NovelToon NovelToon
Suamiku Pria Tulen

Suamiku Pria Tulen

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis
Popularitas:19.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: Sept

Nur Azizah gadis biasa yang telah dijual oleh tantenya sendiri untuk menebus rumah yang akan disita. Nur tidak menyangka, nasibnya akan tragis. Saat orang yang membeli tubuhnya berusaha menodai gadis itu, dengan susah payah Nur berusaha kabur dan lari jauh.
Dalam aksi pelariannya, Nur justru dipertemukan dengan seorang pria kaya raya. Seorang pria tajir yang katanya tidak menyukai wanita.
Begitu banyak yang mengatakan bahwa Arya menyukai pria, apa benar begitu?

Rama & Irna

Masih seputar pria-pria menyimpang yang menuju jalan lurus. Kisah Rama, si pria dingin psiko dan keras. Bagaimana kisah Irna hidup di sisi pria yang mulanya menyukai pria?


Jangan lupa baca novel Sept yang lain, sudah Tamat.
Rahim Bayaran
Istri Gelap Presdir
Dea I Love You
Menikahi Majikan

Instagram Sept_September2020

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Janji Seorang Pria

Suamiku Pria Tajir #17

Oleh Sept

Rate 18+

Pagi yang mendung, semendung hati Nur Azizah. Gadis itu masih terbaring di atas ranjang. Sedangkan suaminya, pria itu sedang mandi. Setelah perkataan Arya semalam, mengenai kompensasi atas tindakan pria tersebut. Nur tidak menangapi, gadis itu memilih memejamkan mata. Berharap semua hanya mimpi. Berharap, bila ia bangun dan membuka mata, semua kembali seperti semula.

Sayang, harapan tinggal harapan. Rasa perih yang tertinggal, membuat Nur tidak bisa melupakan kejadian demi kejadian yang terjadi semalam. Bagaimana Arya mengoyak tubuhnya, Nur tidak bisa melupakan itu semua.

Klek

Terdengar pintu terbuka, Nur bergeming. Gadis itu diam sama, mungkin ia sedang marah pada Arya. Tapi jelas ia tidak bisa memaki pria tersebut. Nur bukan pribadi yang kasar, tidak suka dengan kata-kata makian dan umpatan kasar. Alhasil, ia hanya mendiamkan Arya, sebagai bentuk rasa marah dan kecewanya.

"Aku sudah siapkan air hangat, mandilah!" seru Arya sembari menatap Nur yang masih di atas ranjang.

Nur lantas turun, ia tidak menatap wajah suaminya sama sekali. Ia berjalan, menahan perih di bagian inti. Pergulatan kasar semalam, menyisahkan rasa sakit sampai pagi.

Arya menghela napas panjang, mengusap wajahnya dengan kasar. "Astaga! Apa yang sudah aku lakukan pada gadis itu?" batin Arya ketika menatap bercak darah di atas seprai yang putih tersebut.

Dengan cepat, Arya menarik kain seprai. Kemudian melemparkan ke sudut ruangan. Setelah itu ia merapikan semua barang-barang mereka. Pagi ini juga, ia dan Nur akan check out dari hotel itu.

Beberapa saat kemudian.

Masih tidak mau bicara, ketika Arya mengatakan mereka akan keluar dari hotel pagi ini, Nur tidak merespon. Hanya diam, membisu bagai batu.

***

Di dalam sebuah mobil, sesaat yang lalu mereka baru meninggalkan hotel tempat mereka menginap beberapa malam ini. Sekarang Arya mau pulang, mamanya sudah menelpon berkali-kali.

"Kita pulang ke rumah mama dulu."

Nur masih menatap kosong ke luar jendela.

"Nur ... aku bicara padamu."

"Iya," jawab Nur tanpa menoleh.

"Apa kamu sangat marah padaku?" Sambil fokus menyetir, Arya mencoba mengajak bicara istrinya. Ia tidak mau, nanti mama curiga karena Nur sama sekali tidak mau bicara atau menatap dirinya.

"Nur ...!" panggil Arya yang tidak mendapat sahutan.

Chittttt

Arya menepikan mobilnya di pinggir jalan. Ia mau berbicara sebentar, bisa gawat kalau Nur terus-terusan cuek dan dingin padanya.

"Kita tidak akan melanjutkannya perjalanan, sebelum kamu bicara padaku!" cetus Arya.

"Bicara apa lagi, Mas?" Nur menatap Arya dengan mata merahnya.

"Jangan diam saja!"

"Apa aku harus tersenyum? Apa Nur harus pura-pura bahagia? Mas Arya sudah melangar janji!" tutur Nur dengan mata yang berkaca-kaca.

"Aku minta maaf untuk hal itu," ucap Arya kemudian.

Nur kembali berbalik, lebih baik menatap jendela. Melihat wajah Arya, ingatannya langsung lari ke kejadian semalam.

"Aku tidak akan melakukannya lagi!"

Suara Arya terdengar mengelikan di telinganya, Nur tidak percaya. Sekali Arya ingkar, pasti akan ada lagi yang lainnya. Namun, ia hanya gadis biasa. Mau kabur, tapi kabur ke mana? Tempat berteduh saja ia tidak punya. Tetap mengikuti Arya adalah jalan satu-satunya.

Mbremmm

Mobil itu pun kembali melaju, setelah mengendara puluhan kilo, akhirnya mereka sampai di depan sebuah rumah yang sangat besar. Seperti yang sudah-sudah, begitu Arya akan masuk, pintu gerbang otomatis membuka dengan sendirinya.

Kediaman Brotoseno

"Sayang," seru mama saat melihat kedatangan dua orang yang ditunggu-tunggu dari tadi.

"Kok lama? Apa macet?" tanya mama sambil memeluk tubuh Nur.

Arya hanya mengangguk, kemudian masuk terlebih dahulu. Sedangkan mama, wanita paruh baya itu malah sibuk memperhatikan cara jalan pengantin baru. Bibirnya mengembang tak kala mengamati cara jalan Nur. Entah mengapa, ia sangat yakin. Bahwa Arya sudah melakukan tugasnya.

Dengan mata berbinar-binar, mama langsung menyambut semuanya dengan hidangan mewah yang sudah tersedia.

"Kalian pasti belum makan, makan dulu ya."

Ketika wanita itu tersenyum padanya, Nur pun tersenyum balik. Sebuah senyum palsu yang penuh kepura-puraan.

Setelah selesai makan, tuan Brotoseno terlihat terkekeh saat bicara pada putranya. Mungkin tuan Brotoseno sedang mencandai sang putra.

Tak jauh dari sana, mama dan Nur menyiapkan camilan.

"Ini mama bikin sendiri, kue kesukaan Arya. Nanti kita bikin sama-sama ya?" ucap mama penuh harap.

Seperti tadi, gadis itu hanya tersenyum tipis.

"Kamu kok kelihatan pucat, apa semalaman bergadang sampai pagi? Dan lihat kantung mata itu? Astaga! Apa Arya tidak kenal waktu?" gurau mama sambil sedikit terkekeh.

Nur nampak tak enak, pembicaraan keduanya bahkan terdengar Arya yang tak jauh dari situ. Arya merasa semakin tidak enak pada Nur. Mata sembab itu bukan karena kurang tidur, Nur menangis semalaman karena sudah ia paksa untuk melayani dirinya. Sampai di sini, Arya mulai merasa bersalah.

Beberapa jam kemudian

Di dalam kamar, ini adalah kamar Arya waktu masih bujang. Kamar yang jarang ia tiduri. Memiliki apartemen, membuat Arya lebih sering tidur di tempatnya sendiri.

"Kita di sini beberapa hari, nanti Kita akan pindah ke rumah Kita sendiri."

Nur yang kala itu sedang mengeluarkan baju-baju dari koper, tertegun sejenak. Sejak kapan mereka menjadi Kita? Rumah Kita? Namun, itu kata yang sepintas lewat dalam kepalanya. Karena ketika Arya terus saja mengajak bicara, Nur sama sekali tidak menjawab. Hanya mengangguk dan menggeleng, hanya itu saja.

"Aku juga akan mengurus pendaftaran kuliahmu. Anggap itu sebagai kompensasi dariku."

Mendengar kata kuliah, Nur langsung mengangkat wajahnya. Ia mendongak sedikit menatap Arya yang berdiri.

"Nggak, Mas. Nur nggak usah kuliah."

Gadis itu kemudian menurunkan wajahnya. Ia memang ingin sekolah lebih tinggi, tapi bila ia mendapatkan hal itu dari hasil menjual tubuhnya, lebih baik tidak. Bodoh selamanya pun tak apa.

"Kamu masih sangat muda, Nur. Pendidikan itu penting."

"Terima kasih, sudah peduli. Tapi Nur tidak mau."

"Kenapa?"

"Nur tidak mau berhutang budi," jawab Nur tanpa ragu.

"Aku yang berhutang banyak padamu!" ucap Arya.

Nur langsung menelan ludah. Tidak mengerti maksud Arya.

Tok tok tok

"Mama masuk ya?" tanya mama sambil memutar handle pintu.

"Kalian sedang bicara tentang apa? Mengapa wajahnya serius sekali?" sindir mama sambil meletakkan segelas minuman aneh di atas meja.

"Nur, minum ini. Mumpung masih hangat."

"Minuman apa itu, Ma?" Arya merasa curiga pada mamanya.

"Mau tahu saja, urusan wanita. Ayo Nur ..m diminum dulu."

Tidak enak karena mama mertuannya memaksa, akhirnya Nur mendekat dan meminum ramuan aneh tersebut.

Nur memejamkan mata, menahan rasa pahit yang menjalar menembus kerongkongan.

"Pahit sedikit, tapi banyak kasiatnya. Kata bibi ini bagus untuk pasangan pengantin baru. Semoga cepat hamil ya!" ucap mama disertai senyum tulus.

Nur dan Arya saling menatap. Bersambung.

Bila ingin membuat Nur hamil, maka harus dilakukan berkali-kali. Sedangkan Arya sudah janji, semalam adalah yang terakhir. Kamu percaya? Aku nggak.

1
Arida Susida
Luar biasa
Meri
Oalah,antek ny Rama🤦🤦🤦
Nurmiati Aruan
hajar terus Irna....sampe dapat 😂😂😂
Nurmiati Aruan
1 orang Rama belum bisa diringkus.... meresahkan...
Nurmiati Aruan
goda terus kak Irna ..sampe meleleh
Nini Tuti
Luar biasa
Dessy Lisberita
fisual aku suka yg timur Tengah sekedar beri sran
Meyke Joyce Rantung
waduh...bakal ketemu Rama dgn Arya...
Meyke Joyce Rantung
Nur jago bahasa Inggris ya...langsung ngerti tulisan di kertas😅
Meyke Joyce Rantung
Nur koq tidak lapor sekuriti...
Wati indah
Luar biasa
Gagas Permadi
Kevin ngidam brabe dah🤣🤣🤣
Gagas Permadi
papa Arya kenapa Thor 😭😭🤣
Gagas Permadi
Lea bar bar/Facepalm//Facepalm/
Gagas Permadi
Arya sama Rama jadi besanan donk🤭
Gagas Permadi
woooowww
Gagas Permadi
enakan rasanya 🍩
Gagas Permadi
🤣🤣🤣🤣
Gagas Permadi
cieeeee terong udah doyan donat🤣
Gagas Permadi
waaaaah si IRNA. bener² bar bar🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!