Permaisuri Konyol Di Dunia Beastman

Dahi Mu Lingyao dipenuhi keringat dingin. Long Mujue menghapusnya dengan hati-hati dan menyadari jika wajah istrinya sudah pucat.

Ia menjadi sangat khawatir dan memeluknya untuk menenangkan.

"Yaoyao, apakah kamu bermimpi buruk?" tanyanya pelan-pelan.

Wanita muda itu mengangguk. "Mimpi yang sangat menyeramkan. Aku bermimpi hampir dimakan naga," jawabnya masih ketakutan.

Mimpi itu seperti nyata. Bagaimana mungkin dia tidak takut?

"Dimakan naga?" Long Mujue masih belum bisa memahaminya.

"Mungkin karena sebelumnya aku penasaran, apakah naga bisa dimakan. Jadi leluhur naga akhirnya datang padaku untuk membalas dendam," jelas Mu Lingyao mulai panik.

Tapi Long Mujue tidak mempercayai hal seperti itu. Leluhur naga mereka tidak mungkin menyakiti siapa pun. Terlebih lagi, leluhur ras nya adalah naga biru, bukan naga hitam.

Jadi dia menenangkan Mu Lingyao kembali. Bagaimana mungkin hanya karena bermimpi hampir dimakan naga, tubuh Mu Lingyao sudah berkeringat banyak seperti ini?

"Yaoyao, bisakah kamu menjelaskan lebih detail tentang mimpi itu?" tanyanya. "Misalnya, naga seperti apa yang ada di mimpimu?"

"Ah ... yah, itu naga hitam. Naga bersisik hitam, kumis hitam dan rambut hitam. Pokoknya semuanya hitam seperti pantat wajan. Kecuali matanya yang berwarna emas. Naga itu benar-benar ingin memakanku."

"Naga hitam dan mata emas?" gumam Long Mujue setelah menyimpulkan ceritanya.

Sepertinya dia sedang mencoba untuk mengingat sesuatu. Kenapa deskripsinya hampir sama dengan seseorang yang ia kenal di kehidupan sebelumnya?

Dan ... itu bukan pertanda yang baik.

Long Mujue mencoba untuk sebisa mungkin menenangkan istrinya lebih dulu. "Yaoyao, semuanya hanya mimpi. Jangan khawatir dan kembalilah tidur."

"Tapi aku tidak lagi mengantuk."

"Kalau begitu ..." Long Mujue menatap tonjolan lembut di dada Mu Lingyao.

Mungkin karena Mu Lingyao tahu ke arah mana Long Mujue menatap, ia marah.

"Jangan memikirkannya. Aku akan tidur sekarang!"

Wanita itu kembali berbaring dan menarik selimut, membungkus dirinya seperti kepompong. Lalu memejamkan mata, mencoba untuk tertidur kembali.

Long Mujue tersenyum penuh arti. Ia hanya merapikan poni istrinya yang sedikit basah.

"Kecup dulu keningku," kata Mu Lingyao tiba-tiba.

"Kecup?"

"Cium keningku."

"Oh, baiklah. Yaoyao ku begitu imut," kata Long Mujue yang langsung terkekeh. Dia mencium keningnya dengan penuh cinta. "Sudah, sekarang ayo tidur."

"Hmm ..." Mu Lingyao akhirnya mulai tenang dan tertidur kembali.

Kali ini, tidak ada tanda-tanda mimpi buruk datang sehingga Long Mujue menghela napas lega.

Ia sekarang menunjukkan ekspresi serius. Memikirkan apa yang baru saja dikatakan Mu Lingyao, mungkin bukan sebuah kebetulan atau mimpi belakang.

Tak disangka, Xiao Fu yang berada di Ruang Koi, akhirnya keluar. Bola air kristal melayang di udara karena ulah ikan itu sendiri.

"Ras koi memiliki insting kuat dan kadang diperlihatkan sesuatu yang akan terjadi di masa depan melalui mimpi," ujar Xiao Fu datar. "Yang baru saja dialami tuanku merupakan penglihatan dari bencana yang mungkin terjadi di masa depan," imbuhnya.

Dia tidak berbohong mengenai ini. Ras koi memang diberkahi dewa dan memiliki kemampuan istimewa. Tapi hal itu juga membuat mereka tidak bisa berbuat seenaknya.

Sesekali, orang yang diberkati Dewa Koi akan mendapatkan sebuah pertanda di mimpi. Yang artinya, meminta orang itu untuk berhati-hati akan sesuatu.

"Jadi, mimpi Yaoyao sepenuhnya bukan karena mimpi buruk belaka." Long Mujue menyadari masalah ini.

"Tentu saja. Dia bahkan tidak tahu ada naga apa saja di dunia ini. Apa lagi naga hitam. Kamu harusnya tahu sesuatu tentang ini?"

Xiao Fu yang hanya mengorek informasi berdasarkan isi novel, sebenarnya juga terkejut.

Apa saja yang dialami Long Mujue di kehidupan sebelumnya?

Bahkan beberapa plot langsung berubah begitu drastis. Kekacauan di dalam novel aslinya mungkin tidak terekspos sepenuhnya jika mengambil dari sisi pria duyung di depannya ini.

"Naga hitam ..." Long Mujue mencoba mengingat ini. "Aku hanya tahu ada ras naga hitam di wilayah lautan terlarang. Mereka bisa menyesuaikan kondisi dengan lingkungan tempat tinggal di sekitarnya. Tapi aku tidak tahu banyak mengenai hal ini."

"Apakah kamu pernah berinteraksi dengan ras naga hitam di kehidupan sebelumnya?" tanya Xiao Fu.

"Aku pernah bertemu dengan salah satu dari ras mereka, yang juga berjasa atas kehancuran Kekaisaran Duyung Biru."

Memikirkan ini, Long Mujue langsung tidak senang. Ia masih ingat persis sosok naga hitam itu sebelum mati karena serangan Mo Hualing.

Walau hanya samar-samar saja, tapi sepasang mata emas itu menatapnya dengan penuh kebencian.

"Sepertinya ras duyung hiu ada hubungannya dengan ras naga hitam. Mo Hualing bahkan mengenalnya. Jika benar naga hitam bermata emas yang dilihat Yaoyao adalah dia, maka ... aku tidak bisa tinggal diam."

"Jadi seperti itu ..." Xiao Fu akhirnya mengerti.

Jadi, setelah kematian dua protagonis di dalam novel aslinya, peran Long Mujue untuk menyelamatkan wilayahnya terjadi.

Tapi tidak dijelaskan secara rinci di dalam karya aslinya. Dan penulis hanya fokus pada keadaan sekitar melalui berbagai sudut penokohan.

Kemungkinan besar dari sudut pandang Long Mujue yang terabaikan sampai di hari kematiannya, beberapa plot sampingan mengalami variabel yang berbeda.

Sekarang yang dipikirkan Xiao Fu, siapa penulis novel tersebut? Sampai-sampai beberapa plot seperti ini terlewat.

Apakah salah satu dewa adalah penulisnya?

Lalu jika benar, apa tujuannya?

Xiao Fu telah menjadi penjaga gerbang time travel di novel tersebut selama beberapa generasi. Semua novel yang dimasuki pasti memiliki alur berdarah dan kacau.

Dan ia harus membantu orang yang terpilih untuk memperbaiki plot novel tersebut.

Memikirkannya saja membuat kepala ikannya sakit. Lebih mengesampingkan masalah ini lebih dulu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Beberapa hari kemudian setelah Mu Lingyao bermimpi hampir dimakan naga hitam, semuanya berjalan normal.

Namun Mu Lingyao yang menjadi permaisuri santai sepanjang masa, diam-diam memperhatikan Shu Molan.

Plot berdarah masih belum terselesaikan. Dan You Thie, si hiu martil jelek itu, masih sering mengganggu Shu Molan.

Sampai pada suatu hari, Shu Molan datang kepadanya sambil menangis. Mereka berdua mengobrol di halaman belakang dekat kolam ikan.

"Lanlan, apa yang terjadi denganmu? Apakah si hiu palu itu masih belum kapok juga?" tanya Mu Lingyao marah.

Shu Molan menggelengkan kepala. "Ini bukan tentang dia."

"Bukan?"

"Aku dan Yaotian bertengkar."

Mu Lingyao terkejut ketika mendengarnya. "Apa? Kalian bertengkar? Bagaimana mungkin pasangan harmonis yang saling mencintai sampai mati bertengkar?"

"... Mencintai sampai mati?" Shu Molan terkadang bingung dengan ucapan Mu Lingyao.

"Eh, maksudku ... kalian berdua saling mendukung satu sama lain seperti pasangan sehidup semati. Ya, ya, seperti itu." Mu Lingyao buru-buru mengangguk dan memberinya ekspresi simpati.

Untungnya Shu Molan tidak memikirkannya lebih jauh lagi. Saat ini, ia benar-benar sedang tidak bahagia.

"Yaotian sepertinya curiga jika aku memiliki hubungan dengan You Thie. Dia bilang jika aku benar-benar ingin menjadi betina You Thie, maka hubungan kami akan berakhir. Tapi aku sama sekali tidak ada hubungannya dengan hiu palu itu. Bagaimana mungkin Yaotian berpikiran seperti itu dan bahkan menuduh ku?"

Memikirkan ini, Shu Molan kembali berderai air mata lagi.

Mereka akan menjadi pasangan suami dan istri dalam waktu dekat. Tapi semakin mendekati hari itu, kenapa selalu saja ada masalah yang menghampiri?

Mu Lingyao mencoba untuk memikirkan plot yang sering dibacanya. Lalu mengutarakan pertanyaan penting.

"Bukankah kamu bilang You Thie terlihat mengenalmu tapi kamu bahkan tidak pernah bertemu atau berinteraksi dengannya?"