Clarissa Tamara, seorang wanita cantik dari keluarga terpandang. Ayahnya seorang pengusaha mapan, dan dia merupakan anak pertama dari keluarga itu.
Tapi kasih sayang ayah dan ibunya hanya tertuju kepada adiknya seorang, bahkan saat adiknya merebut tunangannya ayah dan ibunya malah membiarkannya dan mendukung hubungan mereka.
Rasa marah dan kecewa membuat Clarissa tak peduli lagi dengan keluarga, dia berusaha mati-matian mendirikan perusahaan miliknya untuk membalas dendam atas apa yang di lakukan oleh keluarga.
Dan untuk mengobati rasa sendiri nya, tak sengaja dia bertemu dengan seorang pria gelandang berwajah tampan.
Tanpa tahu indentitas aslinya, Clarissa membawa pria itu ke rumahnya dan menjadikannya pria penghangat ranjangnya.
Tapi bagaimana jika Clarissa mengetahui identitas pria itu, apa yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AngelKiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 : Sebagai imbalannya aku akan menghangatkan ranjang mu
Brian berjalan dengan tertatih-tatih, supir yang menemaninya sudah mati. Dan kini dia tak bisa menghubungi temannya karena sinyal dan juga handphone sudah rusak.
Dengan badan penuh luka, Brian tetap berusaha berjalan. Dia tak ingin jika dirinya di tangkap oleh para kepar*t itu.
"Dasar pengecut, akan ku buat kalian membayarnya.." Gumam Brian.
Luka di tubuhnya cukup parah, dan membuat darahnya mengalir hebat. Nafasnya sudah sesak tapi Brian tetap berusaha untuk terus berjalan.
Clarissa yang baru pulang dari restoran setelah menemani rekan bisnisnya, tak sengaja melihat seorang pria yang tengah berjalan dengan tubuh yang penuh luka.
"Berhenti.." Ucap Clarissa.
Supir yang mendengar perintah dari majikannya pun langsung menghentikan mobilnya, Clarissa segera turun dari dalam mobil dia dan supir pribadi nya segera membantu pria itu untuk masuk ke dalam rumah.
"Kita bawa dia ke rumah.." Ucap Clarissa.
"Kenapa Nyonya? Kenapa tidak langsung ke rumah sakit saja."
"Rumah sakit terlalu jauh, dan lukanya harus segera di tangani." Ucap Clarissa.
Kemudian Clarissa langsung menelpon dokter pribadi nya dan menyuruhnya membawa banyak peralatan medis.
Brian yang samar-samar melihat seorang wanita duduk di sampingnya, dan kini dia berada di dalam mobil.
Sesampainya di rumah.
Clarissa langsung menyuruh para pelayan nya untuk membawa pria asing itu masuk ke ruang tamu, dan dokter pribadi Clarissa pun segera mengobati luka pria itu.
Clarissa duduk terdiam di ruang tamu, dia memikirkan tindakan bodohnya yang malah membawa pria asing itu ke rumahnya.
"Arg.. Kenapa aku bodoh sekali, kenapa tidak bawa dia saja ke rumah sakit." Gumam nya.
Tapi yang terpenting adalah keselamatan orang itu, meski Clarissa tak kenal tapi dia bukan orang yang tak punya hati sampai membiarkan orang mati begitu saja.
Cukup lama Clarissa menunggu di ruang tamu, dan dokter yang menangani pria itu pun langsung keluar dari kamar.
"Bagaimana keadaan nya?" Tanya Clarissa.
"Sekarang pendarahan sudah bisa di hentikan, tapi dari luka yang di lihat seperti nya pria ini korban tabrak lagi." Ucap Si dokter menjelaskan.
"Korban tabrak lagi? Tapi sepertinya tak masuk akal. Aku menemukannya di jalan yang di sampingnya hanya hutan dan aku tak melihat mobil satu pun yang melewati jalanan itu." Ucap Clarissa.
"Iya hanya perkiraan ku saja.." Jawab si dokter tersebut.
Clarissa hanya menganggukkan kepalanya, kemudian dokter itu pun segera pamit. Karena kondisi pria itu pun sudah stabil dan hanya tinggal menunggu dia siuman saja.
Clarissa penasaran dengan wajah pria itu pun segera masuk ke dalam kamar tamu, di atas ranjang ada seorang pria tengah berbaring lemah.
Pria itu memiliki tubuh yang atletis dengan otot tangan dan perutnya yang menonjol. Begitu juga dengan wajahnya yang tampan, untuk beberapa detik Clarissa tak bisa berkedip, dia tak menyangka ada ciptaan Tuhan yang sangat sempurna seperti ini.
"Apa masih belum puas?"
Clarissa yang mendengar pria di hadapannya itu berbicara langsung menatap pria itu, sebuah senyuman terukir di wajah pria itu.
"Kau sudah sadar?" Tanya Clarissa sambil menutup rasa malunya.
"Iya.." Jawab Brian dan berusaha untuk bangkit.
Luka seperti ini tak mampu membuatnya untuk mati, "Jadi kenapa kau menjadi seperti ini?" Tanya Clarissa.
Brian menatap wanita di hadapannya itu, sebuah senyuman tipis terukir jelas di wajahnya.
"Emm.. Entahlah, coba tebak." Ucap Brian.
Clarissa menatap tajam pria itu, kemudian Clarissa menatap dengan teliti pria di hadapannya itu.
"Ah, aku tahu. Kau pasti seorang pria penghangat ranjang para Tante-tante girang, dan karena suami mereka tahu setelah itu kau di celakai." Ucap Clarissa menyimpulkan.
"Kenapa kau bisa beranggapan seperti itu, nona.."
"Aku wanita yang pintar dan aku bisa menganalisis setiap subjek dengan benar." Ucap Clarissa.
"Baiklah, aku memang seorang gelandang dan aku di celakai oleh orang. Tapi untuk penghangat ranjang itu tidak benar." Jawab Brian.
"Jadi karena kau sudah siuman, kau bisa keluar dari rumah ku." Ucap Clarissa.
"Bagaimana jika aku tak ingin keluar dari rumah ini." Ucap Brian tanpa tak tahu malu.
"Kau.." Tunjuk Clarissa, dia tak menyangka jika dirinya membawa seorang pria yang tak tahu malu seperti orang ini.
Brian kemudian menarik tangan Clarissa dan menjatuhkan di atas ranjang, dan di atasnya sudah ada Brian.
"Sebagai imbalannya, aku akan menjadi penghangat ranjang mi. Nona.." Ucap Brian sambil mencium wangi harum rambut milik Clarissa.
"Penghangat ranjang?" Ucap Clarissa.
"Iya, aku akan memuaskan mu.. Dan mungkin kau kan sangat senang atas servis dari ku. Tapi tenang saja, aku tak menuntut kau membayar ku dengan uang, dan lagi pula aku tak tergiur dengan harta mu.." Ucap Brian yang dengan mudahnya membaca pikiran Clarissa.
"Lepaskan aku, kau sedang terluka.." Ucap Clarissa sambil mendorong pelan tubuh Brian.
Setelah itu Clarissa segera pergi meninggalkan Brian sendirian di kamar tamu, setelah keluar dari kamar Clarissa langsung berjalan pergi ke kamarnya.
Detak jantungnya tak bisa di kontrol, wajah pria itu terlalu menggoda untuknya, dia sudah lama tak dekat dengan pria dan dia dulu hanya dekat dengan Alvin.
Dan jika di bandingkan dengan pria itu, Alvin jelas kalah saing. Dari segi tubuh dan juga wajah.
Clarissa langsung berlari ke ranjang miliknya di peluknya guling di sampingnya itu, dia masih memikirkan apa yang di katakan oleh pria itu.
Tapi Clarissa lupa kenapa dia tidak menanyakan nama pria asing itu, kemudian Clarissa terpikir sebuah rencana. Bagaimana jika dia memanfaatkan pria itu untuk membuat Alvin cemburu.
Secara sekarang dia adalah wanita yang kaya raya dan memiliki pria yang sangat tampan, pasti Alvin akan marah dan terbakar api cemburu.
Tapi sebelum itu, Clarissa harus memastikan identitas nya terlebih dahulu. Karena dia tak ingin berurusan dengan pria jahat, Clarissa yang kecapean pun langsung tertidur.
Sementara itu.
Brian yang duduk di ranjang pun melihat tubuhnya yang masih di perban, tapi rasa sakit di tubuhnya sudah tidak dia rasakan lagi.
Mungkin karena dia memiliki tubuh yang kuat.
Brian tersenyum tipis saat mengingat wanita di hadapannya itu, Brian bisa menebak jika wanita itu adalah wanita yang hebat dan di tambah dia memiliki wajah yang cantik.
Dan mungkin beberapa bulan dia akan menganggap tinggal di sini sebagai liburan, dan dia ingin merasakan hangatnya tubuh wanita yang telah menyelamatkan hidupnya itu.
Wajahnya yang imut dan bibirnya yang tipis, serta tubuh kecilnya yang berisi membuat Brian semakin tak sabar. Dia ingin sekali merasakan hangatnya tubuhnya.
Biarlah harga dirinya jatuh, yang terpenting sekarang ada kesenangan dulu. Lagi pula tak buruk menjadi gigolo wanita tadi karena dia sangat-sangatlah cantik.