Karena dendam pada Seorang pria yang di yakini merebut wanita pujaannya sejak kecil, Alvino Maladeva akhirnya berencana membalas dendam pada pria itu melalui keluarga tersayang pria tersebut.
Syifana Mahendra, gadis lugu berusia delapan belas tahun yang memutuskan menerima pinangan kekasih yang baru saja di temui olehnya. Awalnya Syifana mengira laki-laki itu tulus mencintainya hingga setelah menikah dirinya justru mengetahui bahwa ia hanya di jadikan alat balas dendam oleh sang suami pada Kakak satu-satunya.
Lalu, apakah Syifana akan terus bertahan dengan rumah tangga yang berlandaskan Balas Dendam tersebut? Ataukah justru pergi melarikan diri dari kekejaman suaminya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma Azalia Miftahpoenya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan
Pada saat Syifana sudah selesai dengan kegiatannya, Alvino berniat masuk ke dalam kamar sang istri. Kamar sederhana yang dia berikan sejak perempuan itu menginjakkan kaki di mansion itu.
Alvino sudah membuka pintu, tangannya bahkan masih memegang handle pintu. Sebelah kakinya bersiap untuk melangkah ke dalam kamar yang ukurannya tidak ada seperempat dari kamar utama yang dia tempati seorang diri.
Ketika Alvino hampir melangkah, ponselnya kembali berdering. Pria dewasa itu segera menutup kembali kamar sang istri, lalu melangkah menjauh dari tempat itu.
"Iya, Aldev sedang dalam perjalanan kesana." Pria itu semakin mempercepat langkahnya menuruni tangga.
Niatnya untuk menghampiri sang istri akhirnya tertunda. Pria itu bergegas pergi dari mansion, mengendarai mobil miliknya sendiri menuju mansion orang tuanya.
Mobil membelah jalanan yang cukup ramai, walaupun hari ini adalah akhir pekan. Namun, banyak orang yang beraktifitas di luar. Entah itu jalan-jalan bersama orang terkasih atau sekedar menghibur diri dari penatnya hari-hari bekerja.
Melihat jalan di depannya kini cukup lengan, Alvino menginjak pedal semakin dalam hingga mobil melesat lebih cepat dari sebelumnya. Pria itu sudah cukup khawatir karena sang ibu menghubunginya beberapa kali.
Wanita paruh baya itu kini sudah hidup sendirian setelah kepergian sang ayah untuk selama-lamanya. Hanya beberapa penjaga dan pembantu yang dia tugaskan untuk menemani ibunya yang kini sudah dalam keadaan sakit-sakitan.
"Tolong tetap baik-baik saja, Mam. Aldev hanya punya mama sekarang," gumam Alvino.
Hampir 25 menit mengendarai mobilnya dengan kecepatan maksimum, Alvino kini sampai di sebuah rumah besar bergaya Eropa. Pria itu memarkirkan mobilnya sebelum masuk ke dalam mansion.
"Kau datang sendiri, Al?"
Suara itu menjadi kata sambutan ketika Alvino baru saja masuk. Pria itu menoleh ke arah sofa di ruang tamu. Disana sang ibu tengah duduk sendiri, hanya sebuah foto yang menemaninya.
"Mam, kenapa disini sendirian? Dimana bibi Imah?" tanya Alvino seraya berjalan mendekati sang ibu.
Pria berusia 25 tahun itu duduk di samping sang ibu, menarik ibunya ke dalam dekapan hangatnya. Dia cukup tahu bahwa sang ibu tengah merindukan sang suami yang sudah meninggal beberapa bulan yang lalu.
Cukup lama sang ibu berada di pelukan sang putra. Satu-satunya keluarga yang dimiliki sekarang. Akibat kejahatan sang suami, hidupnya kini berantakan. Dia harus menjalani masa tuanya seorang diri, tanpa seorang pendamping.
Wanita paruh baya itu melepaskan diri dari dekapan erat sang putra. Menatap tajam putranya itu dengan menelisik.
"Kenapa datang sendiri?" tanyanya sekali lagi.
Alvino mengerutkan keningnya, bingung dengan pertanyaan dari ibunya. "Memang Al harus bawa siapa?" Alvino membalikkan pertanyaan.
"Bawa dia kesini!"
Alvino semakin kebingungan dengan perintah ibunya itu. "Dia siapa, Mam?"
Sang ibu memutar bola matanya malas. Dia sudah lebih dari tahu bahwa putranya itu sekarang menjadi seorang pembohong, bahkan pada dirinya, Ibu kandungnya sendiri.
"Kau mau bawa dia kesini, atau Ibu yang ke mansionmu!" ancam sang ibu dengan nada tinggi.
Alvino kini paham dengan arah pembicaraan sang ibu. Hanya saja dia memang ingin menutupi hal itu sekarang. Dia belum siap untuk mengenalkan sang ibu dengan istri yang dia nikahi secara terpaksa.
Tidak menemukan alasan untuk membantah perintah dari wanita paruh baya itu, Alvino memutuskan untuk beranjak. Pria itu berniat pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Padahal seharusnya dia bisa memanggil pembantu yang ada di sana. Namun, itu hanya alasan Alvino saja untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan dari ibunya.
"Alvino Maladeva! Hampir 10 hari yang lalu kamu menikahi gadis remaja, dan itu tanpa restu dariku! Apa kau sudah tidak mau lagi memiliki orang tua."
Ketika mendengar ucapan sang ibu, Alvino menghentikan langkah. Pria itu sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi. Dia tidak mungkin bisa menyembunyikan rahasianya dari sang ibu dalam waktu yang lama.
Bersambung...