Alexis seorang ilmuwan wanita dan juga ahli beladiri yang berhasil menciptakan sebuah ruang penyimpanan ajaib ke dalam sebuah kalung.
Namun, dia di khianati dan meninggal secara tragis oleh orang kepercayaan nya sendiri.
Dan siapa sangka, jiwa nya justru masuk ke dalam tubuh wanita lemah yang teraniaya. Yang juga memiliki nama yang sama dengannya.
Rencana balas dendam pun di mulai melalui tubuh wanita yang bernama Alexis itu.
Berhasilkah Alexis membalas dendam? Kalau penasaran, baca yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Tidak ada hubungannya dengan dunia nyata dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
Alexis tiba di rumah. Dia langsung masuk setelah memarkirkan mobilnya. Saat melewati ruang tamu, Alexis di hentikan oleh Meri.
"Enak ya sekarang. Pergi foya-foya dengan duit anakku," kata Meri dengan nada sinis.
"Duit anak mu? Sejak kapan anak mu memberi ku uang?" balas Alexis.
"Pelayan! Beri dia pelajaran!" perintah Meri.
Para pelayan tidak ada yang berani untuk maju. Semuanya hanya berdiri mematung di tempatnya.
Meri memerintahkan lagi mereka dengan suara lebih lantang. Namun mereka tetap tidak berani untuk maju.
"Dasar kalian semuanya tidak bisa di harapkan!" umpat Meri.
Sementara Alexis hanya tersenyum tipis lalu kemudian mendengus. Kemudian Alexis berlalu hendak ke kamar dengan membawa belanjaannya.
Meri segera menghubungi Damian kalau Alexis banyak membawa barang belanjaan. Damian yang mendengar itu pun segera kembali ke rumah. Dan dengan cepat menutup teleponnya.
Meri tersenyum, karena sudah pasti Damian akan memarahi Alexis. Kemudian Meri dan Annette pun ke kamar Alexis.
"Siapa?" tanya Alexis saat pintu kamarnya di ketuk.
"Buka, ini aku!" Meri pun menjawab dengan suara meninggi.
Alexis dengan malas membuka pintu. Saat pintu di buka, Meri langsung mendorong tubuh Alexis sehingga dia mundur beberapa langkah.
"Mana kunci mobil!" pinta Meri.
"Tuh." Alexis menunjuk menggunakan mulutnya. Meri segera mengambil kunci mobil di atas meja rias.
Meri memperingatkan Alexis untuk tidak semena-mena kalau ingin tinggal lama di rumah ini.
Namun Alexis hanya menanggapi dengan senyum tipis saja. Dia juga tidak ingin berlama-lama tinggal di sini.
Nanti setelah dia bercerai, Alexis juga akan segera pergi dari rumah ini. Setelah Meri dan Annette keluar, Alexis kembali menutup pintu.
Setengah jam kemudian, pintu kamarnya kembali di ketuk. Alexis yang merasa kesal pun membentak nya.
"Siapa sih? Ganggu orang saja!" Namun Alexis tetap membuka pintu.
"Mau apa?" tanyanya dengan nada dingin.
Damian tidak menjawab, ia langsung menerobos masuk. Benar seperti apa yang di katakan oleh mama nya. Belanjaan Alexis banyak.
"Darimana kamu mendapatkan uang?" tanya Damian.
"Uang ku lah. Apa kamu pernah ngasih aku uang?"
"Jangan bilang kamu menjual diri untuk membeli barang-barang itu!"
Plak... satu tamparan keras mendarat di pipi Damian. "Jaga ucapan mu!" Alexis menuding jari ke wajah Damian.
Damian mengangkat tangannya hendak membalas, namun Alexis mengatakan akan membalas berkali lipat.
Damian mengepalkan tangannya lalu menurunkan nya. Dadanya naik turun menahan emosi.
Sementara Alexis hanya tersenyum tipis. Bahkan dia tidak segan-segan mengatakan Damian hanya seorang pecundang.
"Aku ingin bercerai!" Alexis mengatakan dengan tegas.
Damian tidak menjawab, ia maju lalu menyandarkan tubuh Alexis ke tembok. Kedua tangan tangan Alexis juga di tempelkan ke tembok.
"Seperti kamu harus di berikan pelajaran lagi," ucap Damian lagi.
Damian mendekatkan wajahnya ke wajah Alexis. Alexis memalingkan wajahnya kesamping.
Damian semakin beringas, namun Alexis tidak tinggal diam. Alexis mengangkat lututnya sehingga mengenai bagian bawah Damian.
"Aaaah...!" Damian menjerit. Sehingga ia melepaskan tangannya dari tangan Alexis.
"K-kau!" Damian menunjuk Alexis sambil meringis menahan sakit.
Namun Alexis hanya berkata, "Jangan main-main denganku."
Damian akhirnya keluar dari kamar Alexis. Alexis berdiri di depan pintu lalu melambaikan tangannya kepada Damian.
"Sial, ternyata aku terlalu meremehkan nya," umpat Damian, lalu masuk ke kamarnya.
Kamar Damian juga di atas bersebelahan dengan kamar Alexis. Sementara kamar Annette bersebelahan dengan kamar Jessy.
"Alexis benar-benar tidak terkendali sekarang. Tapi darimana dia memiliki kekuatan seperti itu?" batin Damian.
Damian membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Rasa nyeri sudah reda, jadi dia tidak merasakan sakit lagi.
Ponselnya berdering, Damian melihat nama pemanggil yang ternyata adalah asistennya.
"Ya halo."
"Tuan, apa Tuan lupa kalau hari ini ada pertemuan?" tanya sang asisten.
"Astaga! Oke, aku segera ke sana."
Damian segera menutup teleponnya dan keluar dari kamarnya. Sejak beberapa hari ini Damian tidak masuk kantor karena sibuk mengurus Jessy.
Jadi semua pekerjaan nya terbengkalai dan ada juga yang di bebankan kepada asistennya untuk mengerjakannya.
"Ada apa Dam?" tanya Meri saat melihat Damian terburu-buru.
"Aku ada pertemuan Ma, oh ya Ma, tolong temani Jessy di rumah sakit," jawab Damian.
"Baik, Mama dan Annette akan segera ke sana," ujar Meri.
Damian secepatnya masuk ke dalam mobil. Ia pun segera melajukan mobilnya setelah keluar dari pintu gerbang.
Sedangkan Meri dan Annette juga sudah bersiap-siap hendak pergi ke rumah sakit. Mereka akan menemani Jessy yang masih di rawat.
Di dalam kamar ...
Alexis tidak perduli dengan keluarga ini. Bahkan saat berbicara dengan Meri pun dia tidak sopan.
Karena merasa lapar, Alexis pun memutuskan untuk ke dapur. Saat tiba di dapur, semua pelayan menyingkir.
Hanya satu orang pelayan yang tersenyum senang saat melihat Alexis. Sementara yang lain takut kepada Alexis.
"Nyonya mau makan apa? Biar aku yang masakan," tanya pelayan.
"Tidak usah Bik, aku bisa masak sendiri. Aku hanya makan mie instan saja," jawab Alexis.
"Baik Nyonya, kalau begitu aku siapkan mie nya," ucap pelayan.
Pelayan mengambil satu mie dan menuangkan air panas ke dalam cup mie tersebut. Alexis hanya terdiam, padahal dia sendiri juga bisa. Namun pelayan tetap saja ingin melayani nya.
"Kenapa kalian berdiri di situ?" tanya Alexis.
Para pelayan menunduk lalu segera menyingkir dari tempatnya. Mereka melanjutkan pekerjaannya masing-masing.
Alexis pun mulai makan setelah mie nya mengembang. Pelayan hanya memperhatikan nyonya nya itu.
Pelayan juga merasakan banyak perubahan dalam diri majikannya ini. Dari nada bicaranya yang tegas saja, pelayan sudah tahu.
Namun pelayan itu tidak perduli, selama nyonya nya baik kepada nya, pelayan tidak masalah.
Setelah selesai makan, Alexis kembali ke kamarnya. Dia berpikir untuk membeli mobil agar lebih mudah keluar rumah.
"Sepertinya aku harus secepatnya mengurus perceraian ku dengan Damian. Setelah itu aku mengembangkan obat-obatan yang sudah aku ciptakan," batin Alexis.
Kemudian dia pun manggut-manggut sambil tersenyum. Dia berencana akan mengembangkan obat-obatan yang di ciptakan nya.
Dan semua itu tersimpan di ruang ajaib milik nya. Itu sebabnya profesor Ar dan Merlin ingin menguasai nya.
Sementara di tempat profesor Ar ...
"Apa kalian sudah menemukan brankas itu?" tanya profesor Ar kepada bawahannya.
"Belum Tuan, kami sudah mencari di dalam mobil yang terbakar dan di sekitar lokasi kejadian. Namun tidak menemukan brankas itu," jawab bawahannya.
"Aneh, kalian juga melihatnya, kan? Kalau Alexis membawa brankas itu? Tidak mungkin brankas itu ikut terbakar. Brankas itu di buat khusus tahan api," ujar profesor Ar.
Profesor Ar terus memerintahkan bawahannya untuk mencari brankas itu. Sebelum mereka menemukan nya, mereka tidak akan berhenti untuk mencarinya.