Sesa adalah gadis cantik dan anggun yang secara diam - diam mencintai kekasih dari sahabat.
Memendam cinta kepada seorang pria selama 10 tahun lamanya. Tapi cinta tak berpihak padanya di saat sahabatnya menggandeng seorang pria sebagai kekasihnya yang tak lain adalah pria yang selama ini di cintai Sesa.
Tidak ingin melukai sahabatnya Sesa lebih memilih untuk melupakan cintanya. Tapi apa yang terjadi tak sesuai dengan harapan, di saat Sesa mencoba melupakan pria itu, justru mereka malah terikat sebuah benang merah.
Lalu apa yang harus Sesa lalukan? Akankah Sesa menolak keinginan keluarganya demi kebahagiaan sahabatnya? Atau lebih memilih mengikuti keinginan keluarganya meski hatinya sendiri terluka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengakhiri ketidak pastian
Tanpa ragu Yuga menarik tubuh istrinya ke dalam pelukannya. Badan Sesa terasa dingin dalam pelukan Yuga. Sesa kebingungan kenapa Yuga tiba-tiba memeluknya.
"Mas Yuga kenapa? Apa terjadi sesuatu?"Yuga yang mendengar pertanyaan Sesa justru semakin mempererat pelukannya.
"Ayo pulang" Yuga melepaskan pelukannya, menarik tangan kanan Sesa kemudian digenggamnya.
Seperti gerakan slow motion Sesa mengikuti langkah yuga dengan tangan yang masih saling bertautan. Suhu dalam tubuh Sesa yang semula menurun kini tiba-tiba meningkat, bahkan sangat terasa membakar di dalam sana. Sedahsyat itukah tubuh Sesa menerima sentuhan Yuga.
Yuga membukakan pintu depan dan mempersilahkan Sesa untuk masuk. Sesa baru menyadari bahwa tidak ada sosok Della setelah Yuga mulai melajukan kendaraannya.
"Loh, Della mana Mas?"
"Sudah pulang" Jawab Yuga singkat.
"Kok ngga bareng kita, pulang sama siapa?" Sesa bingung kenapa Della malah pulang duluan sedangkan dia dan Yuga di biarkan pulang berdua.
"Sudahlah jangan banyak tanya!" Yuga sudah memancarkan aura dinginnya.
Sebenarnya Yuga tidak bermaksud untuk mengacuhkan Sesa. Tapi pikiran Yuga saat ini sedang penuh dengan Della. Berbagai pertanyaan bersarang di otaknya. Saat ini Yuga ingin sekali menemui kekasihnya itu dan menanyakan secara langsung apa maunya. Tapi melihat kondisi Sesa yang seperti ini mana mungkin Yuga tega meninggalkan Sesa sendiri lagi.
Keheningan terus terjadi sampai mereka tiba di apartemen. Sesa yang sudah tidak berani mengeluarkan kata-katanya setelah mendengar jawaban ketus dari Yuga hanya bisa diam menundukkan kepalanya. Berjalan seperti seekor itik di belakang induknya.
Sesa yang sudah tidak tahan ingin segera membersihkan dirinya langsung masuk ke kamar meninggalkan Yuga yang malah berjalan ke dapur.
Kaki Sesa berhenti ketika ekor matanya tak sengaja melirik ke arah nakas di samping ranjang. Sesa mendekati benda yang sangat di kenalnya itu. Pikiran-pikiran yang tidak bersifat baik muncul begitu saja di otaknya. Kemudian matanya beralih pada tas yang tadi dititipkannya pada Della. Dugaan demi dugaan menyerang mencari pembenaran.
Sesa meraih benda pipih berwarna merah muda itu bersamaan dengan Yuga yang masuk kedalam kamar. Pandangan mereka bertemu. Sesa menatap dalam pada manik mata Yuga, seolah ingin menyampaikan apa yanga ada dipikirannya hanya lewat sorot matanya.
Yuga mematung di ambang pintu, merasa terintimidasi dengan mata Sesa yang biasanya memancarkan keteduhan. Seolah bisa membaca pikiran Sesa, Yuga memberanikan diri mendekati Sesa. Yuga merutuki kebodohannya karena terlalu panik hingga lupa membawa lagi ponsel dan tas Sesa. Semula Yuga mencoba menyembunyikan kejadian tadi dari Sesa dan ingin mendengar penjelasan dari Della terlebih dahulu kini gagal sudah.
"Sa, tadi..."
"Apa maksud ini semua Mas?" Mata Sesa mulai mengembun.
"Saya akan jelaskan" Yuga masih mencoba setenang mungkin.
"Apa yang ingin Mas Yuga jelaskan? Apa mas Yuga akan bilang jika Mas Yuga kira aku pulang dengan Maya kemudian Mas Yuga pulang dengan Della begitu? Sehingga Mas Yuga tidak tau jika aku masih tertinggal di sana?" Seharusnya kalimat yang keluar dari mulut Sesa adalah cacian tapi kenapa Sesa masih bisa mengontrol emosinya.
Deggg...
Yuga tersentak dengan penuturan Sesa yang tepat sasaran.
"Kenapa Mas Yuga diam? Apa benar begitu?" Tetes demi tetes air mata mengalir begitu saja membasahi pipi Sesa.
"Apa tidak ada alasan lain untuk kalian membela diri?" Sesa sungguh tidak percaya dengan yang dia alami.
"Sesa!!" Yuga menaikkan suaranya beberapa oktaf karena mulai terusik dengan tuduhan Sesa.
"Aku sungguh tidak tau apa maksud Della melakukan semua ini. Aku minta maaf karena meninggalkanmu di sana. Tapi sungguh aku tidak tau sama sekali. Saat aku tiba ke tempat kalian menunggu, Della memang mengatakan jika kamu sudah pulang dengan Maya. Hingga kemudian aku menemukan ponselmu di kursi belakang" Memang seperti itu kejadiannya.
"Apa Mas Yuga tau betapa paniknya aku saat kembali dari membeli air minum pesanan Mas Yuga, Della sudah tidak ada di sana. Aku mencari ke sana kemari keberadaan kalian. Della mengatakan mobil Mas Yuga rusak sehingga aku menyusuri area parkir barangkali bisa menemukan kalian. Tapi hingga malam datang dan air hujan mulai membasahi ku kalian tidak kunjung datang. Aku ingin pulang tapi tidak punya uang sama sekali, karena Della memberikan aku uang pas untuk membeli minum. Tas ku pun di bawa oleh Della. Saat itu aku sama sekali tidak ada prasangka buruk. Yang ada dalam pikiranku hanya berharap bahwa kalian akan datang menjemput ku" Sesa sudah tidak bisa menghentikan air mata yang terus mengalir.
Hati Yuga terasa terhantam mendengar penuturan Sesa. Entah kenapa hati Yuga merasa nyeri melihat tangisan pilu Sesa.
"Aku minta maaf. Aku juga minta maaf atas nama Della" Yuga sudah tidak bisa lagi mengeluarkan pembelaan untuk dirinya sendiri.
"Lalu kenapa tadi tidak langsung mengatakan yang sebenarnya kepadaku? Kenapa Mas Yuga menyuruhku untuk tidak banyak bertanya saat aku menanyakan keberadaan Della? Apa Mas Yuga berniat melindungi Della?" Sesa menatap kembali suaminya.
"Kenapa Mas? Kenapa kalian sejahat ini? Apa karena aku penghalang kebahagiaan kalian? Karena aku kalian tidak bisa bersatu begitu? Tidak cukupkah kalian menyakiti ku selama ini? Kenapa kalian selalu menempatkan diri di posisi paling tersakiti, lalu bagaimana denganku?" Sesa menuangkan semuanya diiringi dengan tangisan pilu.
"Aku juga ingin bahagia Mas, menikah dengan orang yang dicintai dan mencintai kita adalah impian semua orang. Aku juga ingin membangun rumah tangga yang bahagia. Tidak cukupkah selama ini aku diam dan mengalah demi melihat kalian bersama? Apa kalian tidak puas melihatku menunggu dalam ketidak pastian seperti ini?" Sesa sudah tidak kuat lagi untuk berdiri, lututnya tidak mampu lagi menhan berat tubuhnya. Kemudian Sesa duduk di ranjang dengan posisi memunggungi Yuga.
Sesa menarik napas panjang kemudian menghembusnya berlahan, sebelum kalimat keluar dari mulut Sesa.
"Mari menunggu keadaan kakek lebih membaik lagi. Saat itu tiba mari putuskan yang terbaik untuk pernikahan ini Mas. Kita lepaskan yang tidak pasti kemudian kejarlah yang menjadi impianmu" Ucap Sesa tanpa mau melihat wajah Yuga. Ia takut goyah jika menatap wajah pria yang amat di cintanya itu.
"Apa yang kamu bicarakan Sesa?" Jangan mengulang kejadian itu lagi!!" Ucap Yuga dengan amarahnya. Dia tak menyangka bahwa Sesa berniat mengakhiri pernikahan ini.
Sesa sudah tidak mau lagi menanggapi Yuga. Wanita yang masih terlihat cantik walau dengan wajah pucat dan matanya yang sembab itu pergi begitu saja meninggalkan Yuga. Pintu kamar mandi ia hempaskan begitu saja hingga mengeluarkan bunyi yang cukup keras.
Yuga masih terdiam di posisinya. Kenapa perasaanya menjadi kacau saat Sesa mengutarakan niatnya untuk mengakhiri semua ini. Bukankah ini yang yuga mau? Kenapa sekarang berat rasanya?
-
Sudah lebih dari satu jam Sesa berada di dalam kamar mandi. Yuga mulai cemas takut terjadi sesuatu di dalam sana. Tapi Yuga merasa canggung untuk mengetuk pintu itu.
Saat Yuga mendekat ke kamar mandi tiba-tiba pintu itu terbuka dari dalam. Sesa keluar dengan handuk yang digulung menutupi rambutnya yang basah. Sesa mengacuhkan Yuga begitu saja. Sepertinya perang dingin telah di mulai.
Yuga juga tidak berniat untuk menegur Sesa. Dia malah masuk ke kamar mandi untuk segera mandi dan mengganti bajunya yang tadi basah tapi kimi sudah mengering lagi.
Saat Yuga selesai dengan ritual mandinya. Sesa sudah membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan selimut menutupi tubuhnya sampai batas lehernya. Tanpa berpikir panjang Yuga ikut membaringkan tubuhnya di belakang Sesa. Yuga juga sangat lelah hari ini, terutama lelah dengan hati dan pikirannya.
***
Walau dalam keadaan marah sekalipun Sesa tak pernah lupa kewajibannya sebagai seorang istri. Pagi ini pun tetap sama. Sarapan sudah tersaji di meja makan. Baju untuk kerja Yuga juga sudah ia siapkan. Kini Sesa duduk manis menunggu Yuga selesai bersiap.
Biasanya Sesa akan menawarkan sarapan kepada suaminya itu namun kali ini Sesa sangat enggan mengeluarkan suaranya. Yuga juga sama, biasanya tidak pernah peduli dengan ajakan sarapan dari Sesa tapi kini pria itu duduk dengan sendirinya di sebelah Sesa.
Sarapan pagi yang benar-benar suram. Penuh keheningan dan saling ketidak pedulian.
***
"Don, apa jadwalku pagi ini?" Yuga berbicara lewat sambungan telepon.
"Ada meeting dengan perusahaan X untuk membahas proyek bulan depan bos" Ucap Doni.
"Tolong handel itu untukku, aku ada sedikit urusan. Aku kembali nanti siang"
Yuga segera mematikan sambungan teleponnya setelah kata terakhirnya.
Tujuannya pagi ini memang bukan ke kantor. Tapi untuk menemui Della.
-
-
Apa yang akan Yuga lakukan pada Della?? Siapa yang penasaran?? Kita liat habis ini ya readers 😘
Jangan lupa tinggalkan jejakmu🤗🤗