bekerja di sebuah perusahaan besar tentunya sebuah keinginan setiap orang. bekerja dengan nyaman, lingkungan kerja yang baik dan mempunyai atasan yang baik juga.
tapi siapa sangka, salah satu sorangan karyawan malah jadi incaran Atasannya sendiri.
apakah karyawan tersebut akan menghindar dari atasan nya tersebut atau malah merasa senang karena di dekati dan disukai oleh Atasannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halaman Tiga Puluh Empat
***
Laudya sudah tidak merasakan Lemas lagi, ia sekarang sudah benar-benar sembuh. tadi pagi ia Berangkat sendiri dengan memesan Ojol, karena masih di larang Ibu nya untuk mengendarai Motor sendiri.
Ia berangkat sendiri karena tidak pesan atau telepon masuk dari Maxim yang mengatakan akan menjemput nya, dan Laudya juga tidak begitu berharap.
Makanya tadi pagi, setelah sarapan ia langsung memesan Ojeg online.
Laudya mengabari kedua temannya kalau nanti Siang ia akan ikut makan di kantin dengan Mereka, awalnya kedua temannya itu tidak yakin. karena selama ada Maxim di perusahaan maka Laudya pasti akan di minta untuk makan siang dengannya.
Laudya sedang menyiapkan agenda rapat untuk Dua jam lagi, selama ia sakit semua tugasnya Nanda yang kerjakan.
“Pagi menjelang siang Mbak.” Sapa Seorang Pria yang kini sudah berdiri di hadapan Laudya.
Laudya ingat, Pria tersebut Salah satu teman dekatnya Maxim.
“Pagi juga Pak David, Bapak sudah di tunggu oleh Pak Maxim didalam.” Ucap Laudya.
“Kalau gitu saya masuk dulu ya.” Pamit David.
Rapat hari ini memang akan di adakan dengen Perusahan pihak David, padahal dari jadwal nya akan di lakukan dua jam lagi, tapi tamu ini sudah datang lebih awal.
Tapi hanya datang sendiri, mungkin Sekretaris atau Asisten pribadi nya akan menyusul belakangan.
Pintu yang ada di hadapannya kembali terbuka, Maxim dan David sama-sama keluar hanya berselang beberapa Menit dari kedatangan David.
“Sudah kamu siapkan?” Tanya Maxim.
“Sudah pak.”
“Kalau gitu kita ke ruangan Meeting sekarang.” Ucap Maxim kepada Laudya.
Laudya mengikuti langkah mereka dari belakang, untuk sekarang memang Laudya yang mendampingi Maxim, karena Nanda sedang ada pekerjaan lain.
Dan kini mereka semua sudah berkumpul di ruangan Meeting, ada beberapa ketua Devisi juga disana. mereka akan membahas soal kerjasama dengan perusahaan yang di pimpin David.
.
Meeting selesai di Jam Sebelas Siang, cukup lama memang mereka membahas soal kerjasama. Laudya dan yang Lainnya keluar dari ruangan tersebut setelah meeting selesai, sementara Maxim dan David Masi berada di sana.
“Gimana, Lo udah ada mutusin kapan mau lamar Laudya?” Tanya David.
“Belum, kan dari awal juga mau bulan depan.” Jawab Maxim.
“Kalau Menurut Gue pas acara nikahannya Sensen aja.” Saran David.
“Gak enak Gue sama yang punya acara.” Balas Maxim.
“Kalau gitu pas pulangnya aja, bawa ke tempat yang romantis.” David kembali memberikan saran.
Sengaja ia terus memaksa Teman nya ini untuk segera melamar Laudya, kapan lagi kan melihat temannya yang kaku ini menyukai seorang perempuan.
Apalagi David bisa melihat dari tatapan Maxim kenapa Laudya, begitu tulus.
“Nanti Gue minta Nanda buat nyari tempatnya.” Ucap Maxim.
“Hari ini Gue makan siang disini ya, Gue udah pesan Makanan nya sekalian punya Lo Juga.” Ucap David.
“Hemm.” Maxim berdiri dan keluar dari ruangan tersebut dan di ikuti oleh David.
“Biasanya Lo makan siang sama Laudya atau Nanda?” Tanya David. Mereka juga berjalan beriringan.
“Tergantung.” Jawab Maxim.
David hanya menganggukkan kepalanya saja, ia tidak bertanya lagi.
Mereka sudah kembali ke ruangan kerja Maxim, dan pesanan makanannya juga sudah sampai.
“Nanti Malam Gue nginap di Apartemen Lo ya.” Ucap David.
“Lo punya tempat tinggal Sendiri, kenapa malah ke tempat Gue?”
“Hehe, salah satu penghuni tetangga Apartemen Gue ada yang meninggal kemarin Malam. Jadi untuk Malam ini sampai satu Minggu kedepan mau nginap di tempat Lo aja.” Jawab David.
“Cuma Malam ini doang, sisanya Lo balik ke rumah orang tua Lo aja.” Ucap Maxim.
“Pelit amat sih Lo, Kalau Gue balik kesana yang ada nanti di suruh Nikah.” Ucap David.
“Kalau gitu Lo jual aja tuh apartemen, terus beli lagi di tempat lain.” Sarah Maxim.
“Bakalan lama, gak akan langsung ke jual.” Ucap David.
“Lo bukan orang susah ya, beli dulu aja yang baru.” Sinis Maxim.
“Hufff, yaudah Gue ikut saran Lo aja. nanti Gue mau nyari di tempat Lo aja, biar mudah kalau mau ngumpul.” Putus David.
.
Ternyata masih ada yang menggosipi Laudya, saat ia ke kantin. sudah terdengar bisik-bisik tentang dirinya yang berantakan kerja sendiri.
Mereka mengira kalau Laudya dan Maxim sedang ada masalah, makanya keduanya tidak terlihat berangkat bareng.
Prasangka tersebut semakin kuat saat melihat Laudya Makan siang di kantin bukan dengan Maxim.
“Lo lagi berantem sama Pak Maxim?” tanya Dea.
“Gak, mereka aja yang mikir kalau gue lagi berantem.” jawab Laudya.
“Biar Gue yang pesan, mau makan apa?” Tanya Safa.
“Samain aja, minumnya air putih.” Jawab Laudya.
Safa pergi tempat Makanan, sementara Dea pergi ke tempat minuman. sementara Laudya hanya duduk, itung-itung menjaga tempat duduk Mereka takutnya kalau ketiganya pergi nanti pasti akan ada nempatin.
Dea sudah kembali membawa tiga minum untuk mereka, selang beberapa menit Safa datang membawa nampan yang berisi Soto Ayam lengkap dengan Nasinya.
Katanya kalau gak sama Nasi, tidak akan kenyang. makanya setiap memesan Soto pasti pakai Nasi, tapi kalau pesannya Bakso atau Mi Ayam tentu tidak.
“Persiapan pernikahan Lo udah berapa persen?” Tanya Laudya.
“Katanya sih udah 85%, Yang urus kan para orang tua. Gue sama Mas Sensen cuma nyari Cincin, fitting baju pengantin sama Foto prewedding.” Jawab Safa.
“Udah foto prewedding nya?” Tanya Dea.
“Belum, baru nanti Sabtu sore.” Jawab Safa.
“Kenapa acaranya gak di Hotel?” Tanya Dea kembali.
“Lebih enak di rumah sendiri, biar gak perlu repot-repot pergi ke Hotel dulu. lagian halaman Rumah juga lumayan luas buat pasang tenda sama pelaminan.” Jawab Safa.
“Ah Gue juga jadi pengen Nikah.” Ucap Dea.
“Tinggal minta di lamar, kan Lo punya pacar.” Ucap Laudya.
“Dia selalu ngehindar kalau Gue lagi bahas soal pernikahan.” Balas Dea.
“Belum siap mungkin, Dananya Belum terkumpul.” Ucap Laudya.
“Bukan belum terkumpul, tapi habis di pakai jalan-jalan. Gue sering lihat di story Instagram nya, hampir setiap Minggu pasti pergi jalan sama teman-teman nya, dan nih anak malah diam terus, kalau Gue punya pacar begitu penuh baik minta putus.” Ucap Safa.
“Ya gimana ya, Gue sama keluarga nya sudah dekat. kalau tiba-tiba Minta putus, terus di tanya alasannya apa? Masa gara-gara dia jalan-jalan terus.” Ucap Dea.
“Ya gak salah Kalau memang mau jawab seperti itu, atau nanti Lo coba ajak bicara. Terus tanya mau serius atau cuma main-main.” Saran Laudya.
“Semoga aja dia mau di ajak bicara.” Ucap Dea.
Padahal dari dulu Laudya dan Safa tidak begitu setuju saat Dea berpacaran dengan pacarnya yang Sekarang.
Menurut mereka, pacarnya Dea itu masih labil. Apalagi usianya satu tahun di bawah Dea.