DEEPEST LOVE IN THE DEEPEST SEA

Honey langsung menarik pundak James ketika tangannya terbebas, kemudian melabuhkan kecupan lembut di permukaan bibir tebal itu.

CUP!

James terkesiap. Kedua matanya melebar sempurna dan jantungnya berdetak sangat cepat ketika bibir mereka saling beradu. Tapi, James berusaha untuk menenangkan diri, pasalnya saat ini Honey sedang mabuk, pasti gadis itu tidak sadar dengan apa yang dia lakukan.

James segera menarik diri, tapi Honey tidak mau melepaskannya, bahkan gadis itu kini memeluk tubuh kekarnya dengan erat. Dan ciuman yang awalnya hanya kecupan saja kini menjadi lumaatan.

Ya, Honey melumaat dan menyesap bibir James dengan rakus.

James mengepalkan kedua tangannya erat sambil berusaha keras menahan diri agar tidak membalas ciuman tersebut. Aroma alkohol dari bibir Honey semakin membuat James berhasrat. Tapi, dengan cepat, ia menarik diri dari sisi Honey. Dan akhirnya tubuhnya terlepas dari dekapan gadis muda itu.

James buru-buru keluar dari kamar tersebut menuju kamar mandi. Entah apa yang dilakukannya di sana. Hanya dia dan Tuhan yang tahu.

Sementara itu, ketika James keluar dari kamar Honey membuka mata. Dia sepenuhnya sangat sadar saat mencium James tadi. Kini dia harus menelan rasa kecewa karena pria matang itu tidak merespons ciumannya.

Drttt ... Drttt ...

Ponselnya yang tergeletak di nakas berdering panjang menandakan jika ada panggilan masuk.

Honey meraih ponselnya lalu menatap nama pemanggil yang tertera di layar. Itu adalah kekasihnya. Dengan malas ia mengangkat panggilan tersebut, dan menempelkan ponselnya di telinga kanan.

"Halo," jawab Honey, malas.

[My Honey, ke mana saja kau? Sejak kemarin aku berusaha menghubungimu tapi nomormu selalu berada di luar jangkauan. Apakah kau tidak tahu jika saat ini aku sangat merindukanmu!] Suara pria tersebut terdengar sangat kesal sekaligus cemas pada kekasihnya yang sudah hampir seminggu tidak bisa dihubungi.

Honey mendudukkan diri sambil menekuk kedua kakinya di depan dada. "Maafkan aku, Frank." Honey menjawab dengan suara lembut, dan merasa bersalah.

[Bulan depan aku akan pulang. Aku sangat-sangat merindukanmu, Sayang. Setelah pulang nanti aku akan melamarmu secara resmi dihadapan media dan keluarga kita] Franky terdengar sangat bahagia dan semangat. Rasa kesal dan cemasnya menguar begitu saja saat memberitahukan kabar baik pada kekasihnya.

"Frank, kau serius? Bukankah kau tidak mau melamarku di tahun ini?!" Honey sangat terkejut mendengar ucapan kekasihnya. Honey dan Franky sudah lama berpacaran, tapi Franky sangat sibuk dengan bisnisnya, bahkan untuk bertemu saja sulit. Dalam waktu setahun pertemuan mereka bisa dihitung dengan jari. Honey sudah sering kali meminta Franky untuk segera melamarnya, tapi kekasihnya itu selalu menolak dengan berbagai alasan.

Ketika hati Honey sudah lelah, dan mulai berpaling, Franky malah memberikan kabar yang sangat mengejutkan. Honey jadi bingung dan tidak tahu harus senang atau sedih.

[Bukankah ini yang kau tunggu-tunggu sejak dulu? Ya, aku terlalu egois, aku terlalu mementingkan karir dan bisnisku, sekarang aku sadar jika kau adalah segalanya bagiku, My Honey. Terima kasih karena sudah sabar menantiku dan menghadapi sikap kekasihmu ini] Frank terdengar sangat menyesal atas segala sikapnya selama ini pada Honey.

"Ya, Frank." Hanya itu yang keluar dari bibir Honey.

[Kau baik-baik saja?] tanya Frank di seberang sana, merasakan perubahan dari suara Honey.

"Seharusnya aku baik-baik saja, tapi kabar bahagia darimu membuatku sedikit syok," jawab Honey. terkekeh, pura-pura tertawa.

[Aku memahami perasaanmu, My Honey. Aku sangat mencintaimu, dan aku akan segera menghubungi keluargamu untuk menyampaikan kabar bahagia ini] Frank langsung mematikan sambungan telepon setelah memberikan kecupan online untuk kekasihnya.

Honey menatap layar poselnya yang sudah gelap dengan pandangan kosong, kemudian mengusap wajahnya dengan kasar.