NovelToon NovelToon
Istri Pilihan CEO

Istri Pilihan CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Icha mawik

Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Shakala Fathan Elgio Genova, berusaha untuk memperjuangkan cintanya pada Zakira. Gadis manis yang ia temui tanpa sengaja di perusahaannya. Zakira adalah salah satu karyawan di perusahaannya.
Namun, sayangnya saat ia mengutarakan niatnya untuknya melamar gadis itu. Terjadi kesalahpahaman, antara Fathan dan Mamanya. Nyonya Yulia, yang adalah Mamanya Fathan. Malah melamar Nabila, yang tidak lain sepupu dari Zakira. Nyonya Yulia, memang hanya mengenal sosok Nabila, putri Kanayah dan Jhonatan. Mereka adalah rekan bisnis dan keluarga mereka memang sangat dekat.
Nyonya Yulia juga mengenal dengan baik keluarga bakal calon besannya. Akan tetapi, ia tidak pernah tahu, kalau keluarga itu memiliki dua orang anak perempuan. Terjadi perdebatan sengit, antara Fathan dan sang Mama yang telah melakukan kesalahan.
Nabila yang sudah lama menyukai Fathan, menyambut dengan gembira. Sedangkan Zakira, hanya bisa merelakan semuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha mawik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 13.

"Zaki!" ucap Fathan.

"Hai!" sahut Zaki.

"Kalian ada masalah?" tanya Fathan.

"Gak ... gak ada masalah, Pak!" sela Zakira.

"Kita mau pulang, tapi lagi nunggu taxi," jawab Zaki.

Plak!

"Aduh!" ucap Zaki.

Mata Zakira melotot pada saudara laki-lakinya.

"Lu kenapa, sih?" tanya Zaki.

"Kenapa, jujur amat, sih?" bisik Zakira kesal.

"Lho, bukannya Ummi sama Daddy memang selalu mengajarkan kita untuk berkata jujur, kan?" sahut Zaki

"Iya, tapi liat kondisi juga," rungut Zakira.

Fathan tersenyum. Ia merasa, jika Zakira semakin cantik ketika marah.

"Kalau jam segini, taxi mungkin susah. Tapi, jika kalian mau, aku bisa mengantarkan kalian," tawar Fathan.

"Serius? Wah, kenapa gak dari tadi!" Zaki langsung bergegas masuk kedalam mobil dan duduk disampingnya.

"Kak! Wah, lu bikin malu," ucap Zakira.

Kembali Fathan tersenyum.

"Kamu mau tetap di sini?" tanya Fathan.

"Tau, lu mau tinggal, atau tetap di sini?" sambung Zaki.

Zakira berpikir sejenak. Fathan masih menatap wajah Zakira yang semakin menggemaskan. Ia menarik napas dalam dan pada akhirnya ia pun mengalah. Zakira membuka pintu dan duduk di bangku belakang.

"Kalian akan ke arah mana?" tanya Fathan.

"Kerumahnya, Ummi Kirana. Adiknya Daddy," jawab Zaki.

"Apa ada acara?" tanya Fathan.

"Biasa, makan malam keluarga," kembali Zaki yang menjawab.

Sedangkan Zakira diam sembari menatap ke arah jendela. Diam-diam, Fathan memperhatikan Zakira dari balik kaca yang ada didepannya. Senyum terbit diwajahnya, ketika melihat Zakira mengembung kan pipinya.

"Oh, ya! Lu ada acara gak, malam ini?" Pertanyaan Zaki, membuyarkan Fathan.

"Tidak, aku akan langsung pulang setelah ini," jawab Fathan jujur.

Ia ingin segera pulang dan beristirahat di rumah. Mungkin, sembari menikmati bayangan Zakira yang sedang tersenyum padanya.

"Gimana, kalau lu ikut kita ke rumah Ummi?" tawar Zaki.

"Kak!" seru Zakira dari arah belakang.

"Apa sih?" sahut Zaki.

"Pak Fathan pasti capek dan pasti pengen cepat pulang," ucap Zakira.

Ia kadang kesal dengan kelakuan kakaknya ini.

"Tidak juga. Mungkin, tidak ada salahnya jika aku ikut kalian. Dengan begitu, aku akan tidak canggung lagi. Semisal suatu saat bertemu mereka semua," jelas Fathan.

"Jadi, lu mau ikut kita?" tanya Zaki.

Fathan melirik ke arah spion sembari tersenyum kemudian mengangguk pelan.

"Kalau begitu, kita mampir ke super market dulu," pinta Zaki.

"Super market? Ngapain?" tanya Zakira.

"Tadi, gue diminta Mama untuk beli sosis dan kawan-kawannya," jawab Zaki.

"Beli sosis? Lu bilang gak bawa dompet?" protes Zakira kesal.

"Sengaja, pengen ngerjain lu," jawab Zaki jujur.

Plak!

"Aww... sakit!" pekik Zaki.

"Rasain!" umpat Zakira.

Kembali wajah Fathan melengkungkan senyuman. Namun, kali ini lebih lebar dari biasanya. Mobil Fathan memasuki area super market. Ketiganya masuk dan langsung menuju troli. Zakira mendorong troli sesuai arahan kakaknya.

"Kamu yang pilih belanjaannya, biar saya yang dorong," ucap Fathan tiba-tiba.

"Tidak apa-apa, Pak! Saya bisa," tolak Zakira.

"Saya tidak suka di tolak," tegas Fathan.

Dengan berat hati, Zakira menyerahkan troli belanjaan pada Fathan.

"Ayo!" ajak Fathan.

Zakira mengangguk pelan. Keduanya mulai memilah barang apa saja yang mereka perlukan untuk barbeque. Sesekali terdengar tawa dari keduanya. Diam-diam Zaki mengambil photo keduanya dari kejauhan.

"Gue tau, lu suka sama adek gue," gumam Zaki.

****

"Zaki sama Zakira, belum sampai, Na?" tanya Kendra.

"Belum, Dad," jawab Kirana.

"Mungkin, mereka mampir ke supermarket dulu," sela Zavira.

"Supermarket? Ngapain?" tanya Kirana.

"Tadi, Kanayah nelpon. Nyuruh Zaki untuk beli sosis dan yang lainnya. Kan, mereka mau lanjut bakar-bakaran malam ini," kawan Zavira.

Kirana ber oh ria.

"Assalamualaikum," ucap Kanayah dan Nathan kompak.

"Waalaikumsalam," jawab mereka.

Kanayah dan Nathan segera menghampiri Daddy-nya.

"Kak Nana, Nabil mana?" tanya Kanayah.

"Ada sama Fatih, diatas," jawab Kirana.

"Tuh anak, gak ingat pulang ke rumah," ucap Kanayah kesal.

"Gak kemana-mana juga, palingan kalau gak ke sini. Ya, ke rumah Kak Kiano," sahut Kirana.

"Mungkin, di rumah gak ada temanya, Nay!" cetus Zavira.

Kanayah mengangguk pelan.

"Nay, dimana Nabila?" tanya Kirana.

"Dibelakang, sama dayangnya," jawab Kanayah.

"Dayang?" ucap Kirana dan Zavira serentak.

"Sayang," kata Nathan lembut.

Kanayah memutar matanya kesal. Nathan menarik napas dalam dan mengembus kasar. Kendra hanya tersenyum sembari menggeleng kecil.

"Assalamualaikum," ucap Zaki dan Zakira.

"Waalaikumsalam," sahut mereka serentak.

"Udah pulang, Sayang?" sambut Zavira menghampiri buah hatinya.

Zaki dan Zakira meraih tangan Umminya untuk dicium bergantian.

"Sayang, dia?" Zavira menunjuk ke arah pemuda yang berdiri dibelakang putrinya.

"Selamat malam, Nyonya!" sapa Fathan ramah.

"Malam," sahut Zavira.

"Zaki yang ajak, Mi! Kebetulan tadi pas mau pulang, dia yang nganter kita," jawab Zaki.

Zavira mengernyitkan dahi.

"Udah nanti aja ceritanya, kita masuk dulu, yuk!" ajak Zaki.

Fathan berjalan ke arah pria yang sepuh yang duduk di kursinya.

"Apa kabar, Tuan? Masih ingat saya?" sapa Fathan.

Kendra terkekeh, kemudian mengangguk.

"Fathan!" Jonathan menghampiri Fathan dan mertuanya.

"Tuan, Jonathan." Fathan mengulurkan tangannya, kemudian menjabat tangannya. Tidak lama kemudian, Fachri juga ikut bergabung. Mereka pun larut dalam obrolan mereka yang tidak jauh, dari seputar bisnis.

Hingga selesai makan malam, kemudian dilanjut dengan acara bakar-bakar. Fathan masih larut asyik ngobrol bersama para pria. Namun, tatapan matanya tetap tertuju pada seseorang yang sibuk didepan tungku pembakaran.

Sepiring berisi sosis, daging, jagung beserta teman-temannya. Senyum Zakira terkembang, ia segera membawa piring itu ke hadapan Opanya.

"Opa!" Zakira menghampiri Opanya.

"Terimakasih," ucap Kendra tersenyum.

"Silahkan, Pak!" kata Zakira mempersilahkan Fathan untuk menikmati.

"Terimakasih." Kembali senyum Fathan merekah, tanpa sengaja mata mereka beradu dan keduanya sama-sama tersenyum.

"Wah! Udah mateng, ya?" tanya Zaki.

"Kak! Itu punya gue, buat Opa!" protes Zakira, saat lagi dan lagi Zaki membuat ulah.

"Satu juga, tuh masih banyak yang lain. Panggang lagi sana," ujar Zaki.

"Mau aku bantu?" tawar Fathan.

"Ah ...."

"Ayo, Za! Mungkin, dia juga ingin ikutan," ucap Kirana.

Zakira mengangguk pelan, kemudian beranjak.

"Keluarga kamu seru, ya!" Ucap Fathan, buka suara. Saat keduanya berada di depan tungku pembakaran.

"Ini belum kumpul semua, Pak!" sahut Zakira.

"Semua?" ucap Fathan, mengulangi kata-kata Zakira.

Zakira mengangguk.

"Kalau yang anak dan cucunya dari sodaranya Opa datang. Lebih rame dan seru lagi," ungkap Zakira.

Fathan mengangguk.

"Kalau Bapak sendiri?" tanya Zakira.

"Maksudnya?" Fathan mengernyitkan dahi.

"Keluarga Bapak," jawab Zakira.

"Tidak seramai dan seseru ini," kata Fathan lagi.

"Masa sih?" tanya Zakira penasaran.

Fathan menarik napas dan mengangguk pelan.

"Coba sesekali, ajak keluarga Bapak kumpul-kumpul begini. Pasti seru," usul Zakira.

Fathan kembali menarik napas dalam.

"Za!" panggil Fathan.

Zakira reflek menoleh.

"Bisa tidak, kalau diluar kantor. Kamu jangan panggil aku, dengan embel-embel Bapak?" pinta Fathan.

"Maksudnya?" tanya Zakira bingung.

"Yah, kamu bisa panggil aku dengan hanya menyebut namaku, tanpa embel-embel kata Bapak di depannya," ungkap Fathan.

"Kenapa, Pak? Bapak tak nyaman dengan panggilan itu?" tanya Zakira lagi.

Fathan mengangguk. "Aku berasa sangat tua sekali."

Zakira menutup mulutnya, menahan tawanya.

"Ada yang lucu?" tanya Fathan.

Zakira cepat menggeleng. Kini, giliran Fathan yang tersenyum.

"Kamu bisa ke rumah, kalau ingin tahu," lanjut Fathan.

"Ke rumah Bapak?" Tanya Zakira.

Fathan kembali mengangguk.

"Ngapain?" gumam Zakira.

"Kenalan, biar lebih dekat," ceplos Fathan.

"Dekat? Bapak mau dekat sama saya?" tanya Zakira bingung.

"Zak, bisa gak sih? Kamu jangan panggil saya bapak?" keluh Fathan. Ia jenuh, mendengar Zakira memanggilnya dengan sebutan bapak.

Dari kejauhan, Kendra memperhatikan kelakuan dua muda-mudi itu dengan mata tuanya sembari tersenyum.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!