NovelToon NovelToon
Titik Koordinat Mimpi

Titik Koordinat Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Harti R3

Zefanya Alessandra merupakan salah satu mahasiswi di Kota Malang. Setiap harinya ia selalu bermimpi buruk dalam tidurnya. Menangisi seseorang yang tak pernah ia temui. Biantara Wisam dosen tampan pengganti yang berada dalam mimpinya. Mimpi mereka seperti terkoneksi satu sama lain. Keduanya memiliki mimpi yang saling berkaitan. Obat penenang adalah satu-satunya cara agar mereka mampu tidur dengan tenang. Anehnya, setiap kali mereka berinteraksi mimpi buruk itu bak hilang ditelan malam.
Hingga sampai saat masa mengabdinya usai, Bian harus kembali ke luar negeri untuk menyelesaikan studinya dan juga merintis bisnis. Saat keberangkatan, pesawat yang diduga ditumpangi Bian kecelakaan hingga menyebabkan semua awak tewas. Semenjak hari itu Zefanya selalu bergantung pada obat penenang untuk bisa hidup normal. Mimpi kecelakaan pesawat itu selalu hadir dalam tidurnya.
Akankah harapan Zefanya untuk tetap bertemu Bian akan terwujud? Ataukah semua harapannya hanya sebatas mimpi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harti R3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nathan Cemburu

“Kenapa kamu tercipta begitu lucu?” Monolognya ketika panggilan berakhir.

“Pa, aku menemukan seorang gadis seperti harapanku. Dia cantik, lucu, ceria, aku tak bosan bila di dekatnya. Namanya Zefanya-Zefanya Alessandra. Cantik, kan? Aku berharap, papa bisa melihatku ketika menikahinya nanti.”

Cup!

Bian mengecup kening papanya dan mengusap lembut pipinya. Ia baringkan tubuhnya di kursi panjang, memejamkan mata disisa malam itu. Jemari papanya kembali bergerak. Sayangnya, ia sudah terlanjur terlelap dalam tidurnya.

Pagi itu cuaca sedikit mendung. Zizi mencoba berangkat lebih pagi agar hujan tidak menemani perjalanannya. Setibanya di pelataran kampus, rintik hujan mulai turun. Ia buru-buru memarkiran motor dan melepas helm. Ia berteduh sebentar.

“Bagaimana caranya sampai di gedung tanpa basah kuyup?”

Saat mencoba menatap ke atas, bukan langit yang ia dapati melainkan sebuah payung yang menaunginya. Ia menelusuri payung untuk melihat siapa empunya.

“Nath?”

“Hmm, bareng gue aja dijamin gak bakalan basah.”

“Loe emang perfect, Nath.”

Pujian yang terlontar dari mulut Zizi membuatnya terdiam. Mereka berjalan bersisihan di bawah naungan payung. Nathan terus mencoba memperhatikan Zizi yang sedang melangkah bersamanya.

Bukk!

Sebuah mangga terjatuh. Nathan secara reflek menarik lengan Zizi untuk menghindar. Untung saja tidak mengenai kepala mereka. Nathan menikmati tangannya yang mencengkeram lembut lengan Zizi.

“Wah, terlihat sangat lezat.” melepas tangannya.

“Kalo mendarat di kepala, bisa gagar otak kali, Nath.”

Jarak yang sedikit jauh dari gedung, membuat Nathan memberanikan diri bertanya pada Zizi.

“Loe bener, ada hubungan sama Pak Bian?”

Zizi sontak menoleh.

“Siapa yang bilang?

“Gue gimana, Zi?

“Maksudnya?”

“Engga. Lagian gue lupa saingan gue Pak Bian. Iya, kan?”

“Gue gak ada hubungan sama Pak Bian, Nath. Felice yang bilang?”

“Lupain lah gue Cuma bercanda.” Tawanya renyah, namun sakit.

Zizi sontak memukul lengan Nathan yang membuatnya tak enak hati. Nathan memang menyukai Zizi bahkan sejak semester awal. Rasanya kian hari kian menjadi. Dia pikir menjadi teman dekatnya cukup. Nyatanya, dia berharap lebih.

Hari ini adalah kelas ilustrasi. Mereka diminta menggambar ilustrasi dengan tema iklan layanan masyarakat yang berkaitan dengan sadari lingkungan. Pekerjaan yang memakan waktu lama dan tingkat detail yang tinggi.

Saat selesai perkuliahan, mereka tak langsung pulang melainkan ngobrol. Nathan yang duduk tepat di samping Zizi mencoba memperhatikan Zizi dengan seksama.

“Heh! Kedip loe.” Tegur Jordy yang menyadarinya.

Nathan mengalihkan pandangannya dengan tenang.

“Tapi, Zi. Loe bener ada hubungan sama Pak Bian?”

“Fel, loe bilang apa sih ke mereka?”

“Udah, ngaku aja tipis-tipis gak perlu langsung banyak.” Ledek Felice.

Zizi memgaduk minumannya dengan kasar.

“Gak mungkin kan, Zi seperhatian itu hanya sekedar dosen sama mahasiswa.”

"Itu privasi, loe juga Fel gak seharusnya kepo sama hpnya Zizi. Hp itu privasi.” Ucap Nathan.

“Aelah Nath, buat seru-seruan juga.”

“Udah lah gue mau balik dulu.” Ucap Zizi meninggalkan mereka.

“Marah, Zi?” tanya Jordy.

“Gak tidur di kost gue lagi?” sahut Felice.

“Besok ajalah.”

Nathan menghela napas. Meski terlihat begitu tenang, namun hatinya sesak. Ia memilih angkat kaki dan berniat pulang. Mengikuti Zizi dari belakang, hanya menginginkan itu.

Bruk!

“Arghh!”

Zizi terjatuh dari motor karena mobil yang berada di depannya berhenti mendadak. Catherine keluar dari dalam mobil.

“Dimana Bian?”

Zizi dengan santai berdiri dan membenarkan posisi motornya.

“Yash! Gue tanya sama loe dimana Bian?”

“Gue?” membersihkan celananya lalu menatap Catherine “bukankah... Loe tunangannya? Kenapa tanya gue?”

“Rupanya loe gak kapok gue tampar kemarin? "Hah?” senyum licik terbit dibibir Catherine.

“Hmm, sekalipun lukanya masih.”

“Zi?” Teriak Nathan turun menghampirinya. “Loe gapapa?”

Catherine meninggalkan Zizi tanpa sepatah kata pun begitu Nathan datang.

“Aman kok, santai aja.”

“Loe kenal yang tadi?”

“Tunangannya Pak Bian.”

Nathan khawatir begitu melihat siku Zizi berdarah.

“Di depan ada apotik, duduk dulu di tepi.”

“Gue gapapa, Nath.”

“Jangan bawel, gue bilang tunggu.”

Nathan bergegas ke apotik untuk membeli obat merah dan plester. Kali ini ia tak akan menyia-nyiakan waktu. Tak lama, Nathan kembali dan meraih tangan Zizi.

Nath, loe itu.... satu tipe sama Pak Bian tapi gue gak ada rasa sama loe, Nath. Gue harap loe gak nyakitin diri loe sendiri.

“Gue Cuma pengen ngobatin luka loe.”

“Hmm.”

“Nath, sorry.”

“Untuk?” ia mendongak begitu sudah selesai.

“Semuanya.”

Zizi menatap lama seorang Nathan yang masih bersimpub di hadapannya. Semoga saja ia mengerti maksud Zizi kali ini.

“Pulanglah dengan hati-hati.” Ucapnya lembut.

Zizi selalu meenuruti perkataan Nathan. Nathan tak ubahnya seperti duplikat Bian. Hanya saja ia kurang beruntung untuk menaklukkan hati Zizi.

“Nath, gue cuma gak mau hubungan pertemanan kita renggang hanya karena sebuah rasa.”

Nathan tersenyum mendengar perkataan Zizi. Itu artinya dia ditolak lagi. Bahkan dia tak ingat sudah berapa kali ia menyatakannya pada Zizi. Keberuntungan memang tidak berpihak padanya.

Nathan melenggang bebas di jalan raya. Meski ramai ia merasa sepi. Selalu terngiang ngiang cara Zizi melakukan penolakan. Halus, lembut tanpa merendahkan ataupun mencaci. Poin itu yang ia suka dari seorang Zizi.

***

Di rumah sakit, Bian setia menunggu ayahnya, sedangkan kakaknya mengurus perusahaan papa. Mama sudah diperbolehkan pulang ke rumah.

Wajahnya terlihat kesal begitu mendapat kabar tak ada petunjuk tentang siapa dalang dibalik semua ini. Amarahnya meredam begitu melihat jemari ayahnya sedikit bergerak. Tak lama, dokter berkunjung. Ia menceritakan apa yang baru saja ia lihat.

Perkembangan yang sangat bagus di hari ketiga ini. Hanya perlu mengajak berkomunikasi agar perkembangannya semakin baik dan dapat siuman.

“Bagaimana kabar papa? Ada kabar baik?”

“Hmm. Jemarinya mulai bergerak.”

“Syukurlah. Loe cuti berapa hari?”

“Lima hari. Gue harap papa siuman sebelum hari ke lima.”

“Gue yang jaga malam ini. Pulanglah, dan temani mama.”

1
Rami
Karya yang luar biasa. Membacanya seakan larut dalam setiap situasi. Bahagia, sedih, lucu bisa ditemukan di karya ini. Jangan lupa membacanya 🥰
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡: Iya, semangat🙏✌
Rami: salam kenal juga kak, karyamu udah banyak semoga nular di aku yaa /Pray/
total 3 replies
Yume✨
Lanjutkan terus, aku bakal selalu mendukungmu!❤️
Rami
Sabar kakak, bentar lagi rilis. Jangan merana lagi yaa hihihi
Yusuo Yusup
Lanjutin thor, jangan biarkan kami merana menunggu~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!