Judul Novel SEKAR
Sekar sangat penasaran, siapakah orang tua kandungnya, kenapa dia dibesarkan oleh keluarga Wawan. Dikeluarga Wawan Sekar sudah terbiasa menerima cacian, makian bahkan pukulan, segala hinaan dan KDRT sudah menjadi makanannya setiap hari, namun Sekar tetap bertahan, dia ingin tahu siapa orang tua kandungnya, kenapa dia dibuang
Sekar dijemput Cyndi untuk diajak bekerja di Jakarta, dia curiga bahwa kedua orang tua angkatnya menjualnya untuk dijadikan wanita panggilan. Sekar tidak berdaya menolaknya, disamping dia berhutang budi kepada keluarga Wawan dia juga diancam. Tapi Sekar agak merasa tenang, semalam dia bermimpi bertemu Kakek Buyutnya yang bernama Arya, Kakek Arya memberi sebuah Cincin dan Kalung ajaib, benda-benda tersebutlah yang akan membantu Sekar dikemudian hari
Bagaimana kisah Sekar selanjutnya, nasib apakah yang akan menimpanya, Adakah orang yang akan menolong Sekar keluar dari sindikat penculiknya. ikuti kisah Sekar yang mengharukan dan menegangkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nek Antin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WARISAN KAKEK BUYUT
“Sekar... Sekar... Sekar…."
Sekar seperti terbangun dari tidurnya.
Dia kaget dengan keberadaannya sekarang,
“Dimana aku, dan siapa yang manggil manggil namaku."
Sekar datanglah kesini Nak."
Sekar menoleh ke kiri dan ke kanan mencari siapa yang memanggilnya.
“Maaf Anda siapa ya, dan Saya ada dimana?”
“Kesini Nak, Saya Kakek Buyutmu."
Kemudian Sekar melangkahkan kakinya sambil melihat sekelilingnya.
Dia berada disebuah taman yang indah.
Banyak bunga-bunga bermekaran di sana, terasa asri dan udara segar masuk kedalam rongga dadanya.
Dia belum bisa melihat siapa yang memanggilnya.
“Kesini lah Nak, ini Kakek Buyutmu."
Tiba-tiba di depannya sudah berdiri seorang kakek tua berambut panjang, beruban dan berjanggut putih menatapnya dengan penuh kasih sayang,
“Kesini lah Nak." panggil kakek itu.
“Kamu pasti bingung siapa Kakek, Kakek adalah salah satu Kakek Buyutmu."
"Kakek ingin memberikan ini, kalung dan cincin untuk bekal kamu menemukan orang tuamu, dan juga jati dirimu."
“Pakailah Nak, dengan kalung ini kamu akan terlindungi."
"Setelah kamu pakai kalung dan cincin ini, kamu akan langsung mendapat warisan ilmu langka yang akan membantumu, agar tidak ditindas orang."
" Kamu akan bisa ilmu bela diri."
"Jika kamu sentuh cincin itu, kamu bisa mendengar orang yang bercakap-cakap."
"Meskipun itu jaraknya tidak dekat denganmu atau orang itu berbisik-bisik."
"Konsentrasi pada orang yang menjadi obyeknya."
"Kamu juga bisa membaca isi hati orang di sekitarmu."
'Satu lagi, kamu juga bisa menyerap ilmu apapun, pada orang-orang di dekatmu tanpa orang tersebut berkurang ilmunya."
"Terimalah ini sebagai bekal mencari keluargamu, dan gunakan untuk kebaikan."
“ Siap Kakek, tapi orang tua saya yang mana ?”
"Bukankah yang disini adalah orang tua saya?”
“Bukan, orang yang kamu ikuti sekarang itu adalah orang yang disuruh memelihara kamu."
“Ada orang jahat yang telah mencelakakan keluargamu."
“Jadi orang tua kandung saya sekarang ada di mana Kek."
"Sabarlah Nak, nanti kamu akan menemukan keluargamu."
“ Hari ini kamu akan dijemput orang."
"Orang tua angkat mu sudah menjual kamu kepada germo."
"Jangan takut Sekar, Kakek akan selalu mendampingi mu."
"Ikuti saja yang jadi rencana orang jahat itu."
" Disana lah awal perjalanan hidupmu Nak."
“Saya takut Kek."
“Jangan takut."
"Bukankah Kakek sudah memberi bekal kalung dan cicin?"
"Gunakan nanti jika dibutuhkan."
"Ingat ya Nak, hanya untuk membela diri dan membela kebenaran."
“Ya Kek terima kasih."
“Ya Nak, siapkan mental dan hati kamu ya, tetap semangat."
“Siap Kakek, semoga Sekar diberi jalan keluar dan Allah selalu melindungi Sekar, aamiin yra."
Tiba-tiba diluar kamar bu Asih teriak-teriak memanggil Sekar.
“Sekar… Sekar … Sekar …., tok tok tok, bangun!"
"Sarapan paginya mana Sekar, tidur dah kayak kebo!"
"Bangun... bangun Sekar…!"
“Siapa sih, berisik banget, ah ternyata aku bertemu Kakek hanya dalam mimpi."
"Tadi nama kakek siapa ya, saya kok lupa, , eh iya kakek Arya kalau tidak salah,"
"Ternyata hanya mimpi, tapi kenapa ini kalung dan cicin yang kakek Arya berikan kok ada di leher dan jariku."
"Tadi itu ngimpi apa beneran sih, bingung jadinya," batin Sekar."
“Sekar …. Sekar …Sekar..., woi bangun pemalas!”
“Iya Bu sebentar."
Pelan-pelan Sekar keluar dari kamar.
“Ada apa ya Bu?"
“Ada apa, ada apa, sudah jam berapa sekarang?"
"Orang-orang sudah pada ribut mau sarapan, kamu malah baru bangun."
"Dasar pemalas, tukang tidur, cepet masak!”
“ya Bu, maaf."
Dengan lesu Sekar berjalan ke dapur menyiapkan sarapan untuk keluarga ibu angkatnya.
Mereka terdiri dari ayah, ibu dan kedua adik angkatnya.
Sementara Sekar masak bu Asih dan pak Wawan sedang terlibat pembicaraan yang serius.
“Pak, gimana tuan Thomas, jadi mau jemput Sekar?”
“Jadi Bu, nanti siang nona Cyndi yang diperintah ke sini."
"Tolong bilang sama Sekar, suruh siap-siap biar nona Cyndi tidak lama menunggu."
“Bilangnya ke Sekar mau diajak kemana Pak?”
“BIlang saja mau dikasi pekerjaan di kota."
"Daripada dia di rumah menganggur, dan jadi beban kita, mending dia kita suruh kerja biar bisa menghasilkan uang."
“Tapi uang untuk penggantian Sekar sudah ditransfer kan Pak?”
“Sudah, kemaren tuan Thomas mentransfer seratus juta."
"Bilangnya sih mau ditambahi lagi kalau sudah melihat orangnya."
"Kalau orangnya cantik dan sesuai yang diinginkan, akan ditambah lagi."
“Sukur deh, uang seratus juta kan bisa buat beli rumah sederhana, dikampung ini dapat dua rumah."
"Nanti satu bisa untuk Sandi, satu lagi buat Intan."
"Nah kalau ada tambahan, Ibu pengin beli baju."
"Sudah lama lo Ibu tidak beli baju."
“Atur saja, Bapak tidak masalah."
"Sekarang cepat kasih tahu Sekar."
"Oh ya sarapan sudah siap belum?, bapak sudah mau berangkat kerja ni."
“Ya Pak sebentar, Ibu mau lihat ke dapur dulu."
Bu Asih langsung menuju dapur.
“Sekar, sudah selesai belum masaknya?”
“Sudah Bu, Sekar masak nasi goreng, tinggal Sekar bawa ke meja makan."
“Ya sudah, cepet taruh di meja makan."
"Bapak, Sandi sama Intan sudah menunggu."
“Ya Bu."
“Ibu..., sarapannya lama sekali sih, aku sudah lapar dan sudah kesiangan juga," teriak Intan tidak sabaran.
“Iya Bu, Sandi juga nih mau ada ulangan pagi, jadi harus berangkat pagi, cepetan, nanti Sandi terlambat."
“Cepat Sekar, lihat itu, gara-gara kamu tidur tidak tahu aturan, semua jadi kesiangan,"
Sekar hanya diam sambil membawa nasi goreng ke meja makan.
“Kak, kamu itu lelet amat sih jadi orang, saya kesiangan tahu!”
“Iya nih tidak bisa diandalkan, suruh pergi saja Bu bikin beban keluarga kita."
Sekar sangat geram mendengar celotehan adik-adik angkatnya,
Kemudian Sekar pura-pura kepleset, dan nasi goreng yang ada ditangannya lepas jatuh tumpah semuanya."
Karena waktu jatuh tangan sekar sengaja membalikkan tempat nasi gorengnya, sehingga tertumpah semuanya.
“Sekar...! apa-apaan kamu, lihat ulah mu, nasi gorengnya tumpah semua, sekarang kami makan apa!, teriak bu Asih.
“Makan angin," Sekar nyaut dengan cuek.
“Apa katamu?”
Bu Asih sudah siap menampar pipi Sekar, tapi keburu dicekal tangannya oleh pak Wawan.
“Bu ingat ya, jangan ada bekas luka di tubuh Sekar."
"Apalagi ada bekas tamparan di pipi Sekar."
"Apa Ibu mau ditegor nona Cyndi?”
“Ah sialan kamu Sekar."
“Sudahlah, tidak usah diributkan, Bapak makan di warteg saja nanti."
"Sandi dan Intan sarapan di kantin sekolahan."
'Ibu bisa masak mi dulu ya."
"Ayo anak-anak kita berangkat."
“Pak duwit jajannya tambahi buat sarapan."
“Ya sudah ini Bapak tambahi."
Mereka bertiga segera berangkat.
Sandi dan Intan berangkat sekolah.
Sandi kelas 2 SMA, Intan kelas 1 SMA.
Sedangkan pak Wawan jadi supir ojek online motor.
Sandi dan Intan naik motor berboncengan, karena kebetulan sekolahnya sama.
Sedang Sekar tahun ini sudah lulus SMA.
Kepenginnya melanjutkan kuliah, tapi pak Wawan tidak mau membiayainya.
Sepeninggalan mereka bertiga bu Asih mencari Sekar di dapur.
“Sekar!, puas kamu pagi-pagi sudah bikin ulah?"
“Bu, kenapa sih Ibu itu selalu marah-marah sama Sekar?”
“Apa Ibu dan Bapak tidak sayang sama Sekar?”
“Sayang katamu?, untuk apa kami sayang sama kamu."
" Kamu itu ya, sudah beruntung Ibu sama Bapak menyekolahkan kamu sampai SMA."
"Kamu harusnya berterima kasih."
“Lah kan memang sudah jadi tanggung jawab Ibu dan Bapak, menyekolahkan anak-anaknya."
"Termasuk aku, kan anak Bapak Ibu juga."
“Bukan, kamu bukan anak kami."
"Kamu itu anak yang dibuang oleh keluargamu."
" Karena kebaikan kami saja, kamu kami pelihara dan kami sekolahkan hingga sampai SMA."
"Kamu harusnya balas budi pada kami."
“Dengan cara apa?”
"Nanti siang ada yang mau menjemputmu untuk kamu kerja di kota."
“Kerja apa Bu?"
“Kerja apa saja yang penting dapat uang."
“Apa saja Bu?, termasuk jadi pelacur?”
“Kenapa tidak, mukamu tidak jelek, pasti gampang dapat duwit banyak."
“Ibu ngomong begitu, apa Ibu tidak takut dosa?"
"Tobat Bu, tobat, mengapa Ibu jadi menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, dosa Bu, dosa."
“Lo yang jadi pelacur kan kamu, kok Ibu yang dosa."
“Tapi Ibu yang menjual Sekar."
“Ya itu kan bentuk balas budi kamu sudah Ibu besarkan dan sekolahkan."
"Balas budi kan bisa dengan cara lain."
“Ibu, tega sekali Bu sama Sekar."
Sekar terasa diiris -iris hatinya mendengar semua perkataan bu Asih.
Meskipun dia anak angkat, tapi dari kecil kan sudah dia pelihara.
Apa tidak ada rasa sayang dihatinya.
Dengan perasaan kecewa Sekar berniat meninggalkan dapur, tapi bu Asih menahannya.
“Sekar tunggu, sebentar lagi nona Cyndi datang."
"Kamu siap-siap dan berangkat ikut dengannya."
"Bekerjalah biar dapat uang, kemudian kirim ke Ibu, dari pada di sini jadi beban.'
Sekar hanya diam dan langsung pergi masuk kamar untuk siap-siap meninggalkan rumah yang penuh drama dan penyiksaan.
Selama ini bukan hanya omelan dan makian tiap hari yang didapat Sekar.
Tapi pukulan, jambakan dan tendangan yang selalu menemani hari-harinya.
Ada rasa sukur yang dia rasakan bisa pergi meninggalkan rumah ini.
Entah bagaimana takdir dia nanti, yang jelas dia percaya dengan takdir baik yang akan Allah berikan padanya.
Juga ada Kakek Arya yang akan selalu mendampingi dan menjaganya