Pata hati terbesar seorang Ayana, ketika dirinya masih pertama kali mengenal cinta dengan seorang pria dewasa yang begitu membuatnya bahagia dan berasa menjadi wanita yang paling dicintai. Tapi sayang kisah cinta yang sudah berjalan lama harus berhenti karena sang kekasih yang merupakan anak dari keluarga berada, harus menerima perjodohan dengan wanita yang setara dengannya. Hal itulah yang membuat Ayana menjadi pata hati dan sulit membuka hati untuk pria lain. Tapi? Enam tahun setelah kejadian itu Ayana yang berprofesi sebagai seorang guru, harus dihadapkan dengan seorang murid yang pendiam dan murung tidak seperti murid lainnya, sejak saat itu pula Ayana mulai mendekati anak tersebut dan tanpa di sadari anak perempuan itu merupakan anak dari sang mantan. Apakah kisah cinta mereka akan bersemi kembali??? Temukan jawabannya hanya Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Sesampainya di rumah sakit, Ayana dan juga Hanna langsung membawa anak tersebut ke UGD untuk segera di tangani oleh dokter, karena memang kondisi Gista juga demam, maka dokter menganjurkan untuk segera melakukan perawatan inap untuk anak ini.
"Bagaimana dok keadaan Gista?" tanya Aya dengan nada cemas.
"Begini Bu, pasien mengalami demam tinggi untuk itu saya sarankan untuk rawat inap agar mendapatkan penanganan yang lebih intensif," sahut dokter itu.
"Baiklah kalau begitu kami akan menghubungi orang tua anak duduk saya," ucap Aya yang diangguki oleh dokter tersebut.
Aya pun segera menyuruh Hanna untuk menghubungi pihak dari keluarga Gista, karena memang kemarin dirinya sudah memberi tahu namun sampai sekarang pesan itu tidak terbaca sama sekali.
"Bu Hanna coba hubungi bapak Andre kalau Gista akan di rawat di rumah sakit ini," titah Aya yang di angguki oleh Hanna.
Hanna pun mencoba untuk menghubungi Andre, satu kali dua kali tidak diangkat juga hingga panggilan ke tiganya Andre mulai mengangkatnya dengan nada yang begitu tinggi.
"Halo assalamualaikum, Bapak Andre," ucap Hanna.
"Ada apa? Saya masih ada meeting, anda menelpon tiada henti!" geram Andre dengan nada naik satu oktaf.
Hanna begitu terkejut padahal ini di dalam panggilan telepon apalagi aslinya membayangkan saja sudah ngeri duluan.
"Maaf Pak Andre mengganggu aktivitas anda tapi ada hal yang sangat penting yang harus anda ketahui, kalau ananda Gista siang ini saya larikan ke rumah sakit karena demam mungkin demam tersebut ada hubungannya dengan luka lebam yang ada di tubuh ananda Gista, maka dari itu saya juga minta maaf karena sudah melakukan visum terhadap ananda Gista tanpa meminta ijin terlebih dahulu," jelas Hanna panjang lebar.
"Apa luka lebam, dan sekarang Gista di larikan ke rumah sakit!" pekik Andre yang langsung merasa lemas karena memang selama ini dia kurang memperhatikan putri kecilnya itu.
Andre pun langsung menyuruh asisten pribadinya untuk meneruskan meeting ini, diapun langsung menyambar mobilnya dan mulai melajukan dengan kecepatan tinggi.
Mobil melesat dengan begitu cepat tanpa memperdulikan pengendara lainnya yang sudah mengucapkan sumpah serapah terhadap duda satu anak itu, yang dianggap sudah ugal-ugalan membawa mobil seenaknya.
"Woi kalau mau mati jangan ajak-ajak!" teriak pengendara lain namun Andre tetap tidak peduli dan terus menerobos jalanan hingga sampai ke tempat tujuan.
Andre pun langsung menghentikan mobilnya di res area, saat ini langkah kakinya semakin cepat melewati lorong-lorong rumah sakit hingga berhenti di depan pintu kamar anaknya.
Kamar anak melati nomor 12.A," gumamnya sendiri, kemudian langsung menerobos masuk pintu kamar tersebut.
Langkahnya terhenti sejenak ketika mengetahui gadis yang ada di samping anaknya, yang terlihat begitu khawatir dengan keadaan Gista bahkan sempat meneteskan air matanya karena memang kondisi Gista yang sangat memperhatikan.
"Sayang, Daddy datang," ucap Andre yang langsung berlari ke arah anaknya.
Aya langsung terkejut, ketika melihat pria di hadapannya itu sedang menciumi wajah anaknya yang terbaring lemas tak berdaya. "Daddy," lirih Gista.
"Iya, Sayang. Daddy datang Nak," ucap Andre terdengar halus mengingatkannya dulu ketika waktu bersamanya.
"Sayang Daddy minta maaf karena memang akhir-akhir ini jarang pulang, sehingga tidak tahu kondisimu sekarang seperti ini," ucapnya kembali.
"Daddy jangan pernah tinggalkan Gista, Gista takut sendirian, mbak Mawar suka pukul Gista," adu bocah itu.
"Apa dia memukulmu, kenapa Gista tidak pernah bilang sama Daddy," ucap pria itu.
"Aku takut, karena suka di ancam," sahutnya sambil ketakutan.
"Kau tidak boleh takut ya, mulai sekarang Daddy akan menghukum mbak mawar," ucap Andre dengan begitu tegas.
"Pak Andre, karena anda sudah datang, kita pamit undur diri," ijin Hanna.
"Baiklah dan terima kasih sudah mengantar Gista, ke rumah sakit," ucap Andre, setelah itu netranya melirik ke arah Aya.
"Bu Aya sebelum pulang boleh saya berbicara dengan Anda," pinta Andre.
"Silakan waktu anda cuma Lima menit," sahut Aya dengan nada ketusnya.
Mereka pun berbicara di luar kamar tepatnya di depan kamar Gista, dari sini Andre mulai berbicara dengan nada yang begitu lirih hampir tidak terdengar.
"Terima kasih atas kepedulianmu terhadap anakku," ucap Andre dengan nada datarnya.
"Gista adakah muridku, dan aku juga akan melakukan hal yang sama jika terjadi, terhadap muridku yang lain," terang Ayana.
"Maaf kemarin aku membentak mu," ucap Andre.
"Sudah terlambat, kemarin kau menyangkal perkataanku dan seolah ucapanku bualan semata, bahkan pesan dan juga kiriman foto Gista belum kau baca sama sekali, seandainya kau membuka dan membacanya kemungkinan kejadian besar ini tidak akan terjadi, kau tidak peka terhadap lingkungan anakmu yang sudah tidak aman," tandas Ayana.
"Apa! Jadi kejadian ini sudah terjadi sebelumnya, kenapa kau tidak langsung menghubungiku," sahut Andre.
"Tidak usah melempar kesalahan, di sini kau yang sudah lalai dengan tanggung jawabmu sebagai ayah, seharusnya selesai bekerja tempatmu di rumah bukan di luar rumah," ketus Ayana.
"Kau tidak usah mengajariku, tentang tanggung jawab, seorang ayah yang tidak pernah pulang bukan berarti dia lalai, atau tidak tanggung jawab," sahut Andre.
"Tapi karena sikapmu ini anakmu yang jadi korban, Andreas! Kau selalu saja menyangkal perkataanku, bahkan meskipun kebenaran sudah terbukti kau tetap tidak mau mengakui itu," timpal Aruni.
"Kau juga selalu menyalahkan ku tanpa kau cari tahu alasannya terlebih dahulu, kau dari dulu tidak pernah berubah selalu egois, dan tidak pernah mau mendengarkan alasan orang lain, kau selalu melihat seseorang dari sudut pandang mu saja Ayana," tegas Andre.
"Apa kau bilang aku egois, bahkan tanpa ada hujan ataupun angin badai, kau tiba-tiba menghilang dan meninggalkanku menikah dengan wanita lain, bayangkan Andreas bagaimana dulu perasaanku ketika kau tinggal begitu saja, aku hancur sehancur-hancurnya, dan sekarang kau dengan enteng mengatakan kalau aku egois sejak dulu," tutur Ayana.
"Kau pikir aku tidak hancur, kau pikir aku bahagia dengan perjodohan itu, ingat ay, aku juga sama merasakan kehancuran di waktu itu, kau selalu berpikir kalau aku dengan tega meninggalkanmu begitu saja, tanpa kau ketahui aku juga sakit meninggalkanmu, hal yang terberat dalam hidupku Ayana, bahkan sampai sekarang pun penyesalan ini masih menghantui hidupku," desis Andre lalu memilih pergi meninggalkan Ayana begitu saja.
Tangisan keduanya turut menjadi saksi betapa hancurnya dua insan yang harus terpisah karena keadaan, Ayana masih mematung melihat punggung pria yang begitu dia cintai semakin menghilang dari pandangan.
Begitu juga dengan Andre yang sekarang sedang berada di dalam kamar mandi. meluapkan semua kekesalan terhadap dirinya yang tidak bisa tegas mempertahankan wanita yang teramat dia cinta dan sayangi.
saat ini keduanya masih tenggelam di dalam kesedihan yang sama meskipun di tempat yang berbeda. "Kenapa harus di pertemukan kembali dan kenapa harus kamu yang menjadi gurunya Gista!" teriak Andre dalam sesalnya.
******
Di sekolah saat ini Ayana baru saja selesai mengajar dan kelas pun sudah kosong karena anak-anak sudah mulai pulang, sedari tadi hatinya gelisah karena memikirkan keadaan Gista.
"Ya Allah semoga saja keadaan Gista cepat pulih dan bisa bersekolah kembali," pintanya di dalam doa.
"Ibu Aya," panggil Hanna.
"Eh Ibu ada apa?" tanya Ayana.
"Ayo cepat keluar karena di depan satpam sudah menahan mobil sopir dan juga pengasuh Gista," ucap Hanna, hingga akhirnya mereka berdua memutuskan untuk berlari ke depan.
Saat ini mobil tersebut tengah di hadang oleh beberapa satpam yang bertugas di sekolah ini, hingga pada akhirnya dengan terpaksa kedua orang tersebut keluar dari mobil.
"Pak ada apa?" kenapa kita di hadang seperti ini," ucap Khosim.
"Turun dulu," titah satpam tersebut.
Kosim pun melirik ke arah Mawar, dan Mawar pun menyuruh Kosim untuk terus melaju meninggalkan tempat ini.
"Sepertinya terjadi masalah dengan Gista lebih baik kita kabur saja, dari pada nanti berurusan dengan polisi," titah Mawar.
"Jangan begitu nanti kita bisa di pecat sama Tuan Andre," sahut Kosim.
"Di pecat atau tidak kita tetap akan di masukkan ke dalam penjara karena memang kita sudah lalai dalam menjaga Gista, lebih baik kita kabur sebelum polisi mengejar kita," hardik Mawar.
Catatan penulis.
Selamat siang kakak-kakak semoga kalian tetap penasaran ya dengan kelanjutan babnya besok. 🤭🥰🥰🥰
siapa ya yg coba memeras Bu Retno