CERITA INI MENGANDUNG 21++. DISARANKAN BIJAK MEMILIH BACAAN!
DISARANKAN JUGA UNTUK TIDAK AMBIL SERIUS CERITA INI. TUJUAN AUTHOR UNTUK MENGHIBUR NGANA SEMUANYA.
Miya Andara, seorang perempuan berkaca mata, berpenampilan sederhana yang bekerja di sebuah perusahaan property terbesar di Jakarta, tidak menyangka akan terjebak di dalam sebuah pernikahan dengan seorang lelaki yang ia temukan dalam kondisi mabuk pada suatu malam.
Bagas Gumilang, seorang CEO perusahaan property besar itu tidak bisa menolak permintaan ayah dan ibunya untuk menikahi Dara saat mereka kedapatan di dalam kamar yang sama.
Bagas yang sudah memiliki kekasih mau tidak mau harus menikahi Dara atas desakan kedua orangtuanya yang terlanjur salah paham.
Akankah keduanya bertahan dalam hubungan tanpa cinta yang akhirnya mengikat mereka dalam pernikahan dadakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Heart to Heart
Dara meremas kedua telapak tangannya. Ia sudah sampai di penginapan beberapa menit yang lalu. Belum ada tanda-tanda kehadiran Bagas, yang ia tahu dari hentakan langkah kaki sepatu.
Dara duduk di pinggir ranjang. Cahaya lampu yang remang seolah menggambarkan suasana hatinya yang sedang tidak tenang. Dara masih bingung harus bagaimana menghadapi Bagas nanti. Lelaki itu tentu akan terus mengejarnya. Lah gimana gak ngejar orang ketemunya tiap hari kok.
Suara derap langkah sepatu mulai terdengar. Jantung Dara serasa mau lepas dari tempatnya. Semakin panas dingin dia saat suara itu terdengar berhenti tepat di depan pintu kamarnya.
Tok tok tok
Dara memeluk tiang ranjang erat-erat. Tapi tak ada gunanya, suara itu tetap saja terdengar. Dara memberanikan diri, ia harus berani melawan buaya gondrong demi harga diri Nyai!
Dara mulai melangkahkan kaki lebih percaya diri, ia segera menekan handle pintu lalu membukanya.
"Aku udah bilangin ya Mas gak ada main kuda-kudaan!" ujar Dara dengan keras sambil memejamkan mata.
"Mbak? siapa yang mau main kuda-kudaan? saya cuma mau nganterin ini." Suara lelaki berpakaian pelayan itu membuat Dara segera membuka mata. Ia mengatupkan bibir rapat saat melihat pria itu menatapnya dengan senyum terkulum.
"Maaf, Mas. Saya kira buaya gondrong." Dara buru-buru membungkukkan badan.
"Gak papa Mbak, ini ada minuman dan kentang goreng free yang memang disiapkan oleh tempat kami setiap malam, kami akan mengantarkannya kepada seluruh tamu."
Dara segera menerima nampan berisi minuman juga kentang goreng itu lalu mengucapkan terima kasih. Sumpah demi bapak yang udah nabrak kandang bebek ibu Nuning, Dara jadi malu sekali pada pelayan itu.
Pelayan yang masih menatapnya aneh itu segera berbalik badan dan berjalan menjauh.
"Siapa buaya gondrong? perasaan gak ada list nama itu di buku tamu." gumam pelayan sambil berpikir keras.
Dara segera menutup pintu begitu si pelayan sudah berjalan menjauh. Ia segera meletakkan nampan lalu meraih minuman dingin itu dan menegaknya hingga hampir habis.
"Terlalu shock memang bikin haus." Dara bergumam sembari meletakkan lagi gelas yang sudah hampir kosong.
Tok tok tok
Kali ini pintu kembali diketuk. Dara yang sudah tidak berfikir macam-macam segera membuka pintu. Mungkin pelayan tadi kembali dengan membawa benda lain lagi.
Ia tersenyum lalu membuka pintu. Senyumnya mendadak hilang saat ia melihat siapa yang sekarang berada di depan pintu kamarnya. Dara berusaha menutup pintu, tapi lelaki itu juga segera mengambil tindakan dengan mendorong pintu secepat mungkin sebelum Dara menguncinya lagi.
"Buaya, udah jangan gini. Kita baikan ya, aku gak bakal bantah lagi tapi kamu gak boleh ngajak aku main kuda-kudaan, aku gak bisa." ujar Dara sambil berjalan mundur.
Bagas menatap jengah Dara yang nampak cantik dengan baju yang ia beli tadi. Dada besarnya tercetak jelas, membuat Bagas tidak lagi mampu menahan hasrat untuk menguasainya.
"Ra, udahlah gue udah capek. Mau belah duren aja susah banget." keluh Bagas sambil terus berjalan maju menyudutkan Dara ke tembok.
"Kan kemarin udah belah duren, Mas." sahut Dara takut.
"Bukan belah duren itu, Ra. Gue mau itu. Nyai. Nyai lo yang masih perawan itu." balas Bagas berapi-api.
Dara sontak langsung menutup Nyai yang masih terlindung baju itu dengan kedua tangannya.
"Gak bisa Mas Bagas. Tolong jangan minta ini."
" Ra..." Bagas sudah kehilangan kata-katanya.
"Mas Bagas harus ngerti."
"Ngerti apa, Ra? kita nikah udah satu bulan lebih. Lo emang gak ada rasa pengen begituan sama gue?" cecar Bagas sambil meraup wajahnya sendiri.
"Ada sih, Mas .. tapi.."
"Nah ada kan? ayo kalo gitu." Bagas meraih jemari Dara lalu menariknya menuju ranjang. Ia segera mendorong tubuh Dara hingga terjerembab ke atas kasur.
"Eehmmmmp..." Dara tidak bisa melawan saat Bagas sudah menyatukan bibir mereka dengan rakus. Dara memukul-mukul dada Bagas, ia hampir kehabisan nafas!
"Mas... lepasin, aku gak bisa! aku gak bisa ngelepasin keperawanan aku sama orang yang gak cinta sama aku!" sentak Dara di tengah nafasnya yang sudah memburu. Bagas menatap Dara sendu. Ia sudah dikuasai nafsu. Tapi setelah Dara menyebut satu kata yaitu cinta, ia jadi lemas. Benar apa yang dua Tarzan itu katakan. Dara akan memberi tubuhnya hanya kepada lelaki yang mencintainya, bukan sekedar menikahinya.
Bagas terduduk di tepi ranjang. Dara melakukan hal yang sama. Mereka duduk bersisian. Bagas menoleh, menatap bibir Dara yang sedikit membengkak karena ganasnya ciuman yang berikan tadi.
"Sorry ya Ra, gak seharusnya gue paksa elo gini." suara Bagas jadi lemah. Dara jadi bergetar mendengarnya.
"Mas Bagas... aku mungkin sudah menjadi istri kamu. Aku sudah mendapatkan status itu dari kamu. Tapi, kalau kamu gak cinta sama aku, mana mungkin aku memberi tubuhku ini pada lelaki yang tidak mencintaiku? bagaimana kalau nanti sewaktu-waktu, kamu tidak lagi menginginkan aku. Pernikahan ini, pengakuanmu kepada Mama waktu itu, katamu kau tidak cinta padaku. Bagaimana mungkin Mas aku menyerahkan hartaku yang paling berharga ini kepada kamu yang tidak mencintaiku? setidaknya, kalau nanti kamu ingin menceraikanku, biarkan aku tetap memiliki kehormatan ini dan memberikannya hanya kepada dia yang mencintaiku kelak." ujar Dara lirih. Ada airmata mengambang, suara bergetar itu menandakan Dara juga sebenarnya menginginkan sentuhan Bagas. Tapi kembali lagi, ia hanya akan memberikan kesuciannya pada lelaki yang benar-benar mencintainya, bukan sekedar menikahinya. Jelas, dua hal itu berbeda.
"Ra... gue emang belum sepenuhnya bisa mencintai lo. Tapi, gue mau jujur, gue suka jadi suami lo. Gue suka kehadiran lo di sisi gue sekarang. Gue... gak tahu ini cinta atau bukan, tapi gue ngerasa ada yang beda aja setiap gue dekat sama lo. Selain ya, gue pengen belah duren sama lo, hal lainnya karena memang gue nyaman." sahut Bagas sambil tersenyum.
Bagas kemudian berdiri. Ia menoleh pada Dara yang masih tertunduk.
"Ra, gue ke kamar sebelah ya. Sorry, gue kayaknya mesti bisa dapetin hati lo dulu, baru bisa dapetin itu walaupun sebenarnya sekarang gue ngerasa gue udah mulai suka sama lo."
Dara tersenyum masih dengan wajah tertunduk. Ia melepas kepergian Bagas ke kamar sebelah tanpa berniat untuk mencegahnya.
Bagas sendiri merasa sudah lebih lega karena mereka sudah bicara dari hati ke hati. Bagas memang sedang dalam tahap menerima Dara sebagai istrinya. Untuk menceraikan Dara, ia sama sekali tidak pernah memikirkan hal itu.
Tapi, Bagas mengerti, Dara tentu perlu waktu. Yang penting ia sudah bicara jujur. Semoga Nyai mengerti keinginan Jeki.
Dara membersihkan riasan wajahnya. Ia berbaring dengan gaun yang masih melekat di tubuh. Sudah satu jam sejak pengakuan Bagas dan dirinya tadi. Ia belum bisa tertidur. Setelah menggosok gigi dan membasuh wajah, Dara berbaring dengan pikiran masih melantur kemana-mana.
Ia membuka akun sosmed, melihat Bagas memposting satu poto saat dirinya tengah memasak saat itu. Masih ditutupi stiker di bagian wajahnya.
Nyai, Jeki akan sabar menunggumu
Dara tersenyum, suami gondrongnya itu belum tidur. Dara jadi flashback, mengulang kembali pertemuan pertama mereka yang tanpa sengaja di lobby perusahaan, lalu kenangan saat Bagas mencium Dara untuk pertama kali ketika berada di dalam lift. Lalu saat Bagas kembali berhasil mencuri ciumannya juga bermain di kedua gunung kembarnya saat di kamar mandi waktu itu, juga tadi, saat Bagas kembali menciumnya dengan paksa.
Dara mengusap bibirnya sendiri. Perasaannya jadi aneh. Dara ingin sentuhan itu saat ini. Semakin ia menahan, ia malah semakin dibuat penasaran.
Dara bangkit Dari tempatnya berbaring, ia melangkah keluar kamar secepatnya.
Mana yg aku inget cuman nama peran laki lakinya aja pokoknya namanya Bagas, trus istrinya sekretaris dia.
Yahh pokoknyaa senenggg bgtttt akhirnya ketemu sama novel ini, udah pengen baca ulang dari tahun kemarin tapi ga ketemu mulu.