Pernikahan Rere dan Haikal yang tinggal menghitung hari, terpaksa batal karena Rere diketahui hamil. Rere merasa jika dirinya menjadi korban perkosaan, tapi dia tak tahu siapa yang melakukannya karena dia dalam kondisi tidak sadar saat itu. Disaat dia hancur karena pernikahannya batal dan mengandung janin dari orang yang tidak dia kenal, Romeo datang dan menawarkan diri untuk menikahinya. Tanpa Rere tahu, jika sebenarnya, Romeo adalah orang yang telah menodainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BELUM MOVE ON
Romeo menggulung lengan kemejanya hingga siku. Keringat terlihat membasahi keningnya. Dengan penuh semangat, dia membantu dua orang tukang menata ruangan. Sedangkan Rere, dia hanya memerintah laksana bos karena Romeo tak mengijinkannya melakukan apapun.
"Kurang ketengah dikit." Romeo dan seorang pekerja menarik rak sesuai arahan Rere. "Sip, udah pas." Rere mengacungkan dua jempolnya.
Diluar, seorang tukang, terlihat sedang sibuk mengecat rak tempat bunga dengan warna putih sesuai kesukaan Rere.
"Pakai ini." Romeo memasangkan masker kewajah Rere. Dia tak mau Rere menghirup bau cat bercampur tiner yang bisa mengganggu pernafasannnya. "Gak baik buat bumil." Romeo mengusap perut Rere sebentar lalu kembali melakukan pekerjaan yang masih banyak.
Rere tersenyum melihat Romeo yang begitu semangat. Meski keringatnya bercucuran, Romeo sama sekali tak berniat istirahat. Pria itu terus saja sibuk, sesekali menoleh sambil tersenyum kearah Rere.
"Awas!" Pekik Rere.
Brakk
Romeo hampir saja terjungkal karena menabrak meja. Sibuk melihat kearah Rere membuatnya tak fokus melihat kedepan. Tapi pria itu masih saja tertawa lebar, membuat Rere hanya bisa geleng geleng.
Sementara di ditempat lain, Gina menghampiri Haikal ditempat kerjanya saat jam pulang. Gadis itu terlihat membawa sebuah paperbag.
"Buat kamu." Gina menyodorkan paperbag tersebut kearah Haikal.
"Apa ini?" Tanya Haikal sambil membuka isinya. Terlihat kain motif batik didalamnya.
"Kemeja. Kemarin pas jalan dimall, aku ngelihat kemeja batik yang bagus banget. Dan aku langsung keinget kamu." Ada aturan baru dikantor mereka, setiap hari jumat wajib memakai batik. Hal itu tentu saja tak disia siakan oleh Gina, dia membeli batik couple untuknya dan Haikal.
"Harusnya kamu gak perlu repot repot begini."
"Gak repot sama sekali. Sebagai gantinya, bisa gak kalau kamu nganterin aku pulang?"
Haikal mengangguk sambil tersenyum. Meski arah rumah mereka berbeda, dia tak keberatan jika hanya mengantar pulang. Dia sudah kenal baik dengan Gina dan keluarganya. Dulu mereka tetangga sebelum keluarga Gina pindah.
Mereka berdua berjalan beriringan keluar kantor. Beberapa teman yang tak sengaja berpapasan meledeki mereka.
"Cie...Haikal udah dapet gandengan baru niih?"
"Gaskeun Bro, segera dilamar."
Haikal hanya tersenyum sambil geleng geleng mendengar ledekan teman temannya. Berbeda dengan Gina, hatinya berbunga bunga saat ini. Inilah yang dia mau sejak dulu, bersama Haikal.
"Jangan dengerin mereka. Mereka itu emang resek orangnya." Haikal tak enak hati pada Gina, tanpa dia tahu, Gina justru senang diledeki seperti itu.
Haikal membukakan pintu untuk Gina. Tak terkira senangnya hati perempuan itu. Dengan senyum malu malu, dia masuk kedalam mobil lalu mengenakan sabuk pengaman. Tapi sampai Haikal masuk kedalam mobil, Gina belum selesai juga memakai sabuk pengamannya.
"Kenapa?" Tanya Haikal dengan dahi mengkerut.
"Susah, macet kayaknya."
"Masak sih?" Haikal lalu mencondongkan tubuhnya kearah Gina, membantu wanita itu mengenakan sabuk pengaman.
Jantung Gina berdebar kencang saat Haikal berjarak sangat dekat denganya. Ditatapnya wajah tampan Haikal lekat lekat sampai dia lupa untuk bernafas.
"Udah."
Gina menghirup oksigen sebanyak banyaknya begitu Haikal menjauhkan wajahnya. Wajah Gina sampai memerah saking nervesnya berjarak sedekat itu dengan Haikal.
Haikal menyalakan mesin mobilnya. Keluar dari tempat parkir kantor lalu memasuki jalan raya yang padat. Dijam pulang kantor seperti ini, memang sudah jadi langganan macet.
"Boleh aku memutar musik?" tanya Gina.
Haikal hanya menjawab dengan anggukan, fokusnya tetap pada jalanan. Tapi fokusnya tiba tiba terganggu saat mendengar alunan lagu kisah sempurna milik Mahalini.
Rere, dia langsung teringat wanita itu. Ini salah satu lagu favoritnya. Bahkan Rere selalu ikut menyanyi saat mendengarkan lagu ini.
Aku suka banget sama Mahalini. Entar kalau dia bikin konser, kita nonton ya?
Haikal masih ingat salah satu keinginan Rere. Dulu, dia selalu ingin mewujudkan semua keinginan Rere, tapi kenapa wanita yang dia prioritaskan itu, malah mengkhianatinya.
Haikal teringat obrolan ibunya dengan asisten rumah tangga beberapa hari yang lalu. Ibunya bercerita pada art jika mereka tak menerima pesanan akhir bulan ini karena akan memasak untuk syukuran pembukaan toko bunga milik Rere. Ruko di dekat perempatan jalan kenanga, dia ingat ibunya menyebut tempat itu.
"Kal, kamu laper gak, gimana kalau kita mampir nyari makan?"
Haikal yang sedang melamun, tak mendengarkan ucapan Gina.
"Kal."
Tepukan dilengan membuyarkan lamunan Haikal.
"Ada apa Gin?"
Gina sebal karena Haikal malah melamun saat mereka berdua. Padahal tadi sikap Haikal sudah sangat manis, tapi sekaraang malah seperti mengabaikan keberadaannya.
"Kamu ngelamunin apa sih? Yang fokus kalau nyetir."
"Sorry." Hanya itu yang Haikal ucapnya, selanjutnya dia kembali menatap jalanan..
Haikal memelankan laju mobilnya saat melewati jalan kenanga. Dia melihat kearah jajaran ruko baru yang ada diseberang jalan. Melihat Rere berdiri didepan sebuah ruko, Haikal meminggirkan mobilnya lalu berhenti. Tak pelak hal itu membuat Gina bertanya tanya.
"Ada apa Kal, kok berhenti?"
Haikal yang sedang fokus menatap Rere, tak mendengar pertanyaan Gina. Dia hanya fokus melihat wanita yang dia benci sekaligus dia sangat dia rindukan. Apalagi sore ini, Rere terlihat sangat cantik dengan gaun pink bunga bunga dan rambut panjangnya yang digerai.
Kesal karena dicuekin, Gina mengikuti arah pandang Haikal. Kedua telapak tangannya mengepal kuat saat tahu apa yang membuat Haikal berhenti dan mengaikan ucapannya. Pria itu ternyata menatap Rere yang ada diseberang jalan.
Ternyata susah sekali membuat Haikal move on dari Rere. Bahkan dengan luka hati sedalam itu, Haikal belum juga bisa move on.
mboke dikit2 blg titip suamiku
bhkn lbh menjgkelkan lagi mboke titip2 suamiku ke aku. geleng2 aku... 😂😂😂😂dmn2 tuh pihak perempuan titip ke pihak laki2... ini kebalik