Anastasia, seorang gadis cantik namun bernasib malang.
Dia di tinggalkan oleh kedua orang tuanya dan kini hidup sebatang kara.
Tapi, hal itu sama sekali tak melunturkan semangat hidup Anastasia.
Dia tetap tumbuh jadi gadis yang cerdas dan berpendidikan tinggi.
Hingga pada suatu hari, kehidupan Anastasia seketika berubah drastis saat ia harus terjebak dengan seorang pemuda tampan, kaya raya, namun berbahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Ana menuju lantai lima, disana banyak sekali wanita yang menatapnya, Ana menunduk, dia tidak berani melihat tatapan mata karyawan perempuan yang berada di sana.
Ana sudah mengatakan jadwal dia bekerja, karena Ana masih kuliah jadi dia akan ke kantor empat hari dalam seminggu.
Adam menyetujui keinginan Ana, sebenarnya dia melarang Ana, tapi saat melihat semangat Ana dia menjadi tidak tega.
"Permisi, saya pegawai baru disini, jadi saya..." Ucapan Ana terpotong saat seorang wanita langsung memberi tahu tempat duduk Ana.
"Kamu akan duduk disini, kamu harus mematuhi semua perintah dari atasan kamu, dan kamu tidak diizinkan merayu Tuan Adam, atau sahabatnya Tuan Elliot, dan masih banyak lagi peraturan yang harus kamu patuhi." Wanita yang terlihat sexsi tersebut menyodorkan kertas kehadapan Ana.
Ana membaca dengan teliti, ia tak ingin ada yang salah.
Poin-poin di dalam kertas tersebut tidak masuk akal menurut Ana.
Semua poin-poin di sana berisi tentang Adam, mulai dari tidak boleh naik ke lantai sepuluh karena disana adalah ruang, tidak boleh melirik CEO, tidak boleh tersenyum saat melihat CEO.
"Tidak masuk akal, mereka mau kerja atau merebut CEO perusahaannya." Ana sangat heran..
"Kamu paham kan? Jadi kamu jangan pernah bersikap sok cantik disini, karena di sini seniormu lah yang paling cantik, kamu juga jangan memakai pakaian yang melebihi batasan, pakai pakaian seperti ini setiap hari?" Karyawan itu menunjuk ke arah pakaian Ana.
"Baiklah, saya akan mematuhi semua peraturan di kantor ini." Ana juga tidak ingin dekat dengan Adam, karena Adam sendiri yang akan mendekatinya.
Ana langsung bekerja, dia sudah menghubungi sahabatnya tadi saat ijin ke toilet.
"Kerjakan, pekerjaan yang ini." Perintah wanita tadi.
"Sepertinya dia yang paling berkuasa disini?" batin Ana.
***
"Hai, aku Zahra. Apa aku boleh berteman denganmu?" Sapa Zahra
"Aku Anastasia. Tentu saja, aku senang memiliki teman di tempat baru." Ana menyambut uluran tangan Zahra.
"Apa kamu tidak ikut makan siang?" Zahra melihat Ana yang masih sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan yang lain sudah pergi makan siang.
"Sebentar lagi, masih ada sedikit lagi yang belum selesai!"
"Sudah, nanti kita kerjakan lagi, waktu makan siangnya hanya 30 menit. Ayo nanti keburu Nenek lampir datang!"
"Haha .. kamu ada-ada saja." Ana mengikuti Zahra, mereka menuju kantin tempat biasa para karyawan makan siang.
Ana duduk bersama Zahra, Zahra menceritakan tentang semua karyawan yang ada di sana.
"Oh jadi nama wanita tadi Jia?" Tanya Ana.
Ternyata wanita yang tadi terus memerintahnya adalah Jia, perempuan paling sok cantik dan berkuasa disana.
"Iya, dia anak salah satu petinggi di perusahan ini, makanya dia sering berbuat semena-mena."
Mereka berdua menikmati makan siangnya sambil bercerita.
Namun, tiba-tiba saja para karyawan terlihat heboh dengan kedatangan CEO mereka yang paling tampan sejagat raya.
'Wow, Pak Adam datang kesini.'
'Kenapa dia kesini, sudah hampir satu tahun aku bekerja disini, baru kali ini melihat Pak Adam makan di kantin.'
'Dia pria idaman sekali.'
'Kapan ya aku bisa langsung bertatap muka dengan Pak Adam.'
Bisik-bisik para karyawan sangat riuh, Ana hanya menggeleng kepala saat melihat itu semua.
"Kamu tidak tertarik dengan ketampanan Pak Adam?"
Pertanyaan Zahra membuat Ana tertawa.
"Kamu ada-ada saja, dia tidak sederajat dengan kita, bagai langit dan bumi." Ana tidak ingin mengatakan kalau sebenarnya Adam adalah kekasihnya, karena takut Zahra justru akan menertawakannya.
"Kamu orang pertama yang menolak seorang Steve Adam."
Tiba-tiba Adam duduk di belakang Ana dan Elliot duduk di hadapan Adam, baru kali ini dia makan di kantin perusahaan.
Sebenarnya dia malas sekali pergi ke kantin, tapi demi melihat wanitanya dia rela menampakkan diri disana.
Padahal dulu ke kantor saja jarang sekali, apalagi sampai pergi ke kantin.
"Mau makan apa, Bro?"
"Apapun yang di makan oleh wanitaku!"
Elliot berdiri, dia langsung melihat apa yang sedang dimakan Ana, dia memesan dua porsi makanan yang sama seperti Ana.
"Kamu tidak perlu ikut-ikutan." Adam menatap tajam ke arah Elliot, dia tidak ingin Elliot memakan makanan yang sama dengan Ana.
"Baiklah." Elliot hanya bisa pasrah dan memesan makanan yang lain.
Sedangkan Ana, memesan seporsi nasi dengan ayam goreng mentega.
"Aku tidak menyangka bisa melihat langsung ciptaan tuhan yang paling sempurna ini, sedekat ini lagi." Zahra berbisik di depan Ana.
Ana hanya tersenyum, tapi tiba-tiba kursi Adam mendekat ke arahnya, tangan Adam meraba mencari tangan Ana, setelah mendapatkannya Adam langsung tersenyum.
"Eeehh ...." Ana terkejut saat tangan Adam menggenggam tangan kecilnya.
"Ada apa?" Tanya Zahra saat mendengar Ana terkejut.
"Tidak apa-apa." Ana mencoba melepaskan tangannya dari Adam, tapi sama sekali tidak bisa, dia terpaksa makan dengan satu tangan.
Setelah makan siang, Ana mencoba menarik tangannya.
"Berhasil!!" Teriak Ana, hingga sesaat kemudian dia langsung bungkam.
"Apanya yang berhasil?" Tanya Zahra bingung.
Ana langsung berdiri, masih banyak karyawan yang masih betah memandangi wajah CEO mereka, tapi Ana malah ingin pergi, padahal waktu istirahat masih tersisa sekitar 10 menit lagi.
"Ana, sebentar lagi, aku masih haus, kita pesan minum lagi ya?" pinta Zahra beralasan.
"Kamu minum saja dulu, aku masih banyak tugas yang belum selesai." Ana hendak meninggalkankan Zahra, tapi tiba-tiba ...
"Ke ruangan saya sekarang!" Adam segera berdiri, dia berjalan di depan Ana.
Semua yang berada di sana tercengang, siapa yang Adam minta ke ruangannya, wanita yang baru bekerja itu atau Elliot.
Ana juga masih bingung, siapa yang disuruh ke ruangannya, dia atau Elliot.
"Ah bodoh amat, masih banyak pekerjaan yang belum selesai." gumam Ana, yang ingin mengabaikan ucapan Adam.
"Mau kemana?" Suara Adam menghentikan langkah Ana.
"Ke lantai lima!" Jawab Ana ketus.
Hal itu membuat semua orang yang ada di sana mulai kembali berbisik-bisik.
'Kenapa dia sangat kurang ajar?'
'Dasar jalang, tidak tahu dia berhadapan dengan siapa?'
Ana yang mendengar bisik-bisik itu segera mengikuti langkah Adam.
Ana hendak masuk ke lift yang biasa karyawan pakai, namun lagi-lagi Adam menghentikan langkahnya.
"Kenapa malah kesana?" Teriak Adam.
"Ya ampun, kenapa aku jadi serba salah begini?" Ana berbalik menuju lift khusus.
Para karyawan yang melihat itu langsung heboh, karena tidak ada berani yang masuk ke lift itu kecuali sahabat Adam atau Ibunya yang biasa datang meski tak di undang.
"Apa kamu lelah?" Setelah menekan tombol lift, Adam langsung menarik Ana.
"Tidak, aku sangat bahagia."
'Apa kamu tidak merindukanku?"
Ana menggeleng.
"Padahal aku sangat merindukanmu, sayang?" Adam segera memeluk tubuh mungil Ana, dia menghirup rakus wangi tubuh kecil itu.
"Adam, aku masih ada pekerjaan, jadi izinkan aku kembali ke lantai lima."
"Aku akan membiarkanmu pergi asal kamu mau menciumku!"
"Tidak, aku tidak mau." Jawab Ana cepat.
"Ya sudah, berarti kamu akan tetap disini sampai pulang."
Ting
Adam segera menarik Ana ke arah ruangannya.
"Adam ayolah, aku mau kembali, kamu sudah berjanji, kalau di kantor kita tidak memiliki hubungan apa-apa."
"Satu ciuman saja, ku mohon."
Terpaksa Ana mencium bibir Adam sekilas, tapi bukan Adam namanya kalau hanya ciuman sebentar, dia terus melumat rakus bibir Ana.
Ana yang kehabisan nafas langsung memukul dada Adam
" Apa kamu ingin membunuhku?"
"Mana mungkin aku membunuhmu kekasihku, Sayang."
Cup
Adam mengecup kening Ana.
"Sebenarnya aku tidak ingin jauh dari kamu, tapi apa boleh buat, dari pada kamu marah." raut wajah Adam tiba-tiba berubah kecewa, sementara Ana tersenyum mendengar kata-kata Adam.
Dia segera berlari menuju lift, Adam melambaikan tangannya saat melihat kepergian Ana.
"Aku benar-benar sangat jatuh cinta padanya?" Gumam Adam.
************
************