengundang heboh satu rumah kalau Putri yang memasaknya.
Hendri memperhatikan setiap gerakan Putri yang menurut nya terlihat sangat sexy, apalagi celana pendek itu memperlihatkan paha putih mulus tanpa cela, membuat sesuatu di bawah sana tiba-tiba saja terbangun tanpa di pinta.
'Sial, kenapa harus di bangun di rumah calon bini sih? Kan tengsin kalo ketauan Putri, dia pasti bilang aku pria mesum, tapi iya sih aku memang mesum.' Batin Hendri bicara, wajah nya mulai memerah dengan keringat yang membanjiri kening nya.
"Nak Hendri, kenapa berkeringat, apa terjadi sesuatu?" Tanya Mama Hasna , dia melihat ekspresi tak biasa yang di tunjukkan pemuda itu.
"Ti-dak Tante, saya baik-baik saja." Jawab Hendri dengan senyum yang dia paksakan.
"Sebaiknya Nak Hendri beristirahat, tidurlah di kamar Putri. Biar Putri tidur bersama Ibu."
"Ba-ik tante." Jawab Hendri, dia segera berlari ke kamar di lantai dua. Disana hanya ada dua kamar, yang satunya kamar Mama Hasna dan satunya lagi kamar Putri . Sedangkan di bawah, tak ada kamar, hanya ada ruangan tak terpakai berisi berbagai barang yang sudah tak di pakai, bisa disebut sebagai gudang.
Putri yang melihat pria itu berlari, menggelengkan kepalanya. Kenapa terlihat terburu-buru? Padahal hanya untuk tidur kan?
"Putri, menurutmu bagaimana Nak Hendri?"
"Ganteng Ma." Cetus Putri, membuat Mama Hasna terkekeh. Kalau itu, sekilas pandang pun pasti orang lain juga tau.
"Itu Mama juga tau, tapi sifatnya. Menurut mu bagaimana?"
"Orang nya asyik sih Ma, gampang akrab gitu. Apa sifat nya emang kayak gitu ya, gimana kalau akrab sama semua cewek? Kan kampret." Jawab Putri membuat Mama Hasna refleks menepuk lengan Putrinya pelan.
"Jangan bicara seperti itu Nak, gak baik." Mendengar ucapan ibunya, Putri hanya nyengir saja.
"Jalanin aja dulu Ma, lagian aku belum tau bener gimana sifat nya, kita kan baru ketemu sekali Ma, jadi belum ketahuan."
"Iya juga sih, Mama bersyukur kalau kamu cocok sama Hendri."
"Cocok atau gak cocok nya tergantung orang nya Ma, kalau Kak Hendri nya bisa bikin Putri nyaman, kenapa nggak kan?"
"Iya Nak, kamu sendiri yang pilih nanti. Kalau memang gak cocok, jangan di paksakan." Ucap Mama Hasna.
"Iya Ma." Putri tersenyum manis ke arah Mama nya, wanita yang sudah melahirkan nya 23 tahun lalu.
"Astaga Ma, ada barang pribadi Putri di kamar. Putri ambil dulu ya, Ma."
"Iya, jangan lama ya Nak."
Peringat Mama Hasna . Tapi Putri sudah keburu naik tangga dengan terburu-buru, jangan sampai Hendri melihat benda itu, dia akan malu kalau sampai Hendri melihat atau membaca sebuah buku diary miliknya, isinya curhatan tentang hidupnya selama ini, bahkan ada kata-kata lebay di dalamnya, juga ada poto-poto dirinya saat masih smp dulu, saat masih culun.
Putri membuka pintu perlahan lalu menutupnya kembali, dia mengedarkan pandangannya tapi tak ada tanda-tanda keberadaan Hendri di ranjang, bahkan tempat tidurnya masih rapih seperti belum di sentuh sama sekali.
Tapi terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi, Putri buru-buru mengambil buku diary nya sebelum Hendri keluar, tapi terdengar suara geraman penuh nafsu dari dalam kamar mandi, meski samar dia tau itu suara apa.
Putri mendekatkan telinga nya di pintu kamar mandi, terdengar suara ciplakan dari dalam.
"Putriii.." Lenguh nya, tentu saja Putri bisa mendengar pria itu melenguhkan namanya dengan desahan yang terselip di akhir kata nya.
'Apa yang sedang Hendri lakukan?' Batin Putri, dia mendorong pintu itu dan sedetik kemudian perempuan itu membulatkan mata nya, keadaan pria itu sangat....
"Apa yang sedang kamu lakukan kak? Ya ampun.."
"Put-rii.." Ucap Hendri lemas, bahkan junior nya yang sedari tadi berdiri tegak pun langsung melemas seketika.
"Jelasin sama aku kak, ada apa ini? Kenapa kamu lakuin ini, pake bawa-bawa nama aku lagi. Kamu sange ya liat aku?" Tanya Putri kesal, bukan masalah bersolo karir nya yang dia permasalahkan, tapi dia yang di jadikan sebagai objek fantasi pria itu.
Hendri langsung memasukan kembali junior nya ke dalam celana dan mendekati Putri yang bersedekap dada di ambang pintu.
"Maaf Putri, aku memang pria yang seperti kamu bilang, aku sangean." Jawab Hendri pelan.
"Kenapa harus aku?"
"Aku memang nafsuan tapi bukan kepada setiap wanita. Kamu wanita pertama yang membuat aku bernafsu." Jawab Hendri.
Putri diam, dia tak mau bicara lagi cukup melihat kelakuan Hendri membuat nya cukup terkejut.
"Sayang, aku minta maaf!"
"Apaan sayang-sayang, aku gak mau sama cowok mesuman!" Ketus Putri, dia ingin pergi tapi tangan Hendri segera mencekal tangan Putri dan memeluk nya erat.
"Maaf, aku tau aku salah. Tapi sumpah demi apapun hanya kamu yang membuat aku begini, aku memang pernah mencintai seseorang hingga sekarang, tapi aku tak lepas kendali begini."
"Sudahlah, lalu gunanya menjelaskan hal seperti ini padaku apa gunanya?"
"Karena kamu calon istriku, sayang." Ucap Hendri, dia menatap Putri dengan penuh cinta, wanita mana yang tak luluh jika pria di depan nya menatap nya seperti itu?
"Oke-oke, aku maafkan tapi jangan menatap ku seperti itu. Aku malu," ucap Putri, benar saja wajah nya nampak merona.
"Gak usah malu-malu sayang, kamu sudah tau aku mesuman, jadi jangan membuat aku gemas atau aku makan?"
"Makan aja, aku gak takut. Wlek.." Putri menjulurkan lidahnya mengejek Hendri, membuat pria itu benar-benar gemas. Dia memeluk kembali tubuh Putri dan melabuhkan ciuman hangat di bibirnya, jauh lebih hangat daripada yang pertama di pinggir jalan tadi.
"Eemmhh..." Lenguh Putri sambil menepuk-nepuk dada Hendri, dia kehabisan nafas karena pria itu benar-benar tak memberi nya kesempatan untuk bernafas sedikitpun, dia terus meraup bibir itu.
Hendri melepaskan ciuman nya, dia mengusap bibir Putri yang basah karena ulahnya lalu tersenyum manis.
"Bibirmu manis Yang." Puji nya, membuat wajah Putri bertambah merah saja.
"Pipimu memerah, lucu sekali." Ucap Hendri lagi sambil menguyel-uyel pipi Putri saking gemas nya.
"Pengen itu boleh?"
"Apa?" Tanya Putri, dia menyilangkan kedua tangan nya di dada. Dia harus tau kalau pria di depannya adalah pria super duper mesum. Baru sekali bertemu saja dia sudah berani menjadikan nya fantasi liar saat bermain solo, mesum sekali tapi Putri benar-benar menyukai nya.
"Pengen nenen." Jawab Hendri dengan kedipan mata genit, membuat Putri kesal dan memukul kepala Hendri cukup kuat.
"Sakit sayang, gak sopan gitu sama yang lebih tua." Gerutu Hendri sambil memegangi kepalanya.
"Iya, kamu emang tua. Rasain, siapa suruh mesum terus."
"Dikit doang yang." Putri mendelik, dia memukul lengan Hendri cukup kuat lalu pergi keluar kamar dengan membawa buku diary nya. Kemesuman pria itu cukup menguras emosi juga.
****