Ibrahim anak ketiga dari pasang Rendi dan Erisa memilih kabur dari rumah ketika keluarga besar memaksanya mengambil kuliah jurusan DOKTER yang bukan di bidangnya, karena sang kakek sudah sakit-sakitan Ibrahim di paksa untuk menjadi direktur serta dokter kompeten di rumah sakit milik sang kakek.
Karena hanya membawa uang tak begitu banyak, Ibrahim berusaha mencari cara agar uang yang ada di tangannya tak langsung habis melainkan bisa bertambah banyak. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan memilih satu kavling tanah yang subur untuk di tanami sayur dan buah-buahan, karena kebetulan di daerah tempat Ibrahim melarikan diri mayoritas berkebun.
Sampai akhirnya Ibrahim bertemu tambatan hatinya di sana dan menikah tanpa di dampingi keluarga besarnya, karena Ibrahim ingin sukses dengan kaki sendiri tanpa nama keluarga besarnya. Namun ternyata hidup Ibrahim terus dapat bual-bualan dari keluarga istrinya, syukurnya istrinya selalu pasang badan jika Ibrahim di hina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Ada yang mau aku bicarakan pada ibu dan Mbak Laras, kalian pasti sudah tau apa yang akan aku bahas. Yang pertama aku mau minta maaf sama ibu, sudah bikin ibu malu. Apa yang di katakan Mbak Arumi benar, bahwa aku akan melakukan pembatalan pernikahan dan apa yang di katakan Mona semuanya bohong"
Arham tidak melanjutkan perkataannya lagi, melainkan mengamati wajah ibu dan Laras yang saat ini di ajaknya bicara.
"Maksud kamu apa?" tanya Ibu tirinya Arumi tidak paham
"Aku akan bicarakan yang intinya saja, Mona sudah menipu kita semua dan aku punya buktinya. Aku hanya ingin ibu dan Mbak Laras mendukung apapun keputusan ku, karena ini rumah tangga ku. Jadi aku akan menyesuaikan masalah ku sendiri, setelah masalah ini selesai aku akan pergi ke luar negeri"
"Jadi Mona sudah menipu kita semua?" tanya Laras tidak percaya apalagi wajah Mona sangat meyakinkan
"Benar, meminta belikan rumah baru itu hanya akal-akalan Mona saja. Sebenarnya Mona hanya ingin menyandang status janda, karena dia sudah tidak perawan. Padahal kami belum melakukan hubungan suami-istri, yang lebih mengejutkan dan bikin aku kecewa. Mona pernah mengandung dan melahirkan, tentu kalian tau bagaimana perjuangan aku agar bisa menikah dengan Mona sampai rela mengadaikan sertifikat rumah ini"
Arham menunduk, rasa sakit yang di dapatnya tak bisa di hilangkan begitu saja. Apalagi yang menoreh luka di hatinya adalah, orang yang sangat di sayangnya dan di cintainya.
"Kurang ajar, kita di tipu mentah-mentah sama muka polosnya itu. Mbak akan mendukung kamu, sekalian laporkan saja atas kasus penipuan. Mbak sangat benci dengan wanita seperti itu, apalagi pengkhianatan dan untuknya Mas Arka sangat setia"
.
.
.
"Arrrggh..... Sialan"
Brak! Mona membanting semua barang yang ada di hadapannya, matanya menatap tajam dan napasnya memburu.
"Kurang ajar! Dasar wanita sialan, berani sekali dia menggagalkan rencanaku"
Tok....Tok....Tok
"Mona....."
"Mona, ada apa?"
Mona membukakan pintu kamarnya saat mamanya memanggil namanya berapa kali.
"Astaghfirullah, ada apa ini Mona? Kenapa kamar kamu seperti kapal pecah?"
Mamanya Mona heran melihat kamar anaknya yang berantakan.
"Arham membatalkan pernikahan kami, Ma. Bukan hanya itu, Arham juga melaporkan aku dengan tuduhan penipuan"
"Apa kok bisa? Memangnya kamu berbuat apa?" tanya Mamanya Mona
"Kemarin Arham mengajak aku ke Dokter dengan alasan ingin melakukan tes kesuburan tapi ternyata bukan itu, aku jadi ketahuan kalau pernah hamil sebelumnya"
"Bodoh sekali kamu, kenapa mau di ajak kesana. Jika sudah seperti ini, mau bagaimana lagi. Gimana cara kita melunasi hutang-hutang kita, cuma Arham harapan kita satu-satunya. Ya ampun, Mona Mona" Mamanya Mona memijit keningnya
"Aku minta maaf, Ma. Aku terlena karena Arham janji akan membelikan rumah setelah pulang dari Dokter, makanya aku tidak bisa berpikir dengan jernih"
Mona menundukkan kepalanya, keluarga mereka memang memiliki hutang tidak sedikit dan bahkan salon kecantikan Mona pun terpaksa gulung tikar. Itu sebabnya pas mau menikah kemarin Mona meminta mahar uang besar pada Arham, itu semua agar bisa melunasi hutang mereka.
Hutang yang awalnya hanya sedikit, tapi semakin lama semakin membengkak karena Papanya Mona mengadaikan rumah dan salon kecantikan milik Mona. Itu semua untuk kebiasaan Papanya Mona yang suka bermain slot, yang awal bermain di buat menang agar ketagihan padahal itu awal kehancuran.
"Terus sekarang kita harus bagaimana? Kamu juga kenapa dulu bodoh sekali, jika kamu tidak termakan bujuk rayu pria itu. Tentu kamu bisa hidup bahagia dengan Arham, karena hanya Arham yang mau menuruti semua kemauanmu"
Pikiran Mamanya Mona buntu, padahal hanya Arham harapan mereka satu-satunya. Tapi karena perbuatan bodoh anaknya, semua rencana yang telah di susun hancur berantakan. Mona juga menyesal dulu mau saja di ajak berhubungan b*dan, padahal nyatanya Mona di campakan begitu saja.
"Bantu aku, Ma. Gimana kalau aku di penjara? Aku tidak mau" ujar Mona merengek
"Mama tidak tau, mama pusing. Tapi saran Mama, mending kita kabur. Kalau bisa yang jauh ke luar negeri, uang simpanan kamu masih berapa?"
"Tinggal dua puluh juta, kalau ke luar negeri sepertinya tidak cukup. Tapi jika kita pergi, Papa gimana Ma?"
"Tidak usah memikirkan pria tua itu, apa kamu lupa? Kita jadi seperti ini karena ulahnya"
Mamanya Mona sudah tidak mau memikirkan pria yang sudah membuat mereka terlilit hutang sebanyak itu, bahkan dari dulu sebenarnya Mamanya Mona sudah lama ingin pergi meninggalkan pria itu hanya saja dirinya masih memikirkan anaknya.
"Gimana kalau kita kabur ke tempat nenek, Ma?"
"Kalau kita kesana pasti Papa kamu tahu, Mama sudah lelah hidup bersama pria brengs*k seperti Papa kamu" sahut Mamanya Mona
"Apa kita ke Jakarta saja, Ma. Kita bikin usaha di sana dengan uang sisa ini" saran Mona
"Baiklah Mama setuju, sekarang kita berkemas. Sebelum Papa kamu pulang, kita harus segera pergi dari sini"
Mona dan mamanya segera berkemas, tidak lupa Mona memesan tiket untuk tujuan ke Jakarta. Mereka tidak membawa banyak barang, hanya beberapa stel baju agar tak terlalu mencolok kalau mereka sebenarnya ingin kabur dari rumah.
Mona yang tengah asyik berkirim pesan dengan kekasihnya, kaget ketika melihat ada sebuah pesan gambar yang di dalamnya berisi Arham sedang berdiri di depan kantor polisi dan di samping Arham ada ibunya yang menggandeng tangan Arham.
Ting
[Dasar penipu, ngakunya gadis. Ternyata sudah pernah melahirkan, balikin semua uang yang sudah Arham kasih untuk pernikahan Lo kemarin. Perempuan murahan, tidak pantas dengan adik ipar saya] pesan dari Laras
Mona tidak menyangka keluarga Arham yang lain sudah tahu semuanya, bahkan tangan Mona bergetar sembari menutup mulut. Ternyata Arham tidak main-main dengan ancamannya waktu itu, Mona semakin ketakutan jika benar-benar dirinya harus di penjara.
"Kurang ajar, ini semua gara-gara Mbak Arumi. Jika wanita itu tidak merencanakan ini semua, sampai detik ini Arham pasti masih bertekuk lutut pada ku"
Mona menarik rambutnya dengan kasar sembari berteriak, Mona pun segera turun ke lantai bawah untuk mengajak Mamanya berangkat sekarang ke kota Palembang baru akan melakukan penerbangan ke Jakarta karena tidak ada bandara di daerah tempat mereka tinggal saat ini.
Kini Mona dan Mamanya sudah berada di bus antar kota Pagaralam menuju ke kota Palembang, membutuhkan waktu 8 jam paling cepat untuk sampai di kota Palembang. Mona berharap polisi tidak mencarinya sampai ke kota Palembang, karena jika itu terjadi percuma saja pelariannya.
happy ending juga....
cerita yg bagus