Hati siapa yang tidak tersakiti bila mengetahui dirinya bukan anak kandung orang tua yang membesarkannya. Apalagi ia baru mengetahui, jika orang tua kandungnya menderita oleh keserakahan keluarga yang selama ini dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Awalnya Rahayu menerima saja, karena merasa harus berbalas budi. Tetapi mengetahui mereka menyiksa orang tua kandungnya, Rahayu pun bertekad menghancurkan hidup keluarga yang membesarkannya karena sudah membohongi dirinya dan memberikan penderitaan kepada orang tua kandungnya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Yuk, simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Bab 31
POV Author
"Hadeeh! Bener-bener menyusahkan! Kenapa tidak menyusul suaminya sekalian sih?! Lihat ini, habis lengan Ibu di cakar sama dia! Huh!"
"Ya Ampun kasihan lengan Ibu jadi jelek berbekas gitu. Harusnya tadi petugas itu kasih obat penenang dulu sebelum kita datang biar tidak repot begini."
"Pokoknya nanti di rumah Nenek mu, dia tidak boleh di manja. Pasung saja biar tidak bikin malu kelayapan kemana-mana."
"Tenang saja, aku sudah minta Ibu membuat kamar mandi sendiri di gudang belakang untuk dia. Jadi dia tidak perlu keluar gudang itu."
"Wah, bagus juga ide Ayah. Arumi setuju itu. Sayangnya kita tidak boleh membiarkannya mati. Bisa-bisa, warisan ini ganti wali. Selama ada dia, perusahaan masih mentransfer keuntungan ke rekeningnya. Lumayan kan Bu."
"Banyak ya?" Tanya Marlina antusias.
"Kalau lagi bagus ya banyak Bu, ratusan juta. Sayangnya dia tidak pakai ATM. Dan penarikan biasanya di lakukan setahun sekali. Setelah Ayah meninggal dulu, penarikan sudah dilakukan ketika dia masih belum terlalu depresi. Sekarang akan sulit menarik uang itu."
"Kan bisa pakai surat pernyataan dan tanda tangan dia." Ujar Marlina.
"Sulit Bu, kalau dia tidak waras sepenuhnya. Bank tidak akan mau mencairkan. Kalau sampai ketahuan pengacara pun, bisa-bisa dia yang akan menjadi wali Arumi sampai wanita itu benar-benar waras. Dan juga pasti sulit nantinya, apa-apa harus sepengetahuan pengacara itu."
"Setidaknya uang itu utuh dan aman. Memangnya kamu tidak punya hak buat mengambilnya?" Tanya Marlina.
"Ayah meninggalkan syarat Bu. Ketika dia tiada, rumah berserta isinya akan di serahkan kepada Arumi kalau sudah berusia 18 tahun. Tetapi perusahaan tetap di kelola wanita itu. Karena dia sakit, perusahaan sementara di pegang oleh pemilik saham tertinggi ke dua karena Arumi tidak punya skill buat mengurusnya. Tetapi jatah bulanan Arumi tetap di berikan seperti biasa. Dan Arumi bisa menguasai semua kalau sudah selesai kuliah dan berusia 25 tahun."
"Kenapa di bikin repot sih?!" Kata Marlina.
"Karena itu, Arumi menjual semuanya yang di wariskan ke Arumi. Supaya tidak ada yang meminta haknya kembali. Kurang lebih seperti pencucian uang. Bahaya kalau ada tahu Arumi bukan anak kandung keluarga itu."
Arumi menjelaskan panjang lebar kepada ibunya. Sedangkan Adinata mendengarkan dengan seksama sambil menyetir.
Hanya dalam 30 menit, mereka tiba di rumah sang Nenek alias Warsih. Warsih segera membukakan pintu dan membantu menyeret wanita tadi di masuk ke dalam rumah, sedangkan Arumi menutup pintu rumah kembali rapat-rapat.
"Gila mereka! Siapa wanita itu sebenarnya. Kenapa cara mereka membawanya masuk sekasar itu sih?!" Ucap Arka kesal melihat prilaku satu keluarga itu.
Arka dan Rahayu ternyata membuntuti Arumi dan orang tuanya sampai ke rumah Warsih tanpa sepengetahuan mereka. Sedangkan Rahayu memandang sekitar rumah karena ia baru kali ini tahu tempat tinggal Nenek tua yang selama ini tidak pernah menyukai dirinya.
"Mereka pasti akan lama di dalam. Kita kembali lagi saja ke Rumah Sakit tadi untuk mencari informasi siapa wanita tadi. Siapa tahu mereka mau buka suara. Karena wanita itu bukan pasien mereka tadi." Ujar Arka.
" Iya Mas."
Rahayu menurut saja karena pikirannya pun sedang kemana-mana. Ia terlihat pasrah Arka melajukan kendaraannya. Hampir setengah jam kemudian mereka tiba di RSJ. Arka dan Rahayu segera mendatangi petugas Rumah Sakit di bagian administrasi.
Arka melihat petugas yang berjaga, bukan orang yang sama waktu ia bertanya tempo hari. Ia pun berharap kali ini bisa mendapatkan data pasien yang sejak kemarin membuatnya penasaran.
"Mas, mau tanya."
"Ya Mas, ada apa?"
"Ada wali pasien yang bernama Arumi Jelita kan Mas?"
"Oh, Mbak Arumi baru saja berhenti melakukan pengobatan disini Mas."
"Kalau boleh tahu, siapa ya pasien itu Mas. Soalnya temen saya ini sepupu Arumi yang mencari dimana Tantenya di rawat." Arka terpaksa berbohong.
"Oh, namanya Bu Lilik Rukmana. Disini data beliau sebagai Ibu dari Mbak Arumi."
Deg,
Jantung Rahayu berdebar-debar mendengar apa yang di ucapkan petugas itu. Wajahnya terlihat sedikit pucat dan tangannya meremas ujung baju yang ia kenakan.
"Itu Tante saya. Sakit apa beliau Mas, apa parah?"
Kali ini Rahayu ikut berbohong. Entah kenapa ia ingin tahu lebih banyak wanita yang di seret paksa oleh orang tuanya dan Neneknya tadi.
"Beliau depresi. Tidak terlalu parah sih sebenarnya. Mungkin karena beliau jarang di kunjungi keluarga dan jarang di ajak bicara oleh orang-orang terdekatnya jadi mental beliau sekarang mengarah ke depresi yang lebih parah."
"Terima kasih informasinya Mas. Kami permisi dulu."
"Ya Mas sama-sama."
Arka langsung merangkul Rahayu yang tampak terdiam mematung seperti terlihat syok di matanya. Entah apa yang Rahayu pikirkan dan Arka ingin mencari tempat yang lebih tenang untuk memulihkan kondisi mental gadis itu.
"Kamu baik-baik saja Yu?" Tanya Arka ketika mereka sudah di parkiran.
Rahayu mengangguk tapi tidak bersuara.
"Kita pulang saja ya?"
Begitu mendengar ajakan Arka, ia pun segera naik ke sepeda motor dan berpegangan pada jaket yang di kenakan Arka.
Tadinya Arka ingin singgah dulu ke sebuah kafe sebelum pulang untuk membahas apa saja yang mereka lihat dan temukan hari ini. Namun melihat kondisi Rahayu, ia mengurungkan niatnya dan melaju untuk segera sampai ke rumah.
"Yu...."
Rahayu yang tampak masih syok menoleh pada Arka. Tadinya begitu tiba di rumah, ia langsung turun dari motor Arka tanpa bicara sepatah kata dan melangkah pelan seperti orang ling lung tanpa memperhatikan sekitar.
"Semua akan baik-baik saja." Ucap Arka mencoba membuat Rahayu tenang meski ia tidak sepenuhnya yakin kata-kata itu mampu membuat Rahayu tenang.
Rahayu tanpa menjawab kembali memunggungi Arka. Ia terus melangkah menuju rumah kecil melewati saling rumah utama dan melintasi gazebo serta taman seperti biasa.
Arka menatap sendu Rahayu. Ia begitu iba melihat apa yang menimpa gadis itu.
Sementara itu tanpa sepengetahuan Arka dan Rahayu, laporan dari informan terus masuk kepada Kakek Sugeng. Lelaki tua itu sedang mengatur rencana tanpa di ketahui dua remaja itu.
"Dir, siapin kandang yang apik buat cucak rowo. Kasihan toh, sana sini di gowo ora di urus sing bener. Buat skenario yang apik yo. Kamu tak potong gaji setahun kalau gagal." Perintah Kakek Sugeng yang membuat Dirman menelan ludah mendengarnya.
"Siap Pak." saya Jawab Dirman.
Kelaki itu kemudian menghubungi beberapa orang silih berganti. Sedangkan sang Kakek berjalan meninggalkan ruang tengah menuju gazebo.
"Bu, tolong panggilkan Rahayu dan temui saya, di gazebo." Ujar Kakek Sugeng ketika melintasi dapur dan melihat Bu Aminah disana.
"Baik Tuan."
Bu Aminah meninggalkan pekerjaannya dan segera menuju rumah kecil untuk memberitahu kepada Rahayu. Sedangkan Kakek Sugeng terus melangkah menuju gazebo.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊
mas aji sengaja bust Kamu cemburu agar Kamu siap mental' ka, biar mau belajar kelola perusahaan .. kan calon penerus Kakek Sugeng
orang' ayu ituu jodohmu ka
kapan arka bisa bersatu sama Rahayu