NovelToon NovelToon
Loving You Till The End

Loving You Till The End

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hernn Khrnsa

Tujuannya untuk membalas dendam sakit hati 7 tahun lalu justru membuat seorang Faza Nawasena terjebak dalam pusara perasaannya sendiri. Belum lagi, perasaan benci yang dibawa Ashana Lazuardi membuat segalanya jadi semakin rumit.

Kesalahpahaman yang belum terpecahkan, membuat hasrat balas dendam Faza semakin menyala. Ashana dan perusahaan ayahnya yang hampir bangkrut, tak memiliki pilihan selain berkata 'ya' pada kesepakatan pernikahan yang menyesakkan itu.

Keduanya seolah berada di dalam lingkaran api, tak peduli ke arah mana mereka berjalan, keduanya akan tetap terbakar.

Antara benci yang mengakar dan cinta yang belum mekar, manakah yang akan menang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LYTTE 27 — Egocentric

Vanya bangkit berdiri dengan perlahan setelah berkata kalau ia baik-baik saja, namun setelahnya ia langsung pergi begitu saja, meninggalkan rumah Ashana dengan perasaan sedih.

“Nayanika?”

Kedua mata Ashana membola, mendapati seseorang yang sangat ia rindukan tiba-tiba hadir di depan rumahnya.

Perempuan yang usianya sama dengan Ashana itu tersenyum hangat lalu memeluk Ashana erat, melepaskan kerinduan yang sempat tertahan selama beberapa bulan terakhir.

“Bagaimana kabarmu? Kau semakin kurus sekarang, Sha.” Nayanika meraih wajah Ashana dengan kedua tangannya, mencubit pipi Ashana yang tirus.

“Aduh, Nik, tolong ya, ini pipiku bukan bakpao kesukaanmu!” Ashana melepaskan tangan Nayanika dari pipinya.

“Ayo duduk, kau kemari dengan siapa?”

“Sendiri, aku naik taksi.”

Ashana kemudian meminta Bi Asih membuatkan kopi untuk mereka berdua, selama beberapa saat keduanya saling berbincang hangat.

Nayanika Sadiya adalah seorang pengacara keluarga, 3 bulan lalu ia menangani sebuah kasus perceraian keluarga kaya di luar kota yang mengharuskannya untuk tinggal di sana selama beberapa waktu. Nayanika, atau yang sering akrab disapa Anika oleh Ashana adalah teman masa kuliahnya.

Anika sudah menikah dengan seorang pengacara korporasi, konon keduanya bertemu secara tak sengaja di persidangan saat menangani kasus sengketa warisan. Keduanya sudah memiliki seorang putri berusia 2 tahun.

Hubungan antara Nayanika dengan Ashana cukup baik. Keduanya sering saling bertukar cerita bahkan tak jarang saling berbagi duka.

“Oh, ya, yang tadi itu siapa?” tanya Nayanika tiba-tiba mengubah topik pembicaraan mereka saat teringat dengan gadis yang tak sengaja ia tabrak saat akan memasuki rumah Ashana.

“Apakah dia temanmu? Aku baru pertama kali melihatnya.”

Ashana mendadak kelu, rasanya tak mungkin jika ia mengatakan bahwa itu adalah adik dari mantan kekasihnya. Apalagi, Nayanika tahu hampir keseluruhan kisah cintanya bersama Faza.

“Err, dia … dia itu … “ kata Ashana tergagap.

“Dia siapa, Ashana? Katakan dengan lebih jelas.”

“Dia Vanya, adiknya Faza,” kata Ashana dalam satu tarikan napas.

“W-what? Adiknya Faza? Faza yang itu?” tanyanya tak percaya.

Ashana mengangguk, “Memangnya ada berapa banyak Faza di kota ini, Nik?”

“Seriously? Bagaimana bisa dia ada di sini, kau dan dia kan … atau jangan-jangan?”

Ashana menghela napas, “Biar aku jelaskan.”

“Tentu saja kau harus menjelaskannya padaku! Cepat, ceritakan padaku,” desak Nayanika penuh rasa penasaran. “Aku hanya pergi 3 bulan, tapi sudah banyak yang terjadi di sini.”

Ashana lalu mulai menceritakan segalanya, dimulai dari kematian Danendra, perusahaan Lazuardi yang hampir bangkrut hingga kesepakatan pernikahan dengan Faza untuk menghindarkan perusahaan Danendra dari kebangkrutan.

Mendengar keseluruhan ceritanya, air mata Nayanika tak bisa lagi dibendung, ternyata selama ia pergi, Ashana telah menerima banyak kesedihan dan luka.

Menyeka air matanya, Nayanika sontak mendekati Ashana lalu memeluk perempuan berhijab itu dengan erat. Seolah dengan itu, Nayanika bisa menghilangkan sedikit rasa pedih dari hati Ashana.

“Aku turut sedih dengan apa yang terjadi pada Om Danendra dan juga kau,” kata Nayanika dengan mata mengembun.

Ashana mengulas senyum tipis, “Itu sudah berlalu, Nik.”

“Kenapa kau tidak pernah memberitahuku, Sha? Kau tahu kan kalau kau bisa menceritakan dan berkeluh kesah tentang apapun kepadaku.”

“Aku tahu, Nik. Hanya saja … aku tidak mau merepotkanmu terus dengan semua permasalahan hidupku,” ucap Ashana menyeka pipinya dengan ujung tangannya.

“Hei, apa maksudmu dengan kata ‘merepotkanmu terus’? Apakah aku orang lain bagimu?”

“Bukan begitu, Nik. Aku … aku cuma tidak mau—”

“Cukup! Jangan katakan apapun lagi! Dengar aku! Di masa depan, jika kau membutuhkan bantuanku, tolong beritahu aku dengan segera, Ashana. Oke?”

Ashana pun hanya mengangguk, ia bersyukur memiliki teman seperti Nayanika. Baginya, nayanika sudah seperti kakak perempuan.

“Pokoknya, aku tidak mau menjadi orang kedua yang kau hubungi jika kau dalam masalah, kau mengerti?”

“Ya, ya, baiklah aku mengerti.”

Keduanya lalu kembali tertawa. Nayanika kemudian menceritakan pengalamannya saat menangani kasus di luar kota itu, juga membicarakan tentang putri kecilnya untuk menghibur Ashana.

***

Faza memandangi layar monitor yang kini menampilkan grafik pergerakan saham tanpa minat. Padahal biasanya, ia akan tersenyum puas saat harga saham melonjak naik.

Selama lima hari terakhir, suasana hatinya benar-benar sangat buruk, dan pemicunya adalah kepergian Ashana dari rumahnya.

Malam-malam setelah kepergian istrinya, Faza tak pernah bisa tidur nyenyak, bahkan malam-malam sebelumnya juga tidak, tapi Faza tak pernah merasakan kehilangan seperti yang terjadi selama 5 hari terakhir.

Ia sudah mencoba menghubungi Ashana, hanya saja, rasa canggung setelah perdebatan terakhir mereka membuat Faza selalu mengurungkan niatnya itu. Belum lagi, ego kelelakiannya berkata bahwa ia tidak boleh melakukan hal itu.

“Sebenarnya, sedang apa dia?” gumam Faza mulai gusar di tempat duduknya.

Haruskah aku menghubunginya dan meminta maaf? Atau mengiriminya makan siang seperti waktu itu? Ah, tidak, tidak … dia pasti akan semakin besar kepala, pikiran Faza mulai berkecamuk.

Mengetuk-ngetuk meja kerjanya, Faza lalu terpikirkan suatu cara agar bisa menemui istrinya tanpa perlu repot-repot menghubunginya lewat telepon atau pergi ke rumah Ashana. Rumah yang akan mengingatkannya pada semua luka.

Namun, sebelum sempat ia melancarkan aksinya, tiba-tiba pintu ruangannya diketuk, kemudian Albert muncul bersama seorang perempuan.

“Hai, apa kau sibuk?” sapa Indira seraya melangkah masuk. "Bagaimana kabarmu?"

Mau tak mau, Faza kembali duduk dan menyunggingkan senyumnya dan menyambut Indira. Albert langsung berbalik pergi setelahnya.

Indira meletakkan kotak persegi panjang yang di bawanya ke meja Faza. Pria itu terlihat membuka bungkusannya, kedua alisnya bertaut saat melihat isi kotak persegi panjang tersebut.

“Vodka?” tanya Faza seolah tak yakin dengan barang yang dibawa Indira untuknya itu.

Indira mengangguk singkat, kemudian berjalan menuju sofa, membuat dirinya senyaman mungkin saat berada di sana. “Hadiah liburan, saat pergi berbelanja, aku melihat itu dan terpikir kau mungkin akan menyukainya.”

“Thanks, Ind. Tapi aku tidak bisa meminumnya lagi,” akunya jujur. Terakhir kali ia mabuk, ia hampir saja lepas kendali dan melakukannya.

“Kenapa? Hebat juga kau bisa lepas dari minuman terkutuk itu,” ledek Indira, ia tahu persis kemampuan minum Faza. Saat malam-malam tertentu, pria itu akan menghabiskan waktu dengan minum bir kalengan.

“Seseorang bisa berubah sewaktu-waktu, kan?” Faza meletakkan kotak persegi panjang itu di bawah laci meja kerjanya. Mungkin ia akan membutuhkannya sewaktu-waktu untuk menjamu seorang client.

“Kenapa kau datang ke mari?” tanya Faza kemudian, ia bangkit berdiri dan ikut duduk di sofa.

Indira mengerutkan alisnya, “Memangnya tidak boleh jika aku ingin menemuimu?”

“Tentu saja boleh, kau temanku, kapanpun kau bisa menemuiku di sini,” ujar Faza sambil menatap Indira. “Kau ada masalah?”

Indira menggeleng pelan, “Tidak, aku hanya kelelahan saja setelah perjalanan jauh bulan madu,” ejek Indira.

“Andai aku juga bisa pergi bulan madu,” gumam Faza yang sayangnya terdengar oleh Indira.

Perempuan itu terlihat terkejut. “Bulan madu? Kau sudah menikah?” tanya Indira penasaran. Selama beberapa saat ia memusatkan perhatiannya pada Faza.

1
EsTehPanas SENJA
3 bulan itu bisa ketinggalan banyak gosip lho ses... percaya deh ses 😌😶
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
emang dudul jadi laki🤭 udah tahu masih cinta malah egois... 😌
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
emang dudul jadi laki🤭 udah tahu masih cinta malah egois... 😌
〈⎳Mama Mia
sukurrrrr
〈⎳Mama Mia
enak amat punya teman km ginj
〈⎳Mama Mia
sapa lagi tuh
🦆͜͡⍣⃝ꉣꉣUmu⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟🤎§͜¢●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Kenangan dengan orang-orang yg kita cintai tidak mudah untuk dilupakan begitu saja walaupun sudah puluhan tahun terlewati
EsTehPanas SENJA
nah nah nah .... apa? masih cinta? 😳😧
EsTehPanas SENJA
hmmmm bapake ashana penyebabnya... 😳
〈⎳Mama Mia
sopo maneh sehhh
〈⎳Mama Mia
Si Asih tenar banget yakk /Facepalm//Facepalm/
〈⎳Mama Mia
wooo bpk nya ternyata biangnya
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
huf menggantung banget 🥴
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
no comment bab inii 😳
✍️⃞⃟𝑹𝑨 ••iind•• 🍂🫧
Kenapa sama nel, punyaku peran Mbok Asih juga sama 🤣🤣
EsTehPanas SENJA
hmmm iya yah... tapi bukan berarti langsung di tentang 🤔🤔🤔
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
kau masih mencintainya Faza gitu ajaa nggak paham🙄
HK: Kudu disembur dulu kayaknya
total 1 replies
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
emang salah paham 😫😫
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
kenapa tidak k nyaa bedaa font 🥴
✍️⃞⃟𝑹𝑨 ••iind•• 🍂🫧
Huh atau hah? 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!