NovelToon NovelToon
Duri Dalam Daging

Duri Dalam Daging

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Dendam Kesumat
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: balqis

Sembilan tahun yang lalu mas Alfan membawa pulang seorang gadis kecil, kata suamiku Dia anak sahabatnya yang baru meninggal karena kecelakaan tunggal.Raya yang sebatang kara tidak punya sanak keluarga.
Karena itulah mas Alfan berniat mengasuhnya. Tentu saja aku menyambutnya dengan gembira. selain aku memang penyayang ank kecil, aku juga belum di takdirkan mempunyai anak.
Hanya Ibu mertuaku yang menentang keras keputusan kami itu. tapi seiring waktu ibu bisa menerima Raya.
Selama itu pula kehidupan kami adem ayem dan bahagia bersama Raya di tengah-tengah kami
Mas Alfan sangat menyayangi nya seperti anak kandungnya. begitupun aku.
Tapi di usia pernikahan kami yang ke lima belas, badai itu datang dan menerjang rumah tanggaku. berawal dari sebuah pesan aneh di ponsel mas Alfan membuat ku curiga.
Dan pada akhirnya semua misteri terbongkar. Ternyata suami dan anak ku menusukku dari belakang.
Aku terpuruk dan hancur.
Masih adakah titik terang dalam kemelut rumah tang

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon balqis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Aliran darahku masih belum stabil. Mungkin karena trauma dengan kejadian saat itu.

"Siapa mereka?" tanya Fajar gusar sambil membalut tangan ku yang tergores dengan sapu tangannya.

"Aku juga tidak tau, saat keluar dari rumah sakit mereka mulai membuntuti ku."

Dia menatapku dengan wajah bersalah.

"Maaf, Tari. Aku yang lalai. padahal aku sudah berjanji untuk menjemputmu, tapi aku ketiduran."

"Tidak usah di bahas, yang penting aku selamat karena kau datang tepat waktu." ujarku menghiburnya.

"Aku sangat menyesal, padahal aku sudah minta pada Emak untuk membangunkan ku. Tapi dia lupa." imbuhnya lagi

Ternyata Fajar sudah minta di ingatkan pada Emak, tapi entahlah apakah dia sengaja atau tidak.

"Ini yang ku suka dirimu, kudu tidak pernah menanggapi sesuatu dengan perasaan."

"Aku belajar darimu." jawabku pasti.

Kami sama-sama tersenyum.

"Oh, ya. Bagaimana keadaan Alfan? Masih seperti tadi siang? Atau ..."

"Egonya masih tinggi. coba kalau dia tau aku mau pulang. pasti dia dia mencegahku dengan segala cara." jawabku kesal.

Mas Fajar menarik tanganku dan menatap kedua mataku.

"Yang sabar,, kita beri pengertian padanya pelan-pelan."

Aku mengangguk pasti.

"Selama kau masih berada di sampingku dan percaya padaku, aku siap menghadapi segala ujian."

Fajar menarik ku dalam dadanya.

Malam semakin larut, bukannya cepat-cepat pulang,, Fajar malah mengajak ku makan di sebuah tempat yang buka dua puluh empat jam.

Rasanya sangat aman dan nyaman bersamanya. aku berharap tidak ada lagi yang mengganggu ketentraman kami.

"Abah bertanya, kita ada dimana, kenapa belum pulang." Fajar menjelaskan isi pesan Abah yang di kirim padanya.

"Sebaiknya kita pulang sekarang. Mereka pasti cemas menunggu kita."

Dia pun setuju.

Di depan pintu Abah menyambut kedatangan kami dengan wajah tidak enak.

"Kalian kemana saja? Abah mengerti kalau kalian masih pengantin baru. Tapi ada Wanda yang sedang sakit."

Aku sendiri merasa tidak enak.

"Abah, Abah belum tau apa yang terjadi pada Mentari. Untung aku datang, kalau tidak, entah apa yang terjadi. Beberapa orang preman mengganggu dia."

Bukan ekspresi terkejut di perlihatkan Abah. Tapi malah menyalahkan ku.

"Mentari tidak apa-apa, dia menginap disana juga kenapa?"

"Abah.. Aku minta maaf..." ucapku terbata. Dia malah pergi dengan wajah kesal

"Ini salahku, seharusnya kau tidak menjemput ku, mas. Abah jadi marah padamu gara-gara aku."

"Ssstt.. Sudahlah, jangan di ambil hati. Abah sangat sayang pada Wanda, karena itu dia bersikap seperti ini. Ku harap kau bisa mengerti."

Kami masuk kamar. Belum juga lima menit, Emak mengetuk pintu.

"Fajar, Emak ingin ke kamar mandi, bisa titip Wanda sebentar? Sebentar saja." ia memohon sambil menatapku.

"Bisa, Mak. Aku akan kesana." jawab mas Fajar dengan senang hati.

Sepuluh menit, tiga puluh menit berlalu. Mas Fajar tidak muncul-muncul lagi di kamarku.

Bukan kah Emak bilangnya cuma ke kamar mandi, Masa iya selama ini?

Karena penasaran, aku keluar perlahan. Aku ingin tau mas Fajar ada di mana.Kamar Wanda masih terlihat terang. Aku ragu mau melangkah kesana. Tapi hati ini berontak ingin tau.

Dengan sangat hati-hati aku mengintip lewat pintu yang sedikit terbuka.

Aku melihat mas Fajar tertidur, posisinya duduk di tepi ranjang sambil tangannya melingkar di tubuh Wanda.

Ada perasaan tidak enak tiba-tiba menyusup dalam hati ku.

Cepat aku berlalu dari tempat itu.

Sampai tak sengaja menabrak Emak.

"Tari, kau darimana?"

"Maaf, Mak. Aku mau mengambil air."

Saat aku berlalu, Emak tersenyum aneh.

***

Saat sarapan, Fajar memberitahu semuanya bahwa aku akan mulai ikut bekerja hari ini.

Tapi Emak menyela.

"Sebaiknya jangan sekarang. Kondisi Wanda masih belum normal. Bekerja bisa kapan-kapan."

"Tapi Mentari sudah cukup lama istirahat.."

"Sudah, Mas. Benar kata Emak. Masalah pekerjaan bisa belakangan, kondisi Wanda yang penting." aku melerai perdebatan itu.

 Mas Fajar mengalah, tapi aku tau dia terpaksa setuju.

"Aku tidak setuju dengan pendapat Emak dan Abah. keadaan Wanda tidak seserius itu hingga kau harus mengorbankan kreativitas mu."

"Tidak apa-apa, Mas. Lagi pula aku masih ingin menyesuaikan diri di rumah ini." jawabku menghiburnya.

"Aku kasihan padamu, kau harus banyak berkorban semenjak menjadi istri ku." ucapnya tiba-tiba.

Aku menghentikan aktivitas ku dan mendekatinya.

"Aku tau Abah dan Emak selalu berusaha menjatuhkan mu."

Syukurlah dia mengetahui apa yang terjadi.

"Tidak apa-apa, aku maklum, sebagai orang tua Wanda, aku mengerti perasaan mereka."

"Tapi ini sudah kami bahas sebelum aku bersedia menikahi Wanda. Dan mereka setuju. Lalu kenapa sekarang seperti ini?"

Fajar benar-benar marah saat itu.

Ponselnya berbunyi.

Sejenak ia tampak serius menyimak pembicaraan lewat telpon itu

"Dari kantor polisi. Mereka memintaku datang. Ada perkembangan tentang kasus mu." ucapnya serius.

Kasus ku? Apa mungkin tentang dalang penculikan itu?

Setelah kepergian Fajar, ku lihat gelagat aneh dari Abah dan Emak. Mereka seperti gelisah.

Sebentar-sebentar memeriksa ponselnya.

Tiba-tiba Emak menghampiriku.

"Tari, bisa tolong bikin kan juz buat Wanda? Emak ada sedikit pekerjaan."

Aku mengangguk, dengan senang hati aku melakukan yang dia minta.

Jus pepaya sesuai permintaannya sudah jadi. Aku tinggal melapor pada Emak yang ada di ruang tengah.

"Mak, apa aku antar langsung ke kamarnya Wanda?"

lEmak sedang sibuk menelpon hingga tidak

mendengar ku.

Ku putuskan membawanya langsung. Mungkin Wanda sedang menunggu pesanannya.

"Wanda, ini justru pepaya pesananmu. Di minim, ya..!"

Wanda menerimanya dengan senang hati.

"Terima kasih, Mba." lalu dia meminumnya.

"Bagaimana keadaan mu sekarang?"

"Entahlah, aku merasa sering kram di iringi rasa nyeri yang hebat. Terkadang aku Idak tahan rasa sakitnya." jelasnya antusias.

melihatku terdiam, dia balik bertanya.

"Kenapa, Mba?"

"Tidak apa-apa, aku merasa sedih saja dengan nasibku. Kau harus bersyukur karena bisa merasakan mengandung dan akn menjadi seorang ibu."

"Yang sabar, mba. Anak ini juga anak mba Tari. Kita akan besarkan sama-sama." kami tersenyum akrab.

Tapi tiba-tiba Wanda batuk dan muntah-muntah. Badannya menggigil hebat. Aku panik dan ketakutan, apa yang terjadi padanya?

Abah dan Emak datang tergopoh.

"Wanda, Wanda...!"

***

Aku langsung bangkit menyambut mas Fajar yang baru datang. Aku Abah dan Emak membawa Wanda kembali kerumah sakit.

Fajar menggenggam erat tangan ku.

"Apa yang terjadi?"

"Aku juga tidak mengerti, semula kami mengobrol dengan gembira. Dia juga terlihat baik-baik saja. Tapi tiba-tiba..." aku tak sanggup melanjutkan kata-kata ku.

Wanda masih belum sadarkan diri.

"Entah apa yang terjadi padanya... Sungguh malang nasib putriku..!" Emak menangis tersedu.

Dokter keluar dari ruang operasi.

"Maaf, kami sudah berusaha. Tapi bayi ya tidak dapat di selamatkan."

Abah dan Emak langsung ambil bersimpuh di lantai.

Fajar terhuyung Kedinding.

"Lalu bagaimana keadaan Wanda, Dokter?" tanyaku dengan perasaan tidak menentu.

Dia baik-baik saja, tapi perlu masa pemulihan."

Dokter berlalu. Dari situlah penderitaan ku bermula.

1
cinta semu
mentari ibarat kata keluar dari kandang macan masuk sarang buaya😧😜dah tau fajar ada istri ..mana Wanda dpt dukungan dari mertua ...kok mau2 ny menikah dgn fajar ...u mengudang badai mentari ...
Devi ana Safara Aldiva: ceritanya seperti sinetron Indosiar versi tulisan
Machmudah: bener kak, ndak Tau may dibawa kemana mentari sm si othor, judul nya duri dlm daging msh cocok dgn cerita nya alfan raya mentari
total 2 replies
Ira
Ada ya wanita menjijikan kyk mentari .. Dia korban suami nikah lg.. Trs dia nikah sama suami orang.. Apa bedanya dia dgn mantannya ..
Machmudah
pgn Tau ending nya aja Thor.
balqis: sabar ya😊
total 1 replies
cinta semu
kalo tari mau menikah sm fajar ...sm artinya membangun derita ny sendiri ...g ada alasan ada dua ratu ..awal ny aja semua terlihat baik tp selanjutnya pasti ada yg terluka
cinta semu
bagus
Anonymous
Ini cerita bodoh sakit di bikin sendiri
Machmudah
seru thor
Syahid cha
bagus
Syahid cha
menantang kayaknya
Machmudah
semoga ceritanya bkn ttg anak angkat berkhianat dgn bpk angkat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!