Satu psikopat mampu menebar teror pembunuhan berantai, bagaimana jika ada enam psikopat berkumpul dalam satu tempat?
Sekelompok mahasiswa dan mahasiswi yang berasal dari kota Jakarta memutusan untuk liburan semester ke sebuah kota Kyoto dinegara matahari terbit, Jepang.
Mereka diajak oleh salah satu teman mereka, yang merupakan seorang blasteran Jepang bernama Ayana dan adiknya Yuki. mereka kemudian bertemu dengan seorang pemuda tampan asal Jepang yang mengajak mereka untuk mengunjungi sebuah kabin mewah ditengah hutan, kaki gunung Kurama.
Sekelompok remaja tersebut tidak tahu bahwa terdapat sebuah misteri dari hutan lebat tersebut, penduduk sekitar percaya bahwa pada saat kabut tebal turun dan menutupi isi hutan maka saat itupun para tentara Jepang jaman dulu keluar untuk mencari potongan tubuh mereka yang terpisah akibat terkena ledakan sebuah bom, penduduk desa meyakini hutan tersebut telah dikutuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SemyAngelina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Ryu pun akhirnya berhasil mendorong senjata crossbow tersebut menjauh dari lehernya, dengan menggunakan tangan kanan lalu didorong oleh kakinya, pemuda tampan itupun menghantamkan senjata tersebut ke kepala Yukana hingga membuat tubuh wanita tersebut limbung dan ia pun bergerak mundur.
Sebelumnya saat Ryu berhasil merebut senjata dari Yukana, ia pun kemudian melepaskan sebuah cincin magnet, yang menempel pada bagian senjata crossbow tersebut, sehingga ketika dipakai oleh Yukana senjata itu pun macet. Pemuda tampan itu pun kemudian melempar senjatanya, kehadapan Yukana.
“Musuhmu bukanlah aku, bukankah kau ingin menyelamatkan kabuya? baka [bodoh]” Ryu kemudian meninggalkan wanita tersebut begitu saja, Yukana pun kembali meraih senjatanya kemudian menembak Ryu, tapi tidak berhasil karena panah tersebut hanya mengenai daun pintu.
“Aahhh” wanita tersebut pun berteriak frustasi.
“Suara apa itu?” ujar Akira yang baru saja ketiduran, wanita itu pun menjadi terjaga setelah mendengar suara jeritan amarah dari Yukana, namun karena hanya sebentar dan merasa sangat mengantuk, wanita itupun kembali tertidur begitu juga dengan Yuki yang tengah tertidur di pangkuan nya Andika.
Seorang gadis cantik terlihat tengah terbaring disebuah ranjang dengan posisi menyamping, kedua tangan dan kakinya pun terikat oleh sebuah tali kabel, perlahan kelopak matanya pun terbuka dan mendapati dirinya, telah kembali kesebuah kamar milik seorang pemuda tampan bernama Ryu. Seakan yang terjadi semalam adalah sebuah mimpi buruk belaka, namun ternyata adalah kenyataan yang dibuktikan dengan kedua tangan dan kakinya yang terikat.
Ayana pun berusaha untuk melepaskan ikatannya, hingga tubuhnya terguling dan jatuh kebawah lantai dari atas ranjang tersebut, ia pun kemudian segera mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk membuka talinya. Kini keadaan kamar tersebut pun cukup terang oleh cahaya matahari, gadis itu pun sempat melihat ke arah jam dinding yang ada diruangan kamar tersebut, yang menunjukan pukul 8 pagi.
Ayana kemudian menemukan sebuah alat pemotong kuku yang berada didalam laci meja, lalu ia pun menggunakannya untuk membuka ikatan tangannya sedangkan ditempat lain, Yukana masih menunggu Yuki dan teman-temannya untuk keluar setelah mengunci diri bersama kekasihnya yang dijadikan sandera, hingga akhirnya wanita itu pun memiliki sebuah ide, Yukana pun akhirnya pergi meninggalkan ruang bawah tanah tersebut.
Kabuya pun akhirnya tersadar dan ia pun merasa tidak bisa bergerak karena tangannya sedang diborgol, pria itupun kemudian melihat ke sekeliling ruangan tersebut dan mendapati tiga orang yang tengah tertidur. Terlihat sesosok tubuh yang tengah ditutupi oleh sebuah jas hujan berlumuran darah miliknya, tubuh tersebut tidak lain adalah mayat yang ia bunuh sebelumnya.
Perlahan pria itu pun berdiri, kemudian berjalan menghampiri pintu keluar namun sayangnya pintu tersebut terkunci, Akira pun bangun dan langsung berdiri menghampiri Andika dan Yuki, lalu ia pun membangunkan mereka.
“Ayo kita keluar dan pergi dari sini sekarang!” Akira pun menarik tubuh Kabuya, lalu berjalan kearah pintu keluar sambil memegangi Kabuya.
“Biar aku yang memegangnya” ujar Andika dan langsung diartikan dalam bahasa jepang oleh Yuki, pemuda itu pun mengambil pisau belati dari Akira lalu memegang pundak dari Kabuya, pria tersebut pun tidak tinggal diam dan berusaha untuk melawan namun, Andika pun melihat sebuah perban dengan bercak darah yang menempel dipundaknya, ia pun kemudian menekannya hingga membuat Kabuya merintih kesakitan.
“Aku ada pertanyaan, Apa kakakku Ayana masih hidup?”
Kabuya pun hanya tertawa.
“Andika bantu aku buat dia berbicara tentang kakakku, kalau perlu kita harus memaksanya” ujar Yuki.
“Aku mengerti, answer!” Andika pun menekan kembali luka Kabuya.
“Oke..oke, kakakmu lah yang telah memberi luka ini padaku, lalu ia pergi melarikan diri” ujar Kabuya sambil menatap luka pada pundak bagian kirinya.
“Sekarang kita pergi saja dari sini” ujar Yuki pada Andika.
Akira pun lalu memungut sebuah kepingan besi dari gergaji berbentuk bulat, dengan sisi-sisinya yang bergigi tajam dan terlepas dari mesinnya, akibat dilempar oleh Yuki ke tembok sebelumnya. Wanita tersebut pun kemudian menyimpannya untuk dijadikan senjata, lalu pintu keluar pun dibuka oleh Yuki.
“Tetaplah di belakangku!” ujar Andika pada Yuki, gadis itu pun mengangguk.
Kabuya pun berjalan keluar duluan diikuti oleh Andika, Yuki lalu paling belakang adalah Akira, diluar ruangan tersebut tidak terlihat ada seorang pun.
“Bawa kami keluar dari sini segera!” ujar Yuki mengancam,
“Tentunya” balas Kabuya sambil tersenyum menyeringai.
Yukana pun bermaksud untuk mencari Genji dan Yamada yang sepertinya keduanya langsung pergi beristirahat, setelah menyingkirkan beberapa mayat pada sebuah mesin penggiling, namun dalam perjalanan menuju kamar kedua kakak beradik tersebut, tiba-tiba ia malah memergoki Ayana yang tengah mengendap-endap mengawasi keadaan sekitar.
“Kena kau sekarang, gadis sialan!”
Shut..
panah tersebut pun mengenai tubuh seseorang yang tanpa diduga, tiba-tiba saja muncul dan melindungi gadis tersebut.
“Si.. al, sepertinya benar apa yang sudah dikatakan olehnya, bahwa aku telah tertarik padamu”
“Ryu?”..
Ayana pun terkejut, karena pemuda tampan tersebut tiba-tiba saja muncul dihadapannya lalu membiarkan tubuhnya menjadi perisai, hingga akibatnya bahu kirinya pun tertancap sebuah panah.
“Awas!” Pemuda tampan itu pun kemudian menarik tubuh Ayana kelantai, untuk menghindari tembakan senjata panah yang kembali diluncurkan oleh Yukana, Ryu pun meringis menahan rasa nyeri akibat panah yang tertancap pada bahunya.
Melihat hal itu, Ayana pun segera bangun lalu menyeret tubuh Ryu untuk berlindung kebalik tembok, selagi Yukana tengah sibuk memasukkan panahnya kedalam senjata crossbow.
“Kenapa kau menyelamatkanku, setelah apa yang telah kau lakukan pada kami?”
“Akan aku jelaskan nanti jika kita masih bisa bertahan hidup, adikmu dan seorang pemuda beserta seorang polisi wanita yang aku culik, mereka masih hidup dan kini sedang menyandera Kabuya”
“Adik ku masih hidup?”
“Bertahanlah demi adikmu” ujar Ryu.
Pemuda itu kemudian mematahkan kayu panah yang menancap pada bahu nya, ia pun sengaja tidak mencabut secara keseluruhan untuk mencegah pendarahan hebat, karena panah tersebut telah menembus sampai kebagian belakang punggungnya.
“Lalu kenapa dia mau membunuhmu?”
“Karena dia sudah tau bahwa aku berada di pihakmu”
“Aku tidak percaya padamu” ujar Ayana.
Tiba-tiba pintu yang menghubung ke ruang bawah tanah pun terbuka, terlihat Kabuya tengah berjalan dengan kedua tangan yang terborgol mengarah kebelakang punggungnya, tepat dibelakangnya pun terlihat seorang pemuda bernama Andika yang tengah menodongkan sebuah pisau belati kepada Kabuya, lalu diikuti oleh Yuki dan Akira.
“Andika, Yuki?” ujar Ayana.
“Kak Ayana?”
“Akhirnya kalian keluar juga, cepat lepaskan Kabuya sekarang atau kalian akan menyesal” ujar Yukana.
Posisi Yuki dan teman-temannya ada ditengah-tengah antara Ayana dan Yukana, tapi lebih condong dekat dengan posisinya
Yukana. Mereka pun harus melewati wanita tersebut terlebih dahulu untuk bisa mencapai pintu depan, sedangkan posisi Ayana dan Ryu berada didekat tangga menuju kelantai atas dan juga dapur.
Ditempat lain, Genji dan Yamada telah selesai bersiap untuk melakukan pembersihan mayat, disebuah gudang dibelakang kabin dan kini tengah menuju keruang tengah dimana teman-teman dan korban nya sedang berkumpul.