Ibrahim anak ketiga dari pasang Rendi dan Erisa memilih kabur dari rumah ketika keluarga besar memaksanya mengambil kuliah jurusan DOKTER yang bukan di bidangnya, karena sang kakek sudah sakit-sakitan Ibrahim di paksa untuk menjadi direktur serta dokter kompeten di rumah sakit milik sang kakek.
Karena hanya membawa uang tak begitu banyak, Ibrahim berusaha mencari cara agar uang yang ada di tangannya tak langsung habis melainkan bisa bertambah banyak. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan memilih satu kavling tanah yang subur untuk di tanami sayur dan buah-buahan, karena kebetulan di daerah tempat Ibrahim melarikan diri mayoritas berkebun.
Sampai akhirnya Ibrahim bertemu tambatan hatinya di sana dan menikah tanpa di dampingi keluarga besarnya, karena Ibrahim ingin sukses dengan kaki sendiri tanpa nama keluarga besarnya. Namun ternyata hidup Ibrahim terus dapat bual-bualan dari keluarga istrinya, syukurnya istrinya selalu pasang badan jika Ibrahim di hina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Assalamualaikum, sayang. Mas pulang"
Ibrahim baru pulang dari sawah miliknya, karena sekarang musim panen padi. Jadi Ibrahim lebih sering ke sawah miliknya ketimbang kebun, kebun juga sudah di urus oleh Yadi orang kepercayaan selama ini jika Ibrahim sibuk mengurus sawah atau mengecek kebun yang ada di luar kota.
"Walaikumsalam" sahut Arumi dengan wajah datar
Ibrahim menatap heran ke arah istrinya, tak biasanya istrinya bersikap seperti itu padanya. Biasanya istrinya akan menyambutnya dengan tersenyum manis dan segelas air minum, saat ini jangan kan segelas air minum senyum pun tak ada sama sekali untuknya.
"Kamu kenapa sayang? kamu sakit?" Ibrahim menghampiri istrinya yang sedang duduk di sofa, Arumi menggeleng.
"Tidak, Arumi sehat" jawab Arumi ketus
"Kok tumben kamu bersikap kayak gini? Ada apa? Kalau ada masalah cerita?" ucap Ibrahim dengan lembut
"Mas kenapa bohongin Arumi? Mas sebenarnya sudah tahu tentang ibu kandung Arumi, kenapa Mas gak cerita sama Arumi? Arumi ingin cari tahu sendiri tapi Mas larang, padahal sebenarnya Mas sudah tau semuanya"
Air mata Arumi mengalir, entahlah mengapa semenjak hamil Arumi sering kali menangis. Apa karena hormon inu hamil? Arumi tak tahu, tapi sekarang Arumi menangis karena merasa di bohongi oleh suaminya sendiri orang yang selalu Arumi percaya selama menikah.
"Maaf, sayang. Mas sama sekali tidak bermaksud untuk membohongi kamu, Mas hanya belum siap bercerita saja karena tidak tega melihat kamu bersedih dan menangis" jawab Ibrahim dengan wajah sendu
"Tapi sekarang Mas buat Arumi nangis, kalau saja tadi Arumi tidak bertemu dengan Mak Sumi. Arumi tidak akan tahu ceritanya, ternyata Mas lebih dulu bertemu Mak Sumi dan Mas sudah tahu ceritanya"
Arumi menatap suaminya dengan tatapan kecewa, Ibrahim yang di tatap istrinya seperti itu jadi panik. Apalagi air mata Arumi terus mengalir, Ibrahim langsung memeluk istrinya sembari mengucapkan kata maaf berkali-kali agar istrinya tak marah padanya.
"Maafin Mas ya, sayang. Karena Mas memang belum siap cerita sama kamu, Mas yang mendengarnya saja merasa marah. Mas hanya tidak mau kamu menjadi stres apalagi kamu lagi hamil, kamu tahu kan bagaimana dampak bahayanya jika ibu hamil stres"
Ibrahim berkata penuh dengan kelembutan, tangisan Arumi berhenti. Arumi tidak menyangka begitu besarnya cinta suaminya untuknya, Ibrahim masih memikirkan perasaannya dan kehamilannya. Hingga akhirnya, Arumi memaklumi alasan suaminya yang menyembunyikan fakta tentang ibu kandungnya.
"Apa kamu sudah mendengar semuanya?" tanya Ibrahim
Ibrahim menangkup wajah istrinya sembari menatap bola mata istrinya, kemudian Ibrahim mengecup kening istrinya dan mencium kedua mata istrinya yang terpejam. Arumi yang mendapat ciuman lembut dari suaminya, cukup lama memejamkan kedua matanya lalu Arumi mengangguk.
"Mak Sumi juga bakal mengajak Arumi ke makam Bunda, kata Mak Sumi Bunda tidak suka di panggil Ibu semasa hidupnya makanya Arumi panggil Bunda Maira saja. Bunda mempunyai nama yang bagus, cuma takdirnya saja yang tidak bagus"
"Baik kita akan ke sana sama-sama, Mas bakal temenin kamu. Terus bagaimana dengan ibu tirimu?" mendapat pertanyaan seperti itu, membuat Arumi mengepalkan tangannya.
"Arumi bakal cari bukti untuk membersihkan nama baik Bunda, Arumi akan membuat wanita itu menderita karena sudah memfitnah Bunda dengan sangat keji" terlihat dari pancaran bola mata Arumi, Arumi memendam dendam pada Bu Ani.
Keesokan harinya......
Hari ini adalah hari keberangkatan Arham ke luar kota, sudah sejak subuh Arham sibuk. Awalnya Bu Ani ingin mengantar kepergian Arham, tapi Arham tak mengizinkan. Jadi Bu Ani hanya mengantar di depan rumah saja, Arka dan Laras sudah mengetahui kalau Arham akan pergi ke luar negeri.
"Kamu yakin gak mau di antar sampai ke terminal?" tanya Arka pada Arham yang sedang menunggu ojek online pesanannya datang
"Gak perlu, Mas. Aku jadi takut ragu dan gak jadi pergi kalau kalian mengantar aku dengan wajah sedih" sahut Arham beralasan, Arka mengangguk
"Baiklah, jika nanti kamu ada masalah jangan lupa hubungi Mas ya"
"Mas Arka benar, seharusnya tidak perlu ke luar negeri kalau kamu ingin mengobati rasa sakit mu cukup berlibur saja tapi kami juga tidak bisa mencegah kamu untuk pergi"
"Aku cuma mau bertanggung jawab, Mbak. Apalagi gara-gara aku sertifikat rumah peninggalan Bapak ke gadai, doain aku semoga betah dan titip Ibu ya Mbak"
Lalu Arham menatap ibunya yang sejak tadi diam saja, Arham tahu pasti ibunya sedih saat ini. Karena sebenarnya Bu Ani berat untuk melepas anak bungsunya merantau tapi Bu Ani tidak bisa berbuat apa-apa, jadi hanya bisa menatap kepergian anak bungsunya dengan wajah sedih.
"Aku pamit ya, Bu. Ibu jaga kesehatan, kalau ibu merasa kesepian ibu bisa menginap di rumah Mas Arka dan Mbak Laras"
Arham mencium punggung tangan ibunya dengan takzim, kemudian Arham memeluk wanita yang telah melahirkannya itu. Tidak lupa Arham pamit pada Arka dan Laras lalu Arham melangkah pergi menuju ojek online yang di pesannya tadi, ketika hendak pergi Arham menatap rumah yang di tempatinya sejak lahir.
Arham menghela napas panjang, jujur dalam hatinya terasa berat meninggalkan ibunya. Tapi ini juga demi kebaikan hatinya yang harus segera di sembuhkan, tak mungkin Arham terus-menerus terbelenggu dengan masa lalunya tentu Arham harus kembali menata masa depannya yang masih panjang perjalanannya.
Perlahan ojek yang membawa Arham menghilang di balik belokkan jalan, Bu Ani terlihat menghapus air matanya. Bu Ani sangat sedih apalagi selama ini Arham tak pernah jauh darinya, ini pertama kalinya Arham pergi jauh.
"Sudah, Bu. Tidak usah sedih, kita seharusnya bangga pada Arham karena dia mau mempertanggung jawabkan perbuatannya" kata Arka berusaha menenangkan ibunya
"Mas Arka benar, Bu. Ibu tidak usah merasa kesepian, ada Laras. Laras akan selalu menemani ibu, jadi ibu tidak usah merasa kesepian" ujar Laras ikut menenangkan ibu mertuanya
.
.
.
Ibrahim memandang wajah istrinya yang terlelap, Ibrahim menarik napas. Kasian melihat istrinya yang tadi menangis setelah tahu kenyataan tentang ibu kandungnya, Ibrahim pun sebenarnya juga marah pada ibu tiri istrinya yang tega-tega memfitnah ibu mertuanya padahal keduanya sempat dekat bahkan ibu mertuanya begitu baik dengan ibu tiri istrinya.
"Aku janji akan selalu membahagiakanmu dan menjadi suami yang selalu ada untuk mu"
Ibrahim mengecup kening istrinya dengan penuh kelembutan, Ibrahim tidak mau sampai istrinya terbangun. Karena belum merasakan kantuk, Ibrahim memutuskan keluar kamar dan menonton TV di depan. Mata Ibrahim begitu fokus menatap layar TV, sampai akhirnya terganggu ketika suara HP-nya berdering.
#
#Jangan Lupa Follow Ya
FB: Marisa Hafizoh
IG: hafizoh_17
happy ending juga....
cerita yg bagus