Tomo adalah seorang anak yang penuh dengan imajinasi liar dan semangat tinggi. Setiap hari baginya adalah petualangan yang seru, dari sekadar menjalankan tugas sederhana seperti membeli susu hingga bersaing dalam lomba makan yang konyol bersama teman-temannya di sekolah. Tomo sering kali terjebak dalam situasi yang penuh komedi, namun dari setiap kekacauan yang ia alami, selalu ada pelajaran kehidupan yang berharga. Di sekolah, Tomo bersama teman-temannya seperti Sari, Arif, dan Lina, terlibat dalam berbagai aktivitas yang mengundang tawa. Mulai dari pelajaran matematika yang membosankan hingga pelajaran seni yang penuh warna, mereka selalu berhasil membuat suasana kelas menjadi hidup dengan kekonyolan dan kreativitas yang absurd. Meski sering kali terlihat ceroboh dan kekanak-kanakan, Tomo dan teman-temannya selalu menunjukkan bagaimana persahabatan dan kebahagiaan kecil bisa membuat hidup lebih berwarna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta Ulang Tahun yang Berantakan
Ide Ulang Tahun Kejutan untuk Arif
Suatu pagi di sekolah, Tomo sedang duduk di bangkunya, menggerakkan pensilnya tanpa tujuan di atas kertas saat tiba-tiba, ide cemerlang muncul di kepalanya. "Eh, besok itu ulang tahunnya Arif!" pikirnya dengan semangat. Dia langsung menoleh ke Joni dan Lina yang sedang sibuk berbicara di sebelahnya.
"Lina, Joni! Aku baru ingat, besok ulang tahunnya Arif!" bisik Tomo dengan antusias.
Lina, yang sedang memotong kertas untuk tugas prakarya, menatap Tomo dengan bingung. "Terus kenapa? Emangnya kita mau ngasih kado atau gimana?"
"Nggak cuma ngasih kado!" kata Tomo dengan suara yang nyaris berbisik, tapi penuh semangat. "Kita adain pesta ulang tahun kejutan buat Arif! Pasti seru banget!"
Joni mengangkat alis. "Pesta kejutan? Kayaknya seru, sih. Tapi kamu yakin kita bisa ngadain pesta? Jangan lupa, pesta terakhir yang kamu rencanain berakhir dengan kue terbang ke wajah kepala sekolah."
Tomo tertawa kecil mengingat insiden tersebut. "Hehehe, iya sih. Tapi kali ini beda! Aku punya rencana yang lebih matang. Kita adain di rumahku aja, dan aku bakal minta ibuku bantuin masak kue ulang tahunnya."
Lina tersenyum setuju. "Kayaknya ide yang bagus. Arif pasti bakal suka. Dia nggak pernah punya pesta ulang tahun yang besar, kan?"
"Tepat!" kata Tomo sambil mengepalkan tangannya dengan penuh semangat. "Ayo kita bikin ini jadi pesta yang dia nggak bakal lupa!"
Joni mengangguk, tapi masih tampak ragu. "Oke deh, aku setuju. Tapi ingat, kita harus bikin semuanya terorganisir. Kalau nggak, ini bisa jadi... kekacauan lagi."
Tomo tersenyum lebar, merasa yakin bahwa kali ini, dia akan sukses besar.
---
Persiapan Pesta di Rumah Tomo
Keesokan harinya, setelah sekolah selesai, Tomo, Lina, dan Joni langsung menuju rumah Tomo untuk mempersiapkan pesta. Tomo sudah memberi tahu ibunya bahwa mereka akan mengadakan pesta kecil untuk Arif, dan meskipun ibunya sedikit khawatir mengingat sejarah Tomo dengan acara-acara semacam ini, dia setuju untuk membantu.
Ruangan tamu rumah Tomo penuh dengan balon yang berusaha ditiup oleh Joni dan Lina, sementara Tomo sibuk mencoba menggantungkan spanduk bertuliskan "Selamat Ulang Tahun, Arif!" di atas pintu.
"Heh, Tomo, balonnya harusnya ditiup, bukan diinjek!" seru Joni sambil tertawa ketika melihat Tomo secara tidak sengaja menginjak balon yang meletus.
Tomo tergelak, "Eh, siapa bilang aku nggak tahu! Aku cuma... uji ketahanan balon."
Lina memutar matanya, "Uji ketahanan apaan? Balon itu bukan buat diinjek, tau!"
Di dapur, ibu Tomo sedang memanggang kue ulang tahun. Aroma manis vanila menyebar ke seluruh rumah. "Tomo, kamu yakin teman-temanmu nggak akan membuat kekacauan besar?" tanya ibunya dari dapur sambil menuangkan adonan ke dalam loyang.
"Ibu tenang aja, kok! Kali ini aku jamin semuanya bakal berjalan lancar!" jawab Tomo dengan penuh keyakinan.
"Yakin banget..." gumam Joni di belakangnya dengan senyum sinis.
Lina lalu mulai menata meja dengan piring-piring dan gelas plastik. "Kue-nya pasti bakal enak nih, aku bisa cium baunya dari sini," katanya sambil mengusap perutnya yang mulai berbunyi.
Namun, saat Tomo mencoba memindahkan meja ke tengah ruangan untuk lebih mudah menata makanan, meja itu ternyata terlalu berat. "Uh... Joni, bantuin dong! Meja ini berat banget!"
Joni tertawa, "Ah, jadi kamu butuh kekuatan superku ya?" Ia dengan gaya sok jago menarik meja itu, tapi tiba-tiba, salah satu kaki meja terlepas, dan meja itu pun jatuh ke lantai dengan bunyi "KRAK!".
Lina yang melihat kejadian itu langsung memegang kepalanya. "Aduh, Tomo, kita bahkan belum mulai pestanya, dan meja sudah hancur."
Tomo hanya bisa tertawa garing sambil berusaha memasang kembali kaki meja dengan seadanya. "Hahaha... ini cuma cobaan kecil sebelum pesta besar! Pasti bisa diatasi!"
---
Kekacauan Pertama
Setelah segala persiapan selesai — meski beberapa balon pecah dan meja sedikit goyah — mereka semua siap menyambut Arif. Tomo sudah mengirim pesan singkat kepada Arif untuk datang ke rumahnya, dengan alasan ada 'pekerjaan kelompok mendadak'. Lina dan Joni bersembunyi di balik sofa, sementara Tomo berdiri di dekat pintu dengan kue yang sudah selesai dihias di tangannya.
"Aku deg-degan nih!" bisik Joni dari balik sofa.
"Tenang aja. Ini bakal sukses!" jawab Lina dengan optimisme yang dipaksakan.
Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu. Tomo langsung membuka pintu, dan di sana berdirilah Arif yang tampak bingung. "Tomo? Pekerjaan kelompok apa yang mendadak banget?"
Begitu Arif masuk, semua orang melompat keluar dari persembunyian mereka. "SURPRISE!!!"
Arif terkejut, tapi juga tersenyum lebar. "Wow, kalian beneran bikin pesta buat aku?"
"Iya, dong!" kata Tomo sambil mengangkat kue di tangannya dengan penuh kebanggaan. Tapi, pada saat yang sama, Tomo terlalu bersemangat, dan tanpa sengaja ia menjatuhkan kue itu ke lantai.
Semua orang terdiam selama beberapa detik sebelum akhirnya Joni tertawa terbahak-bahak. "Hahaha, Tomo! Kamu baru aja ngasih Arif hadiah kue lantai!"
Lina menepuk dahinya dengan tangan, "Aduh, Tomo! Gimana sih!"
Tomo hanya bisa tersenyum kecut sambil berusaha mengambil kue yang sudah hancur di lantai. "Eh, nggak apa-apa, kan? Lagian kue ini masih bisa dimakan, kan?"
Arif justru tertawa dan membungkuk untuk mengambil sedikit kue dari lantai. "Hahaha, ini baru ulang tahun yang seru! Pasti nggak ada yang ngasih aku kue lantai sebelumnya!"
Semua orang akhirnya ikut tertawa, dan kekacauan itu malah membuat suasana jadi lebih hangat.
---
Lebih Banyak Kekacauan
Setelah insiden kue, mereka memutuskan untuk memulai beberapa permainan yang sudah Tomo siapkan. "Oke, gimana kalau kita main permainan klasik, kayak tiup lilin sambil nutup mata!" usul Tomo.
"Tiup lilin sambil nutup mata? Itu gimana ceritanya, Tomo?" tanya Lina dengan heran.
"Percaya deh, ini seru banget! Kita harus tiup lilin yang ada di kue sambil tutup mata dan berdiri tiga meter jauhnya. Siapa yang berhasil, dia pemenangnya!" jawab Tomo dengan semangat.
Arif tertawa, "Tiga meter? Kita bahkan nggak bakal kena lilinnya! Tapi oke deh, aku coba dulu!"
Mereka pun mulai bermain. Arif adalah peserta pertama. Tomo menutup matanya dengan kain, kemudian membawanya ke titik tiga meter dari lilin yang menyala di atas meja. "Oke, sekarang tiup!" seru Tomo.
Arif, dengan gaya sok percaya diri, menarik napas dalam-dalam dan meniup sekuat tenaga ke arah lilin... tapi anginnya malah mengarah ke arah yang salah. Bukannya lilin yang padam, balon-balon di belakang mereka malah terbang karena angin tiupannya.
"Hahaha! Arif, kamu malah meniup balon!" teriak Joni sambil tertawa terbahak-bahak.
Arif membuka penutup matanya dan melihat balon-balon beterbangan ke mana-mana. "Wah, aku kayaknya punya tenaga super buat balon terbang nih!"
Permainan berlanjut dengan Lina yang mencoba meniup lilin berikutnya. Tapi seperti Arif, ia malah meniup ke arah samping dan nyaris membuat vas bunga di meja jatuh. Semua orang tertawa terbahak-bahak melihat kekacauan yang terus terjadi.
Saat giliran Tomo, ia mencoba lebih serius, mengambil napas dalam-dalam, dan meniup dengan penuh kekuatan. Tapi bukannya lilin yang padam, angin tiupannya justru memadamkan api kompor di dapur.
"Ibu! Jangan masak dulu! Aku malah matiin apinya!" teriak Tomo sambil tertawa.
Ibunya, yang dari tadi mengamati kekacauan ini dari kejauhan, hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum kecil. "Tomo, kamu benar-benar pembuat kekacauan ya!"
---
Pesta yang Paling Berkesan
Meskipun pesta ulang tahun Arif penuh dengan kekacauan, dari kue yang jatuh, lilin yang tak pernah padam, hingga permainan aneh yang lebih banyak membuat kekacauan daripada kegembiraan, pesta itu menjadi momen yang tak terlupakan.
Di akhir pesta, Arif duduk di lantai bersama Tomo, Joni, dan Lina, semuanya terengah-engah setelah tertawa terlalu banyak. "Kalian tahu nggak?" kata Arif, masih tersenyum. "Ini mungkin pesta ulang tahun yang paling berantakan... tapi juga paling seru yang pernah aku alamin."
Tomo menepuk bahu Arif. "Yah, itu tujuannya! Kita nggak harus sempurna, yang penting kita bisa ketawa bareng."
Semua teman-temannya mengangguk setuju, merasa puas dengan kekacauan yang justru membuat mereka semakin dekat.
Dengan begitu, pesta ulang tahun yang berantakan itu menjadi salah satu kenangan yang akan selalu mereka ingat.