Mohon bijak dalam membaca, jangan lompat Bab dan blom like ya ...😘
Qyana Selyana Putri, gadis cantik yang mengalami transmigrasi kedalam tubuh seorang gadis yang bernama Astara Kalyana Rayder, gadis cantik yang menjadi kesayangan kelima kakak laki-lakinya.
Meski begitu, Astara tidak merasa bahagia, apalagi sejak dia kehilangan kedua orangtuanya saat dia masih berusia sepuluh tahun, Astara merasakan kehampaan di dalam hidupnya, hingga membuatnya tidak lagi memiliki semangat untuk hidup.
Namun hal itu tidak pernah dia perlihatkan di hadapan kelima kakaknya, hingga suatu malam, setelah pembicaraan dia dengan seorang wanita, kekasih dari Sang kakak pertama. Setelahnya, Astara memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Hilangnya jiwa Astara, rupanya membuat raga itu di isi oleh jiwa Qyana yang pada saat yang sama telah di bunuh oleh sahabatnya sendiri.
Tak rela dengan takdir hidupnya yang seperti itu, Qyana memutuskan untuk menerima hidupnya yang kedua menjadi Astara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Adiramanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
@@@@@@
**Di rumah tua terbengkalai yang ada di tengah hutan**.
Astara yang sejak tadi tidak sadarkan diri terlihat mengerjapkan matanya, menoleh kesamping dan melihat seisi ruangan yang kosong tanpa ada tanda-tanda orang di sana.
Rumah yang terlihat gelap dan sunyi dengan lantai yang berdebu, membuat Astara terasa sesak saat dia ingin menghirup udara segar.
Tubuhnya yang terasa sakit semua, membuat dia ingat saat terakhir kali ingatannya berada di taman samping kediamannya.
Namun entah darimana datangnya, seseorang tiba tiba membekap mulut Astara dengan menggunakan obat bius, hingga membuatnya berakhir di tempat ini.
Duduk di sebuah kursi tua dengan keadaan terikat dan tubuh yang terasa lemas juga sakit saat dia baru menyadari jika kondisinya sedang tidak baik baik saja.
"*Hah ... kenapa aku bisa berakhir di tempat ini?, apa aku akan mati untuk kedua kalinya*?," batin Astara pada dirinya sendiri.
Cukup lama Astara terdiam dengan pikirannya, dia kemudian mendengar suara pintu yang berderit. Pertanda, jika ada seseorang yang memasuki ruangan itu.
Dan sepertinya bukan hanya satu orang yang memasuki ruangan tempat dimana Astara di sekap, Sebab, Astara bisa mendengar ada lebih dari dua orang yang sedang berjalan menghampiri dirinya.
"Apa dia sudah sadar?," tanya seorang wanita yang menatap penuh kebencian pada Astara.
"Sepertinya belum," jawab seorang pria yang sejak tadi memperhatikan Astara diam sambil menundukkan wajahnya.
"Tsk ... kenapa lama sekali, bukankah orang yang akan membelinya sebentar lagi tiba?,"
"Tenanglah Olivia sayang, bukankah hal ini akan jauh lebih mudah bagi kita," jawab si pria sambil mengecup bibir wanita yang bernama Olivia tersebut.
Mantan kekasih dari Ashlan yang sebenarnya sudah di berikan peringatan oleh Ashlan untuk tidak mengusik Astara lagi, namun yang dia lakukan sekarang seperti masuk ke kandang singa tanpa persiapan apapun.
Sebab, Olivia berpikir jika Ashlan tidak akan tahu apa yang terjadi pada Astara sekarang, namun siapa yang tahu, bukan hanya Ashlan saja yang akan turun tangan jika menyangkut keselamatan Astara.
"Jadi ... si rubah sedang menunjukkan wujudnya," sahut Astara yang kemudian mendongak menatap Olivia dan pria yang berstatus sebagi kekasihnya sekarang.
"O ... rupanya kamu sudah bangun," ucap Olivia penuh keangkuhan.
"Ya ... karena kalian begitu berisik," kata Astara yang sedikit menyindir perilaku Olivia yang sedang bercumbu dengan kekasihnya.
"Sepertinya kau tidak sadar dengan posisimu wanita ja\*\*\*ng," kesal Olivia yang paham akan apa yang diucapkan oleh Astara tadi.
"Sepertinya kau harus berkaca dahulu jika ingin menyebutku ja\*\*\*ng, dasar wanita murahan," balas Astara memaki Olivia.
Dan hal itu rupanya membuat Olivia terkejut, karena dia tidak pernah mengira jika Astara akan melawan dirinya, hal yang berbeda dengan orang yang dia temui terakhir kali di kediaman Ashlan.
"Kau terlihat terkejut Olivia," ucap Astara sambil menyeringai, saat melihat Olivia yang terkejut akan sikapnya.
Merasa tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Astara, Olivia berjalan maju untuk lebih dekat dengan Astara dan ...
**Plak**
Satu tamparan yang cukup keras mendarat di pipi Astara, bahkan sudut bibirnya terluka karena tamparan yang sangat keras itu.
"Jaga ucapanmu wanita sialan, dan kupastikan, mulai sekarang kau tidak akan bisa bicara sembarangan lagi," kata Olivia yang di sertai dengan amarah.
"Tahan emosimu sayang, kau tidak bisa melukai wajahnya seperti itu," sahut si pria, atau kita bisa menyebutnya Devas, seorang bandar narkoba sekaligus sebagai *Trafficker*, orang yang memperdagangkan manusia.
Terutama wanita cantik seperti Astara yang dinilai memiliki nilai jual yang tinggi.
Olivia yang mendapatkan peringatan begitu oleh Devas, hanya bisa diam sambil berjalan menjauh dari Astara yang menahan sakit akibat tamparan Olivia barusan.
Hingga tidak lama setelah kejadian itu, seorang bodyguard Devas masuk untuk menghampiri Devas.
"Boss, mereka sudah sampai," ucap bodyguard tersebut.
"Baiklah, kalau begitu bawa dia," perintah Devas pada bawahannya.
"Tapi Boss, mereka sedikit berbeda dari orang yang terakhir kali kita temui,"
"Mungkin itu orang baru, lagipula aku tidak begitu perduli asalkan aku mendapatkan uangku," jawab Devas tanpa ada rasa curiga sedikitpun.
Dan memilih untuk berjalan lebih dulu bersama dengan Olivia yang tersenyum senang, sedangkan Astara terlihat di tarik paksa oleh bodyguard Devas tadi.
Hingga saat mereka sudah berada di luar rumah tua tersebut, Devas bisa melihat orang-orang yang sedikit berbeda dengan orang yang sempat dia temui beberapa hari yang lalu.
Namun sepertinya hal ìtu tidak membuat dia curiga sedikitpun, karena yang terpenting baginya sekarang adalah uang yang akan dia dapatkan dari hasil menjual Astara.
"Apa kalian suruhan Tuan Morgan?," tanya Devas pada satu orang yang dia yakini sebagai pimpinan mereka.
"Ya ... Tuan Morgan yang menyuruh kami untuk mengambil mainannya," jawab orang itu dengan suara beratnya.
Astara yang merasa familiar dengan suara itu sedikit mengangkat wajahnya, dan dari topi yang dia kenakan dan gelapnya malam. Astara bisa melihat wajah orang yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan sebelumnya akan menolongnya.
"Apa kau merusak mainannya," ucap orang itu lagi yang kali ini mampu membuat Devas merinding saat mendengar suaranya.
Sedangkan orang itu, Ravandra. Terlihat sedang menahan amarahnya saat dia melihat sedikit luka di sudut bibir Astara.
Seandainya dia datang lebih cepat, mungkin dia tidak akan melihat Astara sampai terluka seperti sekarang, namun sebelum sampai ketempat itu, Ravandra harus membereskan orang yang tadinya ingin membeli Astara.
Dan hal itu bisa dengan mudah dia ketahui dari banyaknya informan yang bekerja keras untuk memberikan informasi secepat mungkin mengenai Astara.
Sebab, mereka sadar jika mereka tidak bisa bermain-main dengan perintah dari Ravandra, sekali saja mereka melakukan kesalahan, maka kalian bisa mengucapkan selamat tinggal dengan kemewahan yang sudah kalian miliki.
"Ada sedikit insiden saat dia melawan," jawab Devas yang sempat gemetar saat bersitatap dengan mata elang Ravandra yang terlihat menyala di kegelapan malam.
"Jika begitu, maka kalian tidak akan mendapatkan uangnya,"
"Hei ... itu hanya sebuah goresan kecil, bukankah yang lebih penting yang ada di balik pakaiannya," ucap Devas sambil tersenyum penuh arti pada Ravandra yang tidak melepas tatapanya dari Astara.
"Sepertinya aku akan mengeluarkan isi kepalamu," sambil menyeringai kearah Devas.
"Tutup matamu sayang, dan lupakan apa yang terjadi malam ini," ucap Ravandra lagi sambil tersenyum manis pada Astara.
Astara yang paham maksud dari Ravandra, langsung menutup matanya, dan seketika Astara menutup matanya. Astara bisa mendengar suara teriakan Olivia.
Namun dia tidak mendengar adanya suara tembakan ataupun sejenisnya, hal yang tiba-tiba membuat dia penasaran dan ingin melihat apa yang terjadi.
Namun sebelum dia sempat membuka matanya, Astara merasakan jika ada seseorang yang membuka tali, yang sejak tadi mengikat tubuhnya.
"Tetap jadi anak yang baik sayang, dan jangan pernah buka matamu sampai aku mengijinkanmu untuk membukanya," bisik Ravandra yang kemudian mengendong Astara ala bridal.
Pergi dari tempat itu dan membiarkan para bodyguardnya yang akan membersihkan kekacauan itu, termasuk dengan Olivia yang langsung pingsan saat melihat Devas yang tewas seketika di hadapannya.
**TBC**
/Hey//Hey//Hey/